Kategori: News

Berita terbaru dari Rumah Belajar Bersama

  • Pertemuan setelah Festival Sandeq

    Pertemuan setelah Festival Sandeq

    Festival kemaritiman Indonesia yang paling berhubungan dengan laut dan secara konsisten dilaksanakan adalah Sandeq. Gagasan lomba Sandeq ini telah mulai terlaksana sejak tahun 1995 oleh Horst Liebner, pakar maritim Indonesia hingga 2024 ini oleh Muhammad Ridwan Alimuddin. Pada festival kali ini, Menteri Pariwisata, Sandiaga Uno memberikan informasi berharga tentang keunggulan Sandeq dengan mengatakan Sandeq adalah perahu layar tercepat di dunia.

    Ada rasa syukur yang tiada terkira bertemu dan berdiskusi panjang lebar dengan Kak Ridwan. Soalnya selain sebagai tink tank Sandeq, Ridwan kakak senior Asrama Merapi Sul-Sel–Yogyakarta. Segar dalam ingatanku, Ia adalah orang pertama di asrama kukenal yang punya koleksi segudang buku pribadi yang membuatku senang berdiskusi dengannya. Hubungan kami akrab karena sering saling ‘sindir’ tentang Sandeq dan Pinisi. Tapi betapa pun berdebat, saya sangat senang bersamanya dan menghormatinya karena ia adalah mahasiswa perikanan yang selalu punya alasan cerdas berbantah bantahan. Pendek kata, berilmu.

    Kak Ridwan konsisten dengan ide Sandeq. Sejak mahasiswa, dia telah membuat terobosan dengan menerbitkan buku, Mengapa Kita Belum Cinta Laut? Sebuah bahasan tentang Sandeq yang kemudian diresensi di koran Kompas oleh intelektual muda terkenal pada masa itu, Muhidin M. Dahlan.

    Dayung bersambut, Ridwan pun menerbitkan banyak buku tentang laut. Menariknya, ia tidak menjadi intelektual menara gading yang tahunya tentang kumpulan teori dengan membungkus diri di dalam kampus. Ia melaut keliling Indonesia dan luar negeri dan menggerakkan kesadaran masyarakat di sekitarnya tentang peran-peran penting yang perlu dikerjakan oleh para pelaut. Tak lupa, ia pun membuka perpustakaan agar masyarakat kalangan pesisir punya kesadaran dalam dunia pendidikan.

    Pada obrolan warung kopi ini, Ridwan dan kawan kawannya dari Sulawesi Barat dan saya dengan Sakkar AR dari Sulawesi Selatan membahas tentang pentingnya pelatihan kelautan buat para pelajar SMA, SMK, para mahasiswa dan pemuda pemudi agar mereka punya bekal pengetahuan yang cukup untuk bisa memberdayakan benua maritim Indonesia yang luas ini.

    Di samping itu, kekayaan pengetahuan nenek dan kakek moyang harus terus digali agar generasi zaman now ini tidak lupa siapa dirinya dan darimana mereka berasal. Dan hal tersebut perlu untuk terus dikembangkan sesuai dengan tuntutan zaman.

    Dengan demikian, festival kemaritiman yang dahsyat seperti Sandeq ini dapat bertambah luas dan dapat diadakan di daerahnya masing-masing sesuai dengan khas perahu dan budayanya masing-masing. Bila hari ini Sandeq perahu tercepat dunia, bisa jadi kedahsyatan perahu perahu lainnya di Indonesia juga bermuculan sati persatu. Dan bukankah beribu-ribu pulau di Indonesia ini masih efektif menggunakan perahu? Jawab ‘ya’ saja.

    Zulkarnain Patwa

    Senin 23 September 2024 pada perjalanan Menuju-Makassar, 21.55 Wita

  • Pemuda Pinisi Berguru Sandeq

    Pemuda Pinisi Berguru Sandeq

    Muhammad Ridwan Alimuddin pakar perahu Sandeq Indonesia dan tink tank Festival Sandeq 2024 ini dan Sakkar AR kru Pinisi Perla Anugerah Ilahi yang turut bergabung di Festival Sandeq di Mamuju berfoto dengan simbol Sandeq di tangan.

    Karena percaya pada kapasitas intelektual dan pengalaman Ridwan mengarungi samudra, penulis meminta kesediaan hati Ridwan agar ia turut mendidik Sakkar mengingat pemuda pelaut Bulukumba tergolong tekun belajar dan bekerja. Hal ini berdasarkan pengamatan penulis selama mendidik Sakkar Bahasa Inggris di Rumah Belajar Bersama. Ia juga sudah mulai tekun membaca buku buku rekayasa sosial dan berlatih menulis.

    Ridwan mengerti spirit intelektual yang penulis bawa sehingga ia menerangkan bahwa pelatihan teori dan praktek perahu Sandeq telah sering berjalan di tingkat pelajar SMA/SMK, mahasiswa dan umum dan bahkan orang orang asing dari luar negeri di Sulawesi Barat. Beberapa pelayaran dengan layar saja pun bekerja sama dengan swasta dan pemerintah ia jalankan. Dan Sakkar diperkenankan untuk bergabung. Menurutnya, hal itu juga bisa dilaksanakan di Bulukumba karena terdapat perahu Pinisi yang namanya telah mendunia.

    Para pemuda pemudi kita yang punya minat dan bakat dalam dunia bahari dapat mencontoh jejak Sakkar dengan terlebih dahulu mengenali dan melayarkan perahu Pinisi dan Sandeq yang merupakan perahu yang ada di daerahnya. Sakkar kru Pinisi Perla Anugerah Ilahi telah punya bekal melayarkan tanpa mesin telah bekerja dengan baik. Kemudian inilah yang membukakan kemudahan jalannya sendiri yang mana para intelektual handal seperti Horst, Ridwan dan lainnya.

    Selamat belajar Sakkar. Sebagai anak pelaut, semoga harapanmu tentang Festival Pinisi yang punya kepedulian terhadap kehidupan para pelaut sebagaimana yang kamu bayangkan terwujud. Dengan berguru kepada Ridwan, kamu bisa mengerti cara kerja Festival Sandeq dan keberlanjutannya dan nantinya dapat kamu menerapkan dalam kehidupanmu dan kampung halamanmu dan seterusnya sesuai kesanggupan berpikirmu.

    Zulkarnain Patwa
    Makassar, 24 September 2024.

    Foto pada 23 September 2024 di Mamuju, Sulawesi Barat.

  • Salman Al Farisi pada Perang Khandaq

    Salman Al Farisi pada Perang Khandaq

    Sensei Ir. Abdul Djalil Razak, Ketua INKAI Sulawesi Selatan ziarah ke makam Salman Al Farisi di Irak. Seperti apa sosok Salman hingga menarik perhatian untuk diziarahi?

    Salman melakukan perjalanan jauh dari Persia (Iran) ke Arab setelah mendengarkan kabar agama tauhid dari kenabian Muhammad SAW. Ia adalah keluarga yang terpandang dengan kehidupan yang nyaman. Peralihan menjadi pengembara religius membuatnya mengalami derita yang panjang baik dari kesulitan ekonomi hingga pemukulan fisik sampai niatnya terpenuhi, bertemu dengan Baginda Nabi.

    Jasa Salman yang paling kesohor adalah perang Khandaq. Gagasannya berupa penggalian parit untuk menghalau pasukan Arab yang ahli berkuda diterima oleh Nabi Muhammad SAW. Dengan parit, pasukan berkuda itu tidak akan berfungsi efektif. Sangat sulit melewati parit keadaan tidak cedera.

    Di lain pihak, Abu Sofyan pimpinan kaum Quraish berhasil mengkonsolidasikan suku suku Arab termasuk Yahudi dengan kekuatan tersebar guna memberikan serangan terakhir untuk menghancur leburkan ummat Islam berikut dengan ajarannya. Dengan jumlah pasukan yang tidak setara, mereka sangat percaya diri akan memperoleh kemenangan besar.

    Setelah tiba di Madinah, barulah mereka terhenyak kaget dan jengkel. Wajar karena waktu itu strategi parit ini sebelumnya tidak dikenali di Arab tapi kecerdasan strategi perang ala Persia.

    Pengepungan melelahkan pasukan Abu Sofyan terhadap Madinah tidak membuahkan hasil. Mereka tak sanggup menembus parit. Memang ada beberapa orang jagoan Quraish yang sanggup tembus tapi nasibnya sama saja, mati.

    Banyak kisah heroik dalam perang Khandaq ini yang dengan sengaja tidak terjelaskan di sini. Tulisan ini sekedar pengantar yang tindak lanjutnya dapat anda telusuri di internet atau buku sejarah. Ujung yang penulis sampaikan pada perang parit ini adalah kemenangan jatuh di tangan ummat Islam.

    Ziarah seperti Sensei Ir. Abdul Djalil Razak ke makam Salman memang sangat penting. Sedikitnya, dengan melihat postingan foto ini di grup INKAI Sulawesi Selatan, penulis mencoba menghimpun kembali bacaan dan kajian intelektual semasa bergelut dalam pergerakan mahasiswa dan membaginya kepada pembaca kajian lebih lanjut.

    Selamat berziarah di negeri negeri terjauh, Pak Ketua bersama istri tercinta. Semoga perjalanan lancar dan kembali ke Indonesia dengan selamat.

    Zulkarnain Patwa
    * Humas INKAI Sulawesi Selatan

    Jeneponto, 26 September 2024
    Perjalanan Makassar-Bulukumba

  • Azizah, Atlet Dayung Peraih Perak PON

    Azizah, Atlet Dayung Peraih Perak PON

    Nur Azizah Patwa atlet mewakili Kab. Bantaeng peraih dua emas kategori Perorangan Putri kejuaraan dayung pada PORDA Bulukumba-Sinjai ini kini meraih Perak pada PON (Pekan Olahraga Nasional) di Aceh-Sumut (Sumatra Utara). Azizah gadis keturunan Bulukumba mewakili Provinsi Sulawesi Selatan dan mendapat full support dari kampusnya di UNM (Universitas Negeri Makassar).

    Sayang sekali, Ibunya Azizah, Nur Wahidah Bakkas Tumengkol tidak sempat melihat lonjakan kesuksesan anaknya ini karena Kak Ida telah berpulang ke pangkuan ilahi saat Azizah masih dalam karantina latihan, beberapa bulan sebelum PON terlaksana.

    Nur Azizah Patwa bersama team atlet dayung Sulawesi Selatan yang meraih juara pada PON di Aceh-Sumatra Utara.

Sumber Foto: Nur Azizah Patwa

    Beruntung, ayahnya Azizah Sultan Rasyid Patwa, keluarga ibunya dan bapaknya, pelatih dan teman temannya selalu menguatkan mental Azizah agar ikhlas menerima cobaan hidup tersebut sehingga Azizah bisa kembali fokus berlatih dan dapat memberikan kebanggaan kepada keluarganya dan Sulawesi Selatan.

    Dan alhamdulillah, biarpun Azizah yang menargetkan diri meraih emas tapi ia hanya mampu menyumbangkan perak, itu sudah prestasi yang luar biasa mengingat dirinya mengalami goncangan bathin yang luar biasa yang mampu ia atasi.

    Kalau melihat ketekunan dan kedisiplinan Azizah selama ini sebagai seorang atlet, peluang untuk meraih emas pada kejuaraan yang lebih besar nantinya masih sangat terbuka. Soalnya, ia termasuk orang yang konsisten dalam berlatih. Apapun kesibukannya, bila telah masuk jadwal latihan yang ia tetapkan, segala kesibukan tersebut ia tinggalkan. Semoga pembiasaan prilaku positifnya ini membuat ia termasuk orang yang tergolong man Jadda wa Jada (siapa yang bersungguh sungguh, maka dapatlah ia).

    Good luck Azizah. Always do the best you can.

    Zulkarnain Patwa 
    * Pengajar Rumah Belajar Bersama

  • Bukan Bodoh

    Bukan Bodoh

    Bule yang tinggi ini sekitar 2 meter sedangkan yang orang lokal tingginya sekitar 180 cm. Apa soal?

    Steve Jobs pernah merasa bodoh dan menyesal menampilkan Bill Gates di layar raksasa dimana dia yang sedang berdiri di atas panggung terlihat kecil di hadapan penonton pada sebuah acara besar yang ia selenggarakan sendiri. Waktu itu, Bill Gates tidak ada di tempat acara sehingga komunikasi jarak jauh melalui tampilan gambar hadir.

    Steve Jobs sang legenda Apple Computer itu bolehlah berpikir demikian karena ia menganggap Bill Gates yang menggagas Windows merupakan saingan berat.

    Bagaimana bila pendapat ini dibalik? Ini bukan kebodohan karena tubuh yang lebih kecil tidak merasa kecil bertemu dengan orang yang lebih tinggi. Tidak perlu merasa minder. Malahan, si tinggi ditepuk dengan hangat sebagai tanda kesenangan berkenalan dengan orang yang punya badan lebih tinggi.

    Bule ini bukan saingan. Dia adalah kawan dalam berkomunikasi untuk membuka jendela dunia yang luas yang belum kita tapaki. Kebanyakan kita tahu dunia luar dari buku ataupun media sosial. Berbicara langsung punya cita rasa tersendiri dan mencocokkan informasi yang telah dipelajari.

    Toh bule ini juga sadar bahwa terdapat orang-orang yang lebih tinggi darinya tersebar di berbagai macam negeri. Itulah mengapa dia sadar untuk tidak tinggi hati.

    Zulkarnain Patwa
    * Pengajar Rumah Belajar Bersama

    Foto pada Senin, 19 Agustus 2024 di Bira

  • Dua Orang Ahli Perahu

    Dua Orang Ahli Perahu

    Satu adalah Pak Najib yang mempunyai tradisi turun temurun dari nenek moyangnya dari Lemo-Lemo sebagai ahli pembuat perahu kayu Pinisi dan perahu kayu sesuai pesanan pembeli. Dia juga sarjana Matematika di Universitas Hasanuddin, Makassar sehingga cara pembuatan perahunya sedikit banyak dipengaruhi ilmu hitung mendalam selain insting.

    Kedua Horst Liebner. Ia pakar Pinisi yang berhasil menyerap pengetahuan lokal cara pembuatan perahu Pinisi dan perahu kayu lainnya di Indonesia. Keilmuannya bukan saja diakui dalam dunia akademik dengan gelar doktor tapi dia diakui oleh para panrita lopi (ahli pembuat perahu). Horst mengenal baik pembuatan perahu tradisional Indonesia dan tekun menulis tentang maritim. Keberadaannya di Tanah Beru sekarang untuk Pinisi Perla Anugerah Ilahi yang sedang dalam tahapan pembenahan untuk pelayaran selanjutnya.

    Dan ketiga yang di tengah adalah orang yang sekedar numpang foto. 😀

    Senin, 19 Agustus 2024 di Pusat Pembuatan Perahu di Tanah Beru, Bulukumba, Sulawesi Selatan.

    Zulkarnain Patwa
    * Pengajar Rumah Belajar Bersama
    * Pemerhati Pinisi

  • Pemuda, Laut dan Pinisi Perla Anugerah Ilahi

    Pemuda, Laut dan Pinisi Perla Anugerah Ilahi

    Terlahir sebagai anak pelaut dengan dengan keseharian hidup berada di laut, Rumahnya tepat tepi laut di Kec. Herlang, Turungan Beru, Bulukumba,  Sulawesi Selatan.

    Sakkar namanya. Seorang pemuda yang punya minat belajar yang tinggi. Itu penulis temukan saat dia belajar intensif bahasa Inggris dan inisiatifnya membantu anak anak kecil untuk rajin membaca buku. Dia jadi mengerti membagi ilmu itu tidaklah membuat ilmunya berkurang tapi malah bertambah.

    Waktu luang Sakkar banyak diisi dengan membaca buku-buku sumbangan donatur Pustaka Bergerak Indonesia sebuah inisiasi Kak Nirwan Ahmad Arsuka (Almarhum) kepada perpustakaan Rumah Belajar Bersama dan tidak lupa secara jujur penulis katakan bahwa dia bermain games android–sebuah hobby digital kids dan pemuda zaman now.

    Sakkar berada di atas perahu Pinisi Perla Anugerah Ilahi ini berdasarkan pengumuman yang dibuka oleh Doktor Horst Liebner–Pakar Maritim Pinisi Indonesia–akan melakukan pelayaran tanpa mesin sebagai bagian dari upaya pelestarian pengetahuan Pinisi yang telah hampir punah karena telah dikepung oleh modernisasi.

    Pinisi apa sekarang yang tidak pakai mesin? Seandainya Perla Anugerah Ilahi sebagai satu satunya Pinisi yang mengandalkan angin saja untuk berlayar itu pakai bermesin, entah dimana lagi orang harus belajar. Tidak ada. Sebuah kemungkinan yang (hampir) pasti tidak ada.

    Setelah mengurus kapal di pagi hingga siang di Bantilang (baca: pembuatan perahu) Pak Najib, Horst tertarik dengan ketekunan Sakkar dalam bekerja saat berada di Perla Anugerah Ilahi dan pemahamannya yang cukup baik tentang perahu dan laut. Horst yang tentunya ahli mengenal potensi Sakkar menawarkan untuk bergabung. Sakkar memang sangat berminat karena sebenarnya dunianya memang laut ditambah lagi dia sebenarnya pernah bertemu Horst pada Pelatihan Pelestarian Pinisi diadakan oleh Balai Pelestarian Kebudayaan XIX Sul Sel dan Tenggara pada Maret 2024 di Bira dan telah sedikit banyak tahu latar belakang Horst melalui kabar mulut dan berselancar di internet.

    Tapi entah mengapa, tiba tiba saja, Sakkar bilang ‘Saya pikir-pikir dulu’.

    Sakkar mengalami konflik bathin dihadapkan pada pilihan antara melaut bersama Horts dkk atau tetap belajar Bahasa Inggris di darat.

    Di satu sisi, dia sadar betul bahwa peluang berlayar seperti di atas super langka ditambah lagi, dia sangat percaya bahwa ilmu dan pengalaman melaut yang dimiliki Horst dan beberapa orang seperti Ridwan Alimuddin dan Guswan adalah matang dalam mengelilingi lautan luas. Dia paham betul bahwa banyak ilmu baru yang bisa diperoleh dari nama nama orang orang penting disebut di atas yang reputasinya telah melayarkan perahu Pa’dewakang tanpa mesin ke Australia dan punya segudang pengalaman berlayar.

    Di sisi lain, Sakkar merasa akan banyak ketinggalan pelajaran bila kehidupannya kembali di laut, setidaknya itulah pemikirannya saat ini. Ini karena dia telah cukup mengerti peta pelajaran Inggris dan ingin memahaminya sebelum kembali ‘terjun bebas’ di laut. Dia telah menetapkan  target untuk menjadi orang yang mahir berbahasa asing dalam waktu tertentu dan ditambah lagi dirinya telah berhasil mengembangkan bakat dalam dunia literasi. Beberapa buku yang cukup serius telah dia selesaikan. Terdapat sebuah rencana yang cukup matang tentang rancangan hidup masa depan yang cerah tertancap baik dalam kepalanya.

    Untungnya, rencana pelayaran Perla Anugerah Ilahi ini ada dalam sebulan atau beberapa bulan saja sehingga peluangnya untuk memahami ilmu pelayaran tanpa mesin terbuka lebar.

    Horst memberikan waktu beberapa hari buat Sakkar untuk memilih jalan terbaik.

    Pemahaman penulis, tinggal cerdas cerdas saja memanfaatkan waktu. Horst itu kan orang bisa bahasa Konjo, Indonesia, Inggris, Jerman sebagaimana negeri asalnya dan entah bahasa apa lagi. Semua itu berharga. Kalau cuma urusan bahasa, pastilah banyak istilah istilah baru yang bermunculan selama dalam pelayaran. Saat berlabuh, itu bisa dikaji secara detail dan dijadikan minimal kumpulan jadi buku saku istilah berdasarkan pengalaman pelayaran Pinisi.

    Selamat merenung Sakkar dalam menentukan langkah ke depan. Rumahmu yang di tepi laut itu dimana tempat bermainmu adalah laut menawarkan pandangan luas, terlihat tanpa batas. Bahkan, sebegitu luasnya laut itu seolah bersambung ke langit. Alam tempat kelahiranmu itu cukup membantu berpikir terbuka untuk membuktikan bahwa anak pelaut Turungan Beru, bisa juga. Dan itu memang bisa. Toh, nenek dan kakek moyangmu, pelaut.

    Zulkarnain Patwa
    * Pengajar Bahasa Inggris di Rumah Belajar Bersama
    * Pemerhati Pinisi

  • Petualangan Gadis Spanyol di Sulawesi Selatan. Part 1

    Petualangan Gadis Spanyol di Sulawesi Selatan. Part 1

    Keinginan untuk mengenal dunia luas ini membuat manusia berani untuk melangkah. Natalia, seorang pemudi periang dari Bilbao, Spanyol berkunjung ke Bira. Seorang diri berkeliling tanpa ada rasa takut sedikit pun yang terpancar di wajahnya. Alasannya sederhana. Kebaikan berbalas kebaikan. Tak heran, dia suka tersenyum yang membuatnya mudah diterima kemana pun dia pergi.

    Sebagai seorang pelancong, Natalia suka berjalan kaki sepanjang kawasan wisata Bira. Ia menemukan pantai yang sangat indah, airnya yang sangat jernih dan hangat, sesuatu yang sangat berbeda dengan di pantai utara di Spanyol yang dingin. Pantai Bira itu berpasir putih yang cukup bersih dimana hal itu dia tidak temukan di tempat dimana dia tinggal. Pantai juga menawarkan ketenangan karena tidak ramai tidak seperti di Bali yang penuh keramaian.

    Itulah mengapa Natalia betah dan memilih untuk tinggal selama seminggu. Sebagai konsekuensinya, dia akan lebih banyak menikmati diri bermandikan matahari di pantai dan jalan-jalan melihat pepohonan rindang yang tumbuh liar di atas batu karang dan sesekali beruntung melihat monyet-monyet berekor pendek khas sulawesi selatan dikenal dengan istilah Macaca Maura, keluar dari hutan semak-belukar mencari makanan ke daerah pemukiman tanpa pernah mengganggu manusia. Sedikitnya, itu menjadi nilai tambah yang jarang terpublikasikan ke media sebagai bagian dari objek wisata. Dia tertarik dengan semua itu. ‘Bila tidak, dengan segera dia akan pergi’, katanya.

    Natalia pun juga sempat berkunjung di Kajang dimana kehidupannya masyarakatnya menyatu dengan alam. Dia sangat tertarik melihat cara hidup orang-orang Kajang yang sungguh berbeda dengan membandingkan kehidupan di Eropa yang serba modern dimana hal ini tidak bisa ditemukan di Eropa. Menurutnya, beberapa tempat di Indonesia kehidupannya modern tapi beberapa tempat hidup dengan cara tradisional seperti di Kajang.

    Kesannya. Natalia harus berjalan dengan kaki telanjang tanpa sendal atau sepatu memasuki kawasan adat Kajang di Amma Toa yang membuatnya kesakitan untuk berjalan karena semua orang yang masuk tidak boleh memakai alas kaki guna sebagai bagian mendekatkan diri kepada alam. Hal ini untuk mengingatkan bahwa manusia terlahir dari tanah dan akan kembali ke tanah. Rasa sakit yang jarang dialami Natalia ini membuatnya punya ingatan panjang namun itu seolah terobati saat dia melihat anak-anak berjalan kaki dengan riang gembira dan berjalan dengan cepat, tanpa beban sama sekali. Itu manakjubkan!

    Di kawasan Amma Toa, Orang-orang terlihat bahagia menjalani kehidupannya masing-masing karena tiap orang berhak punya pilihan. Bagi yang ingin hidup tanpa peralatan seperti listrik, mesin, handphone dan segala peralatan modern, bisa tinggal menetap di kawasan. Tapi bila ingin kehidupan modern, silahkan keluar dan saat mereka ingin kembali, segala kehidupan modern itu harus ditinggalkan. Begitulah Amma Toa bersama rakyatnya menjaga kelestarian alam ini.

    Maka tidaklah mengherankan, senyum sumringah biasa kita temukan terpancar dari wajah-wajah orang desa karena selain mereka hidup dengan penuh kesederhanaan tanpa banyak kepentingan materi atau kekuasaan, mereka juga menyakini bahwa hubungan baik sesama manusia itu perlu dijaga agar manusia dapat hidup di alam ini dengan bahagia.

    Natalia sempat mengunjungi rumah Amma Toa, Sang Kepala Adat yang rumahnya yang berlantai dan berdinding dari bambu dan bertemu. Karena orang-orang Kajang berpakaian hitam dan tiap pengunjung juga wajib berpakaian hitam menarik perhatian Natalia untuk bertanya. ‘Mengapa orang-orang berpakaian hitam?’, tanya Natalia.  Amma Toa mengatakan, ‘Ketika manusia lahir, semuanya yang dia lihat hitam.’ Warna adat Kajang ini juga sebagai bentuk persamaan dalam segala hal; kesederhanaan, kekuatan dan persamaan derajat manusia di hadapan Sang Pencipta.

    Sisi lain yang mengagumkan buat Natalia saat bertamu ialah sebuah keluarga dari pulau Kalimantan jauh-jauh berkunjung agar berkenan diobati oleh Amma Toa. Baginya, itu mengagetkan melihatnya secara langsung karena itu sepertinya tidak ditemukan Natalia di negaranya. Sebenarnya, bagi masyarakat Sulawesi Selatan, pengobatan tradisional disertai dengan ramuan dedaunan adalah tradisi yang bertahan lama. Pilihan rakyat ke Amma Toa karena dipercaya bahwa Amma Toa adalah orang yang tidak banyak tergantung pada kehidupan materi dimana doa-doanya membuat pintu langit lebih mudah terbuka untuk diterima oleh Sang Pencipta.

    Yang terakhir dikisahkan oleh Natalia adalah kunjungannya di Sulawesi Selatan adalah Rantepao di Tanah Toraja. Dia turut serta pada acara kematian.  Dia menemukan makna bahwa semakin banyak kerbau yang dikorbankan untuk orang yang meninggal, semakin baik juga kehidupan orang yang telah meninggal tersebut di alam baka. Sisi lain adalah power. Orang yang punya status sosial di masyarakat yang tinggi merasa perlu melakukan pengorbanan yang lebih besar.

    Acara ini melibatkan banyak orang dan layaknya pesta yang panjang. Bersama dengan masyarakat setempat, Natalia juga turut diajak bergabung menikmati makanan dan ditawarkan untuk mencicipi beragam menu yang tersedia. ‘Coba ini, coba itu’, kata orang. Dan itu adalah keramahtamahan penduduk lokal dalam menyambut para tamu.

    Dibalik itu, hal utama yang Natalia pikirkan tentang bagaimana orang orang Toraja memberi penghargaan kepada orang meninggal. Seperti kebanyakan orang-orang di dunia, orang meninggal itu dikubur sedangkan di Toraja tidak dikubur. ‘Kita manusia tidak melupakan tapi tidak melihatnya lagi. Itu sulit membayangkan bagaimana orang yang meninggal dikeluarkan dan dibersihkan sebagaimana orang-orang lakukan di Rantepao’, terangnya. Bila saja kejadian ini terjadi pada keluarga Natalia, ‘Saya tidak pernah membayangkan bagaimana saya membersihkan ibu saya’, tambahnya.

    Begitulah keragaman budaya itu berlaku. Perbedaan itu terus terbentang di sepanjang jalan kehidupan. Mari kita simak yang berikutnya. Toraja juga terkenal dengan bangunan rumahnya yang unik. Awalnya Natalia berasumsi bahwa rumah itu kecil sebagaimana yang dia lihat melalui foto namun pada kenyataannya itu adalah rumah yang besar yang mempunyai seni arsitektur yang khas berbeda.

    Begitulah! Betapa pentingnya manusia terus bertebaran di muka bumi agar dapat menambah pengetahuan dan pengalaman yang terkadang tidak semuanya tertera di dalam buku-buku. Kemampuan beradaptasi sebagaimana yang dilakukan Natalia gadis petualang berusia dua puluh empat tahun yang selalu tersenyum manis layaknya orang Indonesia yang ramah dan dengan pemikiran terbuka patut diikuti. Layaknya pepatah Melayu, ‘Dimana langit dijunjung, disitu bumi dipijak.’ And Natalia did it well.

    Zulkarnain Patwa
    Pengajar Bahasa Inggris di Rumah Belajar Bersama

    * Note: Tulisan ini berdasarkan hasil wawancara podcast di Villa Malomo, Bira, Sulawesi Selatan pada Rabu, 14 Agustus 2024. Video menyusul.

  • Mengapa INKAI Sul Sel Juara Umum 1 di Kejuaraan Porbikawa?

    Mengapa INKAI Sul Sel Juara Umum 1 di Kejuaraan Porbikawa?

    Tidak ada perjuangan yang sia-sia dan kesungguh-sungguhan itu memperoleh hasil maksimal. Begitulah pemikiran Saiful Patwa, Manager INKAI (Institut Karate Do-Indonesia) Sul Sel (Sulawesi Selatan) pada Kejuaraan Porbikawa di Makassar.

    Dengan naiknya INKAI Sul Sel sebagai Juara Umum mum 1 lagi, Saiful berbagi pemikiran dan pengalaman dengan menjelaskan mengapa INKAI Sul Sel berada di puncak.

    Ir. Abdul Djalil Razak, Ketua INKAI Sul Sel (Berkaca mata), Amir Uskara, Pengurus FORKI Sul Sel dan Anggota DPR RI (Tengah) dan Saiful Patwa, Manager INKAI Sul Sel pada Kejuaraan Porbikawa Sul Sel.

    Berikut ini adalah petikannya:

    Kejuaraan karate Porbikawa telah berakhir dengan hasil INKAI Makassar juara umum 1 dengan perolehan medali 17 Emas, 12 Perak dan 8 Perunggu.

    Pencapaian ini tidak serta merta hadir begitu saja tapi melalui pemikiran cerdas dari pengurus INKAI dan MSH (Majelis Sabuk Hitam) Sul Sul (Sulawesi Selatan) dimulai dari Kejurda (Kejuaraan Daerah) INKAI dimana yang juara dikirim untuk pertandingan di Porbikawa.

    Persiapan TC (Training Center/Pemusatan Latihan) cuma 2 hari. Kita bersyukur karena sebelumnya atlet kita telah digembleng di Dojo (ranting) masing masing sehingga kita dapat mengatakan bahwa ini perjuangan yang panjang untuk meraih hasil membanggakan ini.

    Terlepas dari hasil Porbikawa, arsitek yang membuat kita juara adalah:

    1. Ketua Peng Prov (Pengurus Provinsi) INKAI  Sul Sel mempunyai program dan pola latihan terstruktur serta program lainnya. Terdapat penyediakan tempat TC, menyediakan dana. Selain itu, hadir selama 3 hari di kejuaraan dari pagi sampai akhir pertandingan dengan  memperhatikan segala urusan dengan detail termasuk makanan dan medis.

    2. Ketua MSH yang melatih dan menyiapkan pelatih yang melatih para atlet.

    3. Coach dan pelatih coach yg telah melatih TC serta aktif mendampingi atlet.

    4. Orang tua kohai yg mengizinkan dan mensupport anak anaknya bertanding.

    5. Para kohai yg telah berlatih serius sehingga bisa menghasilkan prestasi maksimal.

    Jika semua pola ini berlangsung terus-menerus maka ke depan kita akan memimpin setiap event.

    Sekali lagi terima kasih yg sebesar besarnya kepada Sensei Ketua Ir. Abdul Djalil Razak atas peran yg sangat luar biasa baik secara materi dan non materi yg telah mensupport setiap event kejuaraan.

    Kehadiran Sensei Ketua dan Pengurus INKAI Sul Sel di tempat kejuaraan menjadi penyemangat tersendiri terhadap seluruh atlet INKAI yang turun berlaga.

    Sesuai pesan Sensei Ketua, “Jangan terlena maka kita harus tetap melanjutkan program program latihan selama ini berjalan.”

    Terakhir  saya sebagai manager memohon maaf atas kekurangan selama memimpin selama tiga hari. Setiap kekurangan menjadi pelajaran berharga untuk kita benahi pada kejuaraan berikutnya.

    Demikian dan terima kasih atas kepercayaan Sensei Ketua dan Pengurus INKAI Sul Sel atas penunjukannya sebagai team pendamping. Dan dengan berakhirnya pertandingan Porbikawa maka tugas kami juga berakhir sampai di sini.

    Semoga kedepan, prestasi INKAI Sul Sel jauh lebih baik.

    Zulkarnain Patwa
    Humas INKAI Sulawesi Selatan

  • INKAI Sul Sel Juara Umum 1 Kejuaraan Porbikawa

    INKAI Sul Sel Juara Umum 1 Kejuaraan Porbikawa

    Dalam tiga tahun terkahir ini, INKAI (Institut Karate Do-Indonesia) Sul Sel  (Sulawesi Selatan) mencatatkan tinta emas dengan meraih beragam juara. Dan pada Kejuaraan Porbikawa 15 – 17 September di Makassar, INKAI Sul Sel kembali mencatatkan diri sebagai Juara Umum 1.

    Semua prestasi membanggakan ini sangat erat kaitannya dengan pola kepemimpinan Ir. Abdul Djalil Razak, Ketua INKAI Sul Sel yang bukan hanya memimpin dengan kecerdasan mengelola pengurus yang hebat tapi juga dengan rasa cinta sehingga INKAI Sul Sel selalu dalam keadaan solid dan mempunyai daya juang yang tinggi.

    Berikut petikan pernyataannya:

    Alhamdulillah wa syukurillah terima kasih Ya Allah. Terima kasih untuk semua INKAI Cabang Palopo, Gowa, Pinrang, Bulukumba, Maros, Sinjai, Bone, Jeneponto, Dojo Kodim 1408 Makassar, Dojo Antang, Dojo Lifiyura, Dojo Puri dan Dojo Generasi Unggul atas kerja samanya yang baik bergabung dalam satu INKAI menjadi Tim yang solid. Dengan daya juang anak-anakku, atlit yang luar biasa tersebut menjadikan INKAI keluar sebagai Juara umum yang sekian kalinya.

    Terima kasih juga kepada Tim Manager, Koordinasi dan para pendamping atlit (generasi pelanjut INKAI) dan seluruh pengurus INKAI baik Pengurus Peng Prov (Pengurus Provinsi) maupun pengurus Cabang yang telah bekerja keras dan ikhlas sehingga juara diraih oleh INKAI yang sama kita cintai.

    Kita boleh bangga namun jangan kita terlena dengan apa yang kita telah raih. Mari kita terus menerus meningkatkan kualitas dan kuantitas atlit kita. Ewako!!!!

    Mohon maaf kalau dalam penyelenggaraan Kejurda (Kejuaraan Daerah) maupun kejuaraan Porbikawa ini adahal yang tidak berkenan..🙏

    Zulkarnain Patwa
    * Humas INKAI Sulawesi Selatan