Kategori: News

Berita terbaru dari Rumah Belajar Bersama

  • Mengapa INKAI Sul Sel Juara Umum 1 di Kejuaraan Porbikawa?

    Mengapa INKAI Sul Sel Juara Umum 1 di Kejuaraan Porbikawa?

    Tidak ada perjuangan yang sia-sia dan kesungguh-sungguhan itu memperoleh hasil maksimal. Begitulah pemikiran Saiful Patwa, Manager INKAI (Institut Karate Do-Indonesia) Sul Sel (Sulawesi Selatan) pada Kejuaraan Porbikawa di Makassar.

    Dengan naiknya INKAI Sul Sel sebagai Juara Umum mum 1 lagi, Saiful berbagi pemikiran dan pengalaman dengan menjelaskan mengapa INKAI Sul Sel berada di puncak.

    Ir. Abdul Djalil Razak, Ketua INKAI Sul Sel (Berkaca mata), Amir Uskara, Pengurus FORKI Sul Sel dan Anggota DPR RI (Tengah) dan Saiful Patwa, Manager INKAI Sul Sel pada Kejuaraan Porbikawa Sul Sel.

    Berikut ini adalah petikannya:

    Kejuaraan karate Porbikawa telah berakhir dengan hasil INKAI Makassar juara umum 1 dengan perolehan medali 17 Emas, 12 Perak dan 8 Perunggu.

    Pencapaian ini tidak serta merta hadir begitu saja tapi melalui pemikiran cerdas dari pengurus INKAI dan MSH (Majelis Sabuk Hitam) Sul Sul (Sulawesi Selatan) dimulai dari Kejurda (Kejuaraan Daerah) INKAI dimana yang juara dikirim untuk pertandingan di Porbikawa.

    Persiapan TC (Training Center/Pemusatan Latihan) cuma 2 hari. Kita bersyukur karena sebelumnya atlet kita telah digembleng di Dojo (ranting) masing masing sehingga kita dapat mengatakan bahwa ini perjuangan yang panjang untuk meraih hasil membanggakan ini.

    Terlepas dari hasil Porbikawa, arsitek yang membuat kita juara adalah:

    1. Ketua Peng Prov (Pengurus Provinsi) INKAI  Sul Sel mempunyai program dan pola latihan terstruktur serta program lainnya. Terdapat penyediakan tempat TC, menyediakan dana. Selain itu, hadir selama 3 hari di kejuaraan dari pagi sampai akhir pertandingan dengan  memperhatikan segala urusan dengan detail termasuk makanan dan medis.

    2. Ketua MSH yang melatih dan menyiapkan pelatih yang melatih para atlet.

    3. Coach dan pelatih coach yg telah melatih TC serta aktif mendampingi atlet.

    4. Orang tua kohai yg mengizinkan dan mensupport anak anaknya bertanding.

    5. Para kohai yg telah berlatih serius sehingga bisa menghasilkan prestasi maksimal.

    Jika semua pola ini berlangsung terus-menerus maka ke depan kita akan memimpin setiap event.

    Sekali lagi terima kasih yg sebesar besarnya kepada Sensei Ketua Ir. Abdul Djalil Razak atas peran yg sangat luar biasa baik secara materi dan non materi yg telah mensupport setiap event kejuaraan.

    Kehadiran Sensei Ketua dan Pengurus INKAI Sul Sel di tempat kejuaraan menjadi penyemangat tersendiri terhadap seluruh atlet INKAI yang turun berlaga.

    Sesuai pesan Sensei Ketua, “Jangan terlena maka kita harus tetap melanjutkan program program latihan selama ini berjalan.”

    Terakhir  saya sebagai manager memohon maaf atas kekurangan selama memimpin selama tiga hari. Setiap kekurangan menjadi pelajaran berharga untuk kita benahi pada kejuaraan berikutnya.

    Demikian dan terima kasih atas kepercayaan Sensei Ketua dan Pengurus INKAI Sul Sel atas penunjukannya sebagai team pendamping. Dan dengan berakhirnya pertandingan Porbikawa maka tugas kami juga berakhir sampai di sini.

    Semoga kedepan, prestasi INKAI Sul Sel jauh lebih baik.

    Zulkarnain Patwa
    Humas INKAI Sulawesi Selatan

  • INKAI Sul Sel Juara Umum 1 Kejuaraan Porbikawa

    INKAI Sul Sel Juara Umum 1 Kejuaraan Porbikawa

    Dalam tiga tahun terkahir ini, INKAI (Institut Karate Do-Indonesia) Sul Sel  (Sulawesi Selatan) mencatatkan tinta emas dengan meraih beragam juara. Dan pada Kejuaraan Porbikawa 15 – 17 September di Makassar, INKAI Sul Sel kembali mencatatkan diri sebagai Juara Umum 1.

    Semua prestasi membanggakan ini sangat erat kaitannya dengan pola kepemimpinan Ir. Abdul Djalil Razak, Ketua INKAI Sul Sel yang bukan hanya memimpin dengan kecerdasan mengelola pengurus yang hebat tapi juga dengan rasa cinta sehingga INKAI Sul Sel selalu dalam keadaan solid dan mempunyai daya juang yang tinggi.

    Berikut petikan pernyataannya:

    Alhamdulillah wa syukurillah terima kasih Ya Allah. Terima kasih untuk semua INKAI Cabang Palopo, Gowa, Pinrang, Bulukumba, Maros, Sinjai, Bone, Jeneponto, Dojo Kodim 1408 Makassar, Dojo Antang, Dojo Lifiyura, Dojo Puri dan Dojo Generasi Unggul atas kerja samanya yang baik bergabung dalam satu INKAI menjadi Tim yang solid. Dengan daya juang anak-anakku, atlit yang luar biasa tersebut menjadikan INKAI keluar sebagai Juara umum yang sekian kalinya.

    Terima kasih juga kepada Tim Manager, Koordinasi dan para pendamping atlit (generasi pelanjut INKAI) dan seluruh pengurus INKAI baik Pengurus Peng Prov (Pengurus Provinsi) maupun pengurus Cabang yang telah bekerja keras dan ikhlas sehingga juara diraih oleh INKAI yang sama kita cintai.

    Kita boleh bangga namun jangan kita terlena dengan apa yang kita telah raih. Mari kita terus menerus meningkatkan kualitas dan kuantitas atlit kita. Ewako!!!!

    Mohon maaf kalau dalam penyelenggaraan Kejurda (Kejuaraan Daerah) maupun kejuaraan Porbikawa ini adahal yang tidak berkenan..🙏

    Zulkarnain Patwa
    * Humas INKAI Sulawesi Selatan

     

  • Presiden yang Aneh

    Presiden yang Aneh

    Perkenalan penulis dengan Nur Asdar Ilahi ini cukup unik. Semasa Ospek di SMA 1 Bulukumba pada 1998, penulis dengan lancang beradu argumentasi dengan Ketua OSIS bersama pengurusnya dan termasuk guru guru pembicara pada penataran siswa baru.

    Betapa tidak, penulis sudah banyak membaca buku buku yang bukan pelajaran sekolah. Sebutlah Khilafah dan Kerajaan karya Abul A’la Al Maududi yang mana pengantarnya adalah Amien Rais. Di Bawah Bendera Revolusi karya Soerkarno. Seratus Tokoh yang Paling Berpengaruh dalam Sejarah, Michael H. Heart. Revolusi Iran karya Nasir Tamara. Psikologi Komunikasi karya Jalaluddin Rakhmat. Banyaklah. Yang jelas buku buku tersebut tidak dimengerti oleh kebanyakan pelajar tamatan SMP sehingga penulis merasa cukup percaya diri “melawan” siapa pun. Penulis memang terbebas dari kemiskinan intelektual untuk ukuran pelajar remaja tapi terjebak dalam kesombongan intelektual.

    Semua keberuntungan bacaan buku itu penulis dapatkan dari ayah Drs. H. Patiroi yang punya ribuan koleksi buku yang mencakup Bahasa Inggris, Arab dan Indonesia di rumah. Pasca Indonesia merdeka, ayah penulis bagian dari segelintir orang yang memperoleh beasiswa dari Departemen Agama untuk belajar ke Jawa bersama dengan Dokter senior Mudassir Sabarrang , ayah dari dokter Timurleng Tonang Mataallo . Ada juga Pak Tajuddin Lambero yang merupakan pentolan Muhammadiyah di Bonto Tiro. Ada juga beberapa orang dari Kota Bulukumba. Sayang, karena ayah sudah almarhum,  penulis tidak sempat menulis detail siapa siapa mereka.

    Segala macam referensi itulah penulis gunakan untuk beradu akal. Pendek cerita, penulis langsung vokal, populer dan berefek positif dengan dinobatkan sebagai Presiden untuk siswa baru. Istilah “Presiden” ini aneh tapi waktu itu, penulis terima saja karena merasa suka aja mendengarnya. Tidak perlu repot mendebat urusan istilah.

    Nasib kurang beruntung dialami rekan rekan siswa baru. Mereka benar benar dipolonco oleh Pengurus OSIS. Penulis memang tidak pernah ditindaki secara fisik tapi kan sebagai Presiden, masa tidak punya pembelaan. Bila tidak bisa memperjuangkan nasib rekan rekan, tidak ada gunanya jadi Presiden. Di sini lah, penulis menarget M. Asfar Nurdin, Ketua OSIS SMA 1 Bulukumba.

    Di ruang pertemuan besar dimana seluruh pelajar berkumpul, penulis dengan lantang menuduh pengurus OSIS di bawah kepemimpinan Asfar Nurdin tidak konsisten dan tidak shalat. Seluruh siswa baru disuruh shalat dhuhur tapi setelah shalat, sepatu hilang sebelah. Siapa yang ambil? Pengurus OSIS lah. Masjid penuh berisi siswa baru dimana tidak ada satu pun pengurus OSIS terlihat shalat. Tidak mungkin orang luar sekolah masuk ambil sepatu karena sekolah dikelilingi pagar tembok.

    Segera setelah protes selesai, semua orang disuruh tunduk dan dapat jatah pukulan lagi. Saat penulis ikut menunduk, tiba tiba Asfar Nurdin membawakan sepatu penulis yang hilang sebelah. Semakin jelas pelakunya tapi penulis terkesan dengan itikad baiknya. Boleh juga ini orang. Tapi kenapa cuma satu orang diperlakukan demikian? Pertanyaan ini tidak sempat terucap. Karena saking senangnya tidak akan dimarahi ummi (baca: ibu) bila tidak kehilangan sepatu, penulis langsung mengucapkan terima kasih.

    Setelah beberapa hari Ospek, di suatu sore ketika hendak pulang, penulis bertemu dengan seseorang di pos pintu keluar sekolah. “Ini Nain ya? Adiknya Iful dan Kak Alam?” Sapanya dengan ramah. “Oh iye. Kak Asdar Kan. Temannya Kak Iful. Penulis memang mengenal wajahnya. Cara berkomunikasinya juga elegan. Ya, semacam punya daya tarik kepemimpinan lah. Dengan pesona yang natural tersebut, wajarlah bila ia pernah menjadi Ketua OSIS di SMP 1 dan SMA 1 Bulukumba. Pada masanya, Kak Asdar orang terpopuler secara organisatoris dan Kak Iful (Saiful Patwa) adalah best of the best dalam hal pelajaran sekolah karena ia satu satunya pelajar yang yang terpilih di sekolah khusus namanya BPG di Makassar.

    Penulis bertanya dalam hati, mengapa Kak Asdar di sini? Bila ia datang untuk membela sang Ketua OSIS Asfar Nurdin, penulis kan sudah berdamai dengannya. Mungkin ia silaturahmi saja karena bagaimanapun ini adalah sekolahnya juga dari 1991 sampai 1994. Sejurus kemudian, sebelum semua itu terjawab, pertanyaan mengagetkan muncul. “Katanya Nain kagum sama Hitler ya. Mengapa?”, Ini benar benar menghentak. Dari mana ia tahu segala penjelasan penulis semasa Ospek? “Oh iya. Menurut Michael Heart dalam buku Seratus Tokoh Paling Berpengaruh dalam Sejarah, tidak ada orang yang pernah mengusai 2/3 Eropa selain Hitler. Sang penakluk sekaliber Alexander The Great pun tidak”, terang penulis dengan nada sopan.

    Karena Kak Asdar adalah orang yang enak diajak berkomunikasi, perdebatan tidak terjadi. Kami pun melanjutkan dialog yang terjadi semasa Ospek. “Kata pembawa materi, bila zaman Orde Baru, saya sudah ditangkap karena saya bertentangan dengan Pancasila. Saya menjelaskan bahwa yang tidak bisa berubah itu Al Qur’an. Semua hukum buatan manusia pasti bisa berubah. Panca Sila itu kan buatan manusia”, terang penulis yang terpengaruh dengan Al Maududi terjemahan Pak Amien Rais tersebut. Macam macamlah diskusinya seputar tentang Ospek selama hampir seminggu.

    Yang menarik dari Kak Asdar adalah ia mau mendengarkan secara utuh terhadap suatu permasalahan. Tak lupa ia pun selalu bertanya referensi terhadap sebuah argumen yang agak tajam. Dan bila berbeda pendapat, ia pun tidak menohok secara langsung. Penulis tahu bahwa ia tidak sepakat dengan Hitler namun ia punya cara yang elegan dengan berbagi referensi bacaan untuk menambah khazanah intelektual. Dan ia benar. Keunggulan ras Arya sebagaimana klaim Hitler hanyalah elok dalam pidato saja. Dan bentuk negara Islam pun di berbagai macam negara tafsirnya beragam.

    Teringat dengan segala kenangan baik tersebut, penulis sempat mengunjungi rumah Kak Asdar sewaktu liburan kuliah sekitar tahun 2002. Kesan pada waktu itu, Kak Asdar orang yang punya harapan besar untuk dapat menimba ilmu lebih banyak. Dan sekarang 2023 ini, ia adalah bagian dari dosen berbakat yang merupakan aset berharga untuk pengembangan kwalitas sumber daya manusia yang dimiliki oleh Universitas Muhammadiyah Bulukumba.

    Zulkarnain Patwa
    Pengajar Rumah Belajar Bersama

    Note:
    Foto di atas adalah sebuah persiapan untuk membedah buku Detik Detik yang Menentukan, Jalanan Panjang Indonesia menuju karya B. J. Habibie. Sumber foto: Rumah Belajar Bersama

  • Dari Pantai ke Pantai

    Dari Pantai ke Pantai

    Deru ombak sudah seperti alunan musik yang selalu menyenyakkan tidur. Bermain pasir? Ah, jangan ditanya. Membuat rumah, gundukan pasir yang tidak pernah selesai karena tersapu terus oleh ombak. Bahkan masa kecil penulis biasa membuat lubang lalu ditimbun pasir yang menyisakan bagian wajah saja agar hidung masih bisa menghirup oksigen. Kebiasaan ‘dikubur pasir’ ini tak pernah berhenti hingga saat ini karena kami mengajak anak-anak juga melakukan hal yang sama.

    Adakah yang berbeda dengan pantai lain? Pastilah. Setiap pantai memiliki karakter masing-masing. Perbedaan inilah yang merangsang kita untuk selalu memantapkan langkah menuju pesisir yang berlainan. Apalagi kalau pantai yang sangat terkenal.

    Pantai Kuta, Sanur, Melasti dan Uluwatu misalnya sudah punya nama besar sehingga membuat semua orang penasaran ingin menyusuri setiap bagian dari pantai tersebut.
    Rasa-rasanya tidak sah jika tidak menginjakkan kaki saat secara kebetulan kita berada di Bali.

    Pantai yang ada di Bali memiliki keunikan tersendiri. Pasir yang tidak tersentuh air laut berwarna putih kecoklatan sementara yang tersapu air laut berwarna hitam. Hitam sekali dan halus. Demikian juga kemirigannya. Rata-rata miring sehingga jika air laut pasang, ini menyulitkan orang yang tidak bisa berenang mendekat ke pantai. Namun, ombak yang besar menjadi syurga para pencinta olahraga raga surfing. Kecuali Uluwatu, keindahan pantai itu hanya bisa disaksikan dari atas.

     

    Biaya yang dikeluarkan jika berkunjung termasuk murah. Pantai Sanur hanya kenakan biaya parkir Rp. 5000 per mobil. Pantai Melasti Rp. 7.000 per orang termasuk parkir mobil. Pantai Kuta malah gratis. Sedang Uluwatu dikenakan parkir Rp. 2000 per mobil ukuran sedang dan bus besar Rp. 5.000. Retribusi masuk Rp. 30.000 per orang dan disediakan kain khas Bali warna ungu dan selendang kuning yang diikatkan di bagian perut.

    Itulah Bali. Permainan ‘dikubur pasir’ memang tidak berubah dari waktu ke waktu tapi setiap berkunjung di waktu yang berbeda selalu ada pengembangan baru yang dibangun untuk memuaskan para wisatawan.

    Fatmawati Patwa
    Pemerhati Pantai


  • Membiasakan Anak Anak pada English

    Membiasakan Anak Anak pada English

    Anak ini adalah Faiha Rahman, salah satu dari sekian banyak anak yang sangat berbakat dalam Bahasa Inggris. Ia masih kelas 1 di SDN 24 Salemba, Bulukumba, Sulawesi Selatan tapi selalu angkat tangan untuk memimpin kelas dalam latihan bicara.

    Andi Alodia yang punya kemampuan Basic English yang sangat baik dan kini sedang berlatih menjadi pengajar dengan sangat baik membantu Faiha melakukan dialog Berbahasa Inggris. Tak lupa, Alo pun berinisiatif merekam (link video terdapat di bawah).


    Penulis berpikir bahwa anak anak seumuran Faiha itu punya peluang lebih cerdas berbahasa asing. Penulis sendiri baru belajar Bahasa Inggris sejak kelas empat SD. Itu pun tidak terstruktur, suka suka saja. Keunggulannya, ayah penulis memang pandai berbahasa Inggris dan Arab sehingga banyak buku buku asing yang bertebaran di rumah yang membuat penulis hampir tidak terbiasa menghapal kosa kata Inggris. Cukup dengan membaca saja, wawasan tentang dunia luar otomatis bertambah. Sayangnya, grammar (tata bahasa) penulis waktu itu tidak terstruktur. Nanti setelah agak sedikit dewasa baru mengerti bahwa apa yang penulis artikan semasa anak anak sebagian terbalik balik artinya. 😀

    Bila Faiha dan anak anak semurannya terbiasa dengan buku ditambah dengan pemahaman struktur tata bahasa yang baik, tentu itu akan mempunyai loncatan belajar yang lebih berarti. Namun agar ia dapat tetap menikmati kelas belajar, tentunya struktur tersebut harus disesuaikan dengan tingkat kemampuannya memahami materi.

    Kita biarkan saja anak anak membaca tanpa perlu banyak peduli dengan grammar dengan syarat apa yang dibaca harus dipahamkan artinya agar pemahamannya tidak terbalik balik seperti masa kecil penulis.

    Bila begitu, bakat, kepercayaan diri dan mental kepemimpinan yang dimiliki Faiha dan anak anak lainnya akan berkembang pesat dan ilmu yang bermanfaat akan tersebar lebih maksimal di sekitar kita.

    Zulkarnain Patwa
    Pengajar Rumah Belajar Bersama

    * Anda dapat menonton latihan dialog Faiha Rahman bersama Andi Alodia di sini:
    https://m.facebook.com/story.php?story_fbid=pfbid02UdH1nCqz2m9ELyVbyqZ4pLHzNBbCLNCWJovgbDRBkwdroovkAFqHp6VYtibidvL7l&id=100023984421500&mibextid=Nif5oz

  • Hayalan yang Benar Berbasis Fakta

    Hayalan yang Benar Berbasis Fakta

    Andi Widya Maulidyah kini relatif tidak mendapatkan masalah yang berarti pada materi conditional sentences (terjemahan bebas: kalimat menghayal) mulai dari type 1, 2 dan 3, progressive (sedang berlangsung) dan basic mixed time (dasar percampuran waktu) yang baru saja ia pelajari. Hal ini karena ia menikmati, paham dan menuntaskan ribuan latihan tingkat Basic dan Pre Intermediate.

    Kualifikasi yang bagus tersebut membantu Widya untuk dapat berpikir logis sehingga penjelasan yang diberikan dapat secara cepat ia kembangkan sendiri.

    Ya, kalimat kalimat conditional sulit dijelaskan dalam Bahasa Indonesia karena tense (waktu dalam suatu kejadian pada kalimat) dalam Bahasa Indonesia agak berbeda dengan Bahasa Inggris. Widya terselamatkan oleh pemahamannya yang utuh tentang tenses yang secara apik telah diajarkan oleh Rifa’atul Mahmudah . Tenses inilah sebagai senjata pamungkas yang akan gunakan hingga sub materi adverbial clause ini tuntas.

    Lalu, apa menariknya conditional sentences ini?

    1. Kata ‘akan’ untuk dijelaskan kejadian di masa akan datang dapat digunakan untuk masa lampau. Makna dapat dipahami di conditional dan struktur dipahami pada past future tense.

    2. Pendalaman tense terdapat pada two-concept event tidak mempertemukan waktu lampau (past) dan present (saat ini) dalam kalimat. Pada mixed time pada conditional, kalimat lampau dan saat ini dapat bertemu dalam satu kalimat yang dikenal dengan istilah effect.

    3. Kalimat hayalan dan fakta saling terhubung dan punya kerangka struktur dan makna yang logis. Kalimat berbasis fakta dapat diolah menjadi kalimat menghayal dan kalimat menghayal pun punya basis fakta.

    Sebagai tindak lanjut, soal soal TOEFL (Test of English as a Foreign Language) atau IELTS (International English Language Testing System) yang berhubungan dengan materi di atas akan diturunkan untuk menguji dan membuktikan tingkat kemajuan belajar. Apakah hayalan ini benar? Kita nanti nanti saja faktanya di masa akan datang.

    Zulkarnain Patwa
    Pengajar Rumah Belajar Bersama

    Bulukumba, Jum’at 9 Juni 2023

    * Siaran langsung menjawab soal Widya secara lisan pada conditional using progressive forms di sini:

    https://m.facebook.com/story.php?story_fbid=799797701714089&id=100023984421500&mibextid=Nif5oz

  • Lolipop Kembar Berbahasa Inggris

    Lolipop Kembar Berbahasa Inggris

    Kesempatan datang bagai awan berlalu. Pergunakanlah
    ketika ia nampak di hadapanmu.
    — Imam Ali bin Abi Thalib 

    Membimbing dua pelajar SMA (Sekolah Menengah Atas) menuntaskan buku Basic English Grammar karya Betty Schramper Azar dan Stacey A. Hagen berwarna merah adalah pengalaman pertama penulis menjadi pengajar. Yazdi dan Viqi, biasanya dipanggil Kembar. Mereka berhasil menuntaskan buku merah dalam kurun waktu 3 bulan. Ini memang hanya keberhasilan kecil, tetapi itu menjadi fondasi yang baik untuk menguasai keterampilan Bahasa Inggris yang lain, yakni listening, speaking, writing, dan reading.

    Seperti kebanyakan proses, proses ini pun juga sama dimana perjalanan tidak selalu mulus. Starting point Kembar berangkat dari orang-orang yang minat belajarnya masih rendah dan lebih senang bermain game. Imbasnya, mereka akan belajar hanya pada saat di kelas. Hal ini sangat berpengaruh pada daya ingat yang cenderung lemah terhadap pelajaran karena tidak membiasakan diri melakukan pengulangan.

    Ketika Kembar ditargetkan menamatkan buku Basic English yang tebal dalam tiga bulan. Hati mereka bergejolak apakah lanjut belajar atau tidak. Dan pilihannya adalah lanjut.

    Kembar membawa karakter yang berbeda. Yazdi yang terstruktur, rapih, tekun, dan serius. Sayang, saat dorongan belajarnya menurun, dia kesulitan konsentrasi dan berimbas terhadap daya serap pelajaran yang melambat. Adapun Viqi orang yang fleksibel dan santai namun cenderung cepat berpuas diri saat mengerti pelajaran. Alhasil dia sering bermalas-malasan dan meremehkan tanggungjawab serta mengulur-ulur waktu. Meskipun demikian, munculnya persaingan mendorong mereka lebih giat mengerjakan latihan-latihan di buku merah karena ingin menjadi yang terdepan. Potensi persaingan inilah yang penulis kelola untuk meubah cara pandangnya terhadap belajar.

    Dengan dibekali pengetahuan grammar dari buku merah dan penguasaan 16 tenses di luar kepala, itu sangat menguntungkan Kembar. Dari segi materi standar kurikulum pelajaran sekolah saat ini, penulis sebagai pengajarnya yakin bahwa Kembar sudah dapat menyelesaikannya. Bahkan untuk materi lanjutan intermediate dan advance sekali pun, mereka bisa masuk kategori teratas karena telah mempunyai pondasi yang kokoh.

    Jangan pernah berpikir instant. Kerjakanlah tugas selembar demi selembar dengan tabah hingga akhirnya tamat juga.

    Walaupun demikian, pengetahuan grammar tidak akan pernah cukup untuk memenuhi syarat agar lancar berbahasa Inggris. Yang namanya berbahasa tentu tidak lepas dari berbicara. Oleh karena itu, kami mengkombinasikan pengetahuan grammar dengan membiasakan membaca English textbook. Nah, ada salah satu buku yang cukup bisa menyeimbangkan kedua skill itu dalam konteks daily conversation yaitu Question and Answer karya L. G. Alexander.

    Sejauh ini, Kembar tidak mengalami kerepotan menentukan jawaban yang tepat sesuai grammar. Selain itu, kemajuan paling signifikan nampak dari pengucapan English-nya yang sudah meningkat. Intonasi bicaranya juga perlahan membaik dan perbendaharaan kata pun bertambah. Penguatan pemahaman lisannya terolah berkat berbagai pola pertanyaan yang terdapat di buku itu.

    Kembar berlatih membaca dan melafalkan (pronuncing) buku cerita berbahasa Inggris dan menjawab soal soal sebagai bukti pemahaman terhadap cerita. Agar lebih komprehensif, penulisan jawaban mesti sesuai dengan aturan grammar (tata bahasa).

    Serunya belajar bersama mereka adalah mereka tidak sungkan beradu argumentasi dengan penulis. Jika penulis tanpa atau sengaja (often disengaja, heheh..) membelokkan jawaban yang tepat, baik saat momen mereka bertanya maupun saat review materi. Bagi penulis, ini merupakan poin plus dimana tindakan ini akan memperkuat long-term memory mereka karena otak terlatih untuk mengingat kembali informasi yang baru saja tersimpan dan yang sudah lama.

    Tentunya, suasana kegembiraan belajar demikian tidak serta merta terbentuk. Seperti saat awal mereka mengerjakan buku merah, cara belajarnya cenderung pasif. Kembar menerima mentah-mentah penjelasan tanpa disaring terlebih dahulu. Ini bukan karena penulis mencitrakan diri sebagai sosok pengajar yang ditakuti alias “killer” melainkan sebagai teman yang dapat buat mereka lebih terbuka untuk bertukar pikiran. Sehingga, kelas menjadi hidup dengan komunikasi interaktif.

    Upayakan untuk saling mendukung dalam belajar. Bukankah kemudahan itu tercipta bagi orang yang mau bekerjasama? Keep studying hard.

    Kecerdasan memang advantage (Keuntungan) bagi yang dianugerahkan tetapi rasa suka akan belajar adalah privileged (keistimewaan). Advantage Kembar karena mereka terus melangkah yang berawal dari kesabaran menyelesaikan Basic English Grammar dan kemudian ke pre-intermediate. Kembar sedang menuju privileged dengan kesediaan diri untuk menghadapi tiap tantangan hingga tertanam rasa suka belajar atau bahkan candu terhadap belajar.

    Mernissi
    Pengajar Bahasa Inggris di Rumah Belajar Bersama

  • Suka Membaca dan Bermain

    Suka Membaca dan Bermain

    Anak anak ini kini menikmati bacaan ringan buku dalam Bahasa Inggris. Ini memang perjuangan panjang untuk membuat mereka suka membaca. Mereka telah mengerti untuk tidak bergosip saat sedang belajar.

    Kini anak anak menjaga kekompakan dalam berbicara Inggris dan berusaha bicara Inggris dengan benar. Alhamdulillah!

    Tapi jangan lupa, saat waktu keluar main, anak anak ini seolah tidak mau berhenti. Dianggapnya kelas belajar telah selesai.

    Foto pada kelas Bahasa Inggris
    Kamis, 25 Mei 2023

    Zulkarnain Patwa
    Pengajar Rumah Belajar Bersama

    Silahkan tonton di youtube


    Facebook
    https://m.facebook.com/story.php?story_fbid=pfbid0ym5WzJtErazqzxdGQ2XFXwdxAuqa3C3XuWDbTAbzgMyQaXR75zt9YNcvD3ntPWMvl&id=100023984421500&mibextid=Nif5oz

  • Tidak Ada Perjuangan yang Mudah.

    Tidak Ada Perjuangan yang Mudah.

    Nikmatnya air putih itu setelah kita berpuasa sepanjang hari dan kemudian berbuka puasa. Air putih benar benar-benar sangat berharga untuk melepas dahaga kehausan.

    Para penuntut ilmu pun mengalami banyak tantangan. Sering kali mereka terjatuh. Mereka tidak boleh meratapi pada kejatuhannya dan malas untuk berdiri tegak. Mereka harus segera bangkit dan berjalan berlari ke depan.

    Apa menariknya hidup bila tidak ada tantangan? Apa menariknya buka puasa bila tidak menahan lapar dan haus? kesuksesan itu punya makna mendalam baik dalam hal hal mengharukan dan menggembirakan ketika ia punya cerita yang penuh dengan tantangan.

     

    Para pelajar perlu tekuni saja minat dan bakatnya dari sekarang agar dapat menentukan arah yang tepat untuk meraih cita cita masa depan. Kalau perlu, anggap saja semua cobaan yang menghadang itu adalah puasa dimana waktu berbuka puasa pasti akan tiba. Kesuksesan menuntut ilmu juga demikian adanya.

    Zulkarnain Patwa
    Rumah Belajar Bersama

  • Energi Positif pada Kerja

    Energi Positif pada Kerja

    Kwalitas sumber daya manusia teruji ketika ketika kita mampu mensinergikan segala potensi untuk mencapai suatu hal yang dicita-citakan. Setiap orang atau kelompok tertentu punya keahlian sesuai dengan bidangnya sehingga membangun komunikasi dan kerjasama menjadi mutlak perlunya agar target kemajuan lebih mudah tercapai.

    Mensinergikan energi positif tersebut secara otomatis mempengaruhi dan menggerakkan sektor sektor yang lainnya sehingga mampu menekan laju pengangguran yang menjadi salah satu sumber masalah yang dihadapi rakyat Indonesia.

    Zulkarnain Patwa
    Direktur Rumah Belajar Bersama