Kategori: Uncategorized

  • Homestay Training to Develop Tourism Villlages

    Homestay Training to Develop Tourism Villlages

    Bulukumba, RBB (30/11)— Bulukumba Tourism Department is now working on so that villages can develop their respective tourism potential. This is due to residential training that recruits young people who will turn their villages into tourist villages.

    The training was in three days, from November, 24 till 26 in Bira. Andi Aryono, Chief of PPTK (Technical Implementation Officer) revealed the contents of the activity. “The first day was about managing homestays according to ASEAN (Association of Southeast Asian Nations) standards which discussed products, buildings and services. The second day was about the preparation of homestay packages and food and beverage services and practices. The third day of training was about introducing management, collaboration and promotion and homestay marketing,” he explained.

    The participants were able to understand the content of training well. Muhammad Arsyad explained, “I think this is good for refreshing. We get new knowledge and also know how to manage ourselves because this traninng is to build self-confidence. How to manage homestay and build relationships with others”. He then continued that how interesting this training was. “People are taught to think positively. I ever joined training like this. The participants were dominated  by junior high school, high school  graduations. And now, we can see fresh university graduations who have fresh ideas, ”continued Arsyad, who is also  as the Secretary of Bulukumba PHRI (Association of Indonesian Hotel and Restaurant).

    Wandi Salim, the speaker on the third day during the interview session, explained, “homestay is a breakthrough in promoting village improvement in the promotion of Indonesian tourism. He explained the need for standardization so that the development of Human Resources could be more focused by following ASEAN and international standards.”

    According to Wandi, “For the targets in Indonesia, they (Read; Training participants) should understand Sapta Pesona; security, cleanliness, order, beauty and memories. There is no doubt that foreigners can feel that staying in a homestay is the same as staying in a hotel. And it will continue to be developed with tourist attractions—especially Bulukumba—with their unique culture and local wisdom,” explained the Head of South Sulawesi PHRI.

    The advantage of homestay in villages is that it is not the time for the villages to have 5 (five) star hotels so that home stays improve the welfare of the UMKN (Micro, Small and Medium Unit) group. The community can manage their business at home only and can make money. The government certainly reduces unemployment and poverty.

    Furthermore, the success of this training was then closed through a speech from Andi Ayu Cahyani who represented the Head of the Bulukumba Tourism Department, hoping that the material provided could be implemented in each village. Ayu said, “Participants who have home stays who are included are new people in the world of tourism. So far, they only know how to rent out rooms. Now many things can be done. This training really helps homestay owners communicate better with guests to offer packages related to the daily lives of homeowners, ”explained the Head of the Tourism Resources Development Division of the Bulukumba Tourism Department.

    Ayu felt quite optimistic about the opportunities. “We have held home stay training 3 times for the last 2 years,” she said. As a step forward, “We have initiated a Kahayya Village to become a tourist village. And since 2020, we have provided assistance in developing tourist villages for the management of tourist destinations and home stays. So they escort tourism actors,” continued Ayu.

    On the other hand, Aryono added that Tamatto Village has village tourism potential in the form of natural scenery and swimming pools. The village also has a Bumdes (Village Owned Enterprise). For joint progress, “We need awareness from all parties, both from the village and community leaders to improve the community’s economy,” he added.

    Zulkarnain Patwa
    Rumah Belajar Bersama Staff

  • Penutupan Pelatihan Home Stay (Rumah Singgah) untuk Desa Wisata Bulukumba

    Penutupan Pelatihan Home Stay (Rumah Singgah) untuk Desa Wisata Bulukumba

    Bulukumba, RBB (30/11)—Dinas Pariwisata (Dispar) Bulukumba kini sedang mengusahakan agar desa-desa dapat mengembangkan potensi wisata masing-masing. Hal ini karena adanya pelatihan home stay yang merekrut pemuda-pemudi yang akan menjadikan desanya sebagai desa wisata.

    Pelatihan tersebut berjalan selama tiga hari, 24 sampai 26 Nopember di Bira. Andi Aryono,  Ketua PPTK (Pejabat Pelaksana Teknis kegiatan) menyampaikan isi kegiatan. “Hari pertama tentang pengelolaan home stay yang sesuai standar ASEAN (Association of Southeast Asian Nations) yang membahas produk, bangunan pegolaan dan pelayanan. Hari kedua, penyusunan paket home stay dan pelayanan makanan dan minuman dan prakteknya. Hari ketiga pelatihan adalah tentang pengenalan pengolalaan, kolaborasi dan promosi dan pemasaran home stay”, terangnya.

    Para peserta mampu menyerap materi dengan baik. Muhammad Arsyad yang menerangkan, “Saya kira ini bagus untuk merefresh. Kita dapat ilmu baru dan juga how to manage diri sendiri karena semua materi-materinya untuk kepercayaan diri. Bagaimana mengelola home stay dan membangun relasi dengan orang lain”. Ia kemudian melanjutkan bahwa betapa menariknya kegiatan ini dari yang sebelumnya. “Orang diajar berpikir positif. Dulu generasi saya, tamatan SMP, SMA. Dan sekarang itu, ada sarjana yang punya ide-ide segar” lanjut Asyad yang saat ini menjabat sebagai Sektretaris BPC PHRI (Badan Perwakilan Cabang Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia) Bulukumba.

    Wandi Salim yang menjadi pembicara pada hari ketiga saat sesi wawancara menjelaskan bahwa Home stay merupakan terobosan mengangkat peningkatan desa dalam promosi pariwisata Indonesia. Dia menerangkan perlunya standarnisasi sehingga pengembangan SDM (Sumber Daya Manusia) dapat lebih fokus dengan mengikuti standar ASEAN dan Internasional.

    Menurut Wandi, “Untuk target di Indonesia, mereka (Baca; Peserta pelatihan) lebih mengerti Sapta Pesona; keamanan, kebersihan, ketertiban, keindahan dan kenangan. Tidak ada lagi keraguan bila ada orang mancanegara dapat merasakan bahwa tinggal di home stay itu sama dengan tinggal di hotel. Dan akan terus dikembangkan dengan atraksi wisata—khususnya Bulukumba—dengan keunikannya budaya, kearifan lokalnya masing masing“, terang Ketua PHRI Sul-Sel ini.

    Menurutnya, keunggulan home stay di desa yaitu karena daerah belum saatnya memiliki hotel bintang 5 (lima) sehingga home stay meningkatkan kesejahteraan masyarakat golongan UMKN (Unit Micro Kecil Menengah). Masyarakat bisa mengelola usahanya di rumah tinggal saja dan bisa menghasilkan uang. Pemerintah tentunya mengurangi pengangguran dan kemiskinan.

    Selanjutnya, kesuksesan pelatihan ini kemudian ditutup melalui sambutan dari Andi Ayu Cahyani yang mewakili Kepala Dispar Bulukumba mengharapkan bahwa semoga materi yang diberikan dapat diimplementasikan di desa-masing masing. Ayu mengatakan, “Peserta yang memiliki home stay yang diikutkan adalah orang-orang baru di dunia kepariwisataan. Selama ini yang mereka hanya mengenal cara menyewakan kamar. Kini banyak hal yang bisa dilakukan. Pelatihan ini sangat membantu para pemilik home stay berkomunikasi dengan lebih baik dengan para tamu untuk menawarkan paket-paket yang terkait dengan kehidupan sehari-hari pemilik rumah”, terang Kepala Bidang Pengembangan Sumber Daya Pariwisata Dispar Bulukumba ini.

    Ayu merasa cukup optimis dengan peluang desa wisata home stay. “Kita telah mengadakan pelatihan home stay sebanyak 3 kali dalam 2 tahun terakhir ini” katanya. Sebagai sebuah langkah maju, “Desa Kahayya telah kita rintis untuk menjadi desa wisata. Dan sejak tahun 2020 ini, kita telah melakukan pendampingan dalam mengembangkan desa wisata untuk tata kelola destinasi wisata dan home stay. Jadi mereka mengawal pelaku pariwisata”, katanya.

    Di sisi lain, Aryono menambahkan bahwa Desa Tamatto memiliki potensi wisata desa berupa pemandangan alam dan kolam renang. Desanya pun telah mempunyai Bumdes (Badan Usaha Miliki Desa). Untuk kemajuan bersama, “Kita perlu kesadaran semua pihak baik dari desa dan tokoh masyarakat untuk meningkatkan ekonomi masyarakat”, tutupnya.

    Zulkarnain Patwa
    Staf Rumah Belajar Bersama

  • Homestay Management Training for Tourism Villages in Bulukumba

    Homestay Management Training for Tourism Villages in Bulukumba

    Bulukumba, RBB (25/11)–In supporting the progress of tourism, Bulukumba Tourism Department in South Sulawesi, this time conducted Homestay Management Training through Tourism Service Activities, precisely at Anda Hotel in Tanjung Bira, started from November 24 till November 26, 2020.

    The participants are 40 people who are from Kahayya, Tana Toa, Darubia, Tamatto, Bira, Bukit Harapan villages and members of Bulukumba PHRI (Indonesian Hotel and Restaurant Association).

    A short speech from Mr. Junaedi Abdillah who opened Homestay Management Training in Bira.
    Picture taken from Andi Aryono.

    This event was opened by Mr. Junaedi Abdillah–Assistant II representing the Bulukumba District Secretary. In his short speech, Mr. Junaedi really appreciated this Homestay Training by stating that it was expected to be able to provide excellent services to guests and maximize local products in the home stay. For example, in terms of culinary or tour packages. Other development ideas can be continued.

    Mr. Muh. Ali Saleng, as the Head of Bulukumba Tourism Department who was explaining about the importance of Homestay Training.
    Picture taken from Andi Aryono.

    Meanwhile, Mr. Muh. Ali Saleng as Head of the Bulukumba Tourism Department explained the importance of tourism development which was carried out in parallel both physically and non-physically–increasing human resources. Tourism will develop faster if these two things mutually support one another.

    Mrs. Andi Ayu Cahyani, The Head of the Tourism Resources Development Division at Bulukumba Tourism Departement was delivering a short speech as the Committee Chief Report.
    Picture taken from Andi Aryono.

    The same thing was also stated by Mrs. Andi Ayu Cahyani when delivering the Committee Chief Report by saying that the implementation of this homestay training was an effort to improve the competence of human resources of tourism actors with the hope that all were competent in providing tourism services so that the tourists who visited Bulukumba could feel more enjoyable.

    Meanwhile, Mr. Andi Aryono, the Chief of PPTK (Technical Implementation Officer for activities), said, “The quality of the training on the first and second days is explained by Makassar Polytechnic College trainers because they have competence and teaching to homestay participants. And on the third day, the speaker is from South Sulawesi PHRI because PHRI knows well how to manage the home stay.”

    The first step in developing home stay will be implemented in Kahayya Village. “There are 18 people from Kahayya—the largest number of participants.  Frankly, it is because there are 15 to 19 homes willing to make their homes as home stays,” said Aryono. In the future, Bulukumba which has a variety of tourism potentials in various villages can also create manys home stays to increase the attraction of visitors to feel more comfortable traveling.

    Related to the issue of the Corona pandemic terror, the Bulukumba Tourism Department is still able to carry out its training properly by complying with standard health protocols. “From 3 trainings, this is the last training in 2020; Dive Training, and Destiantion Management and Homestay Management “, continued Aryono.

    As additional information, several Pokdarwis (Tourism Awareness group) in Bulukumba have been formed by the The Heads of Villlages. According to Mr. Aryono, “Those Pokdarwis have already existed in Kahayya, Tana Toa, Bukit Harapan and Darubia villages.” Each Head of Villlage who is interested can also make Pokdarwis in their own villages. “Bulukumba Tourism Department will confirm with a Decree for each”, added Mr. Aryono who is also the Head of the Section for Institutional Tourism Relations at Bulukumba Tourism Department.

    Zulkarnain Patwa
    The Staff of Rumah Belajar Bersama

     

  • Pelatihan Pengelolaan Home Stay untuk Pengembangan Desa Wisata di Bulukumba

    Pelatihan Pengelolaan Home Stay untuk Pengembangan Desa Wisata di Bulukumba

    Bulukumba, RBB (11/24)—Dalam mendukung kemajuan pariwisata, Dinas Pariwisata Bulukumba, Sulawesi-Selatan, kali ini melakukan Pelatihan  Pengelolaan Home Stay melalui Kegiatan Pelayanan Kepariwisataan, tepatnya di Hotel Anda di Tanjung Bira, 24 Nopember sampai 26 Nopember 2020.

    Pesertanya sebanyak 40 orang yang berasal dari Desa Kahayya, Tana Toa, Darubia, Tamatto, Bira, Bukit harapan dan Anggota BPC PHRI (Badan Perwakilan Cabang Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia) Bulukumba.

    Pelatihan Pengelolaan Homestay melalui Kegiatan Pelayanan Kepariwisataan, tepatnya di Hotel Anda di Tanjung Bira, 24 Nopember sampai 26 Nopember 2020.
    Junaedi Abdillah, Asisten II mewakili Sekertaris Daerah Bulukumba yang membuka acara.
    Sumber Foto: Andi Aryono

    Acara ini dibuka oleh Junaedi Abdillah, Asisten II mewakili Sekertaris Daerah Bulukumba. Dalam sambutannya, Junaedi sangat mengapresiasi dengan menyatakan bahwa pelatihan home stay (Baca; Rumah Singgah) ini diharapkan mampu memberikan pelayanan prima kepada para tamu dan memaksimalkan produk lokal yang ada di home stay. Contohnya dari segi kuliner atau paket wisata. Ide pengembangan lainnya dapat terus berjalan secara berkelanjutan.

    Muh. Ali Saleng, Kepala Dinas Pariwisata Bulukumba yang sedang menyampaikan sambutan pada Pelatihan Home Stay di Hotel Anda di Tanjung Bira.
    Sumber Foto: Andi Aryono.

    Sementara itu, Muh. Ali Saleng sebagai Kepala Dinas Pariwisata Bulukumba menjelaskan pentingnya pengembangan pariwisata yang dilaksanakan secara paralel baik fisik dan non fisik—peningkatan sumber daya manusia. Pariwisata akan lebih cepat berkembang bila kedua hal tersebut saling dan mendukung satu sama lain.

    Andi Ayu Cahyani, Kepala Bidang Pengembangan Sumber Daya Pariwisata, Dinas Pariwisata Bulukumba sedang menyampaikan laporan Ketua Panitia Pelatihan Home Stay di Hotel Anda di Tanjung Bira.
    Sumber Foto: Andi Aryono.

    Hal senada juga dinyatakan Andi Ayu Cahyani saat menyampaikan Laporan Ketua Panitia dengan mengatakan bahwa pelaksanaan pelatihan homestay ini merupakan salah satu upaya dalam meningkatkan kompetensi  SDM (Sumber Daya Manusia) pelaku pariwisata dengan harapan semua berkompoten dalam melakukan pelayanan kepariwisataan sehingga wisatawan yang datang ke Bulukumba lebih dapat menikmati kunjungannya.

    Sedangkan Andi Aryono, Ketua PPTK (Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan), menerangkan bahwa mengenai kwalitas isi materi pada hari pertama dan kedua diisi dari Poltekpar (Politeknik Pariwisata) Makassar karena mereka memiliki kompetensi dan pengajaran pada pelaku home stay. Dan pada hari ketiga, pemateri dari BPC PHRI Sul-Sel karena PHRI mengetahui cara pengelolaan home stay.

    Langkah awal pengembangan home stay diterapkan di  Desa Kahayya.  “Saat ini yang untuk desa wisata secara kelembagaan adalah Desa Kahayya. Peserta terbanyak dari 18 orang dari Kahayya karena terdapat 13 sampai 15 rumah penduduk yang bersedia menjadikan rumahnya sebagai home stay”, terang Aryono. Ke depannya, Bulukumba yang mempunyai ragam potensi wisata di berbagai desa dapat juga membuat homestay untuk menambah daya tarik pengunjung untuk lebih betah berwisata.

    Dikaitkan dengan isu teror pandemi corona, Dinas Pariwisata Bulukumba tetap mampu melaksanakan pelatihannya dengan baik dengan mematuhi standar protokol kesehatan. “Ini adalah pelatihan terakhir di tahun 2020 dari 3 pelatihan; Pelatihan Pemandu Wisata selam, Tata Kelola Destinasi dan Pelatihan  Managemen Home Stay”, lanjut Aryono.

    Sebagai info tambahan, beberapa Pokdarwis (Kelompok Sadar Wisata) di Bulukumba telah dibentuk oleh Kepala Desa. Menurut Aryono, “Pokdarwis telah ada di Desa Kahayya, Tana Toa, Bukit Harapan dan Darubia.” Tiap Kepala Desa yang berminat dapat membentuk Pokdarwis di desanya masing-masing. “Kami dari Dinas Pariwisata nantinya mengukuhkan dengan SK (Surat Keputusan)”, tutup Kepala Seksi Hubungan Kelembagaan Kepariwisataan Dinas Pariwisata Kab. Bulukumba ini.

    Zulkarnain Patwa
    Staf Rumah Belajar Bersama

     

  • Bulukumba Raih Juara III pada Duta Wisata Sul-Sel 2020

    Bulukumba Raih Juara III pada Duta Wisata Sul-Sel 2020

    RBB, Bulukumba (14/11)—Nur Aliyah Patwa, Duta Wisata (Duwis) Bulukumba 2020, yang cukup diandalkan untuk meraih juara I pada Duwis Sulawesi-Selatan (Sul-Sel) 2020 harus puas pada posisi ke III. Lomba para Finalis Duwis ini diadakan di Hotel Swiss Bell In Panakukkang, Makassar. (13/2020)

    Aliyah memang telah berhasil menyita perhatian publik melalui talenta daya tarik suaranya dalam menyanyikan beragam lagu dalam Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris. Pada Talent Show, Aliyah sangat berani menyanyikan lagu yang ‘tidak biasa’ yaitu Never Enough dari Loren Allred. Penyanyi Loren Allred sendiri pernah mengatakan bahwa lagu itu mempunyai kesulitan tinggi yang mulai nada yang terendah sampai nada yang  paling tinggi. Namun bagi Aliyah, dia menikmati saja menyanyikannya sebagai pertanda nothing to be worried (tak ada hal yang perlu dikhawatirkan). Alhasil, dia mendapat sambutan tepuk tangan yang meriah dan decak kagum dari para juri dan penonton.

    Adapun kesempatan lainnya yang dia peroleh yaitu pada Gala Dinner dan Ulang Tahun Sul-Sel di Kapal Pinisi. Dia melagukan lagu Indonesia berjudul Mimpi yang merupakan lagu khas (signature song) Anggun. Seperti biasanya, Aliyah tampil memukau.

    Pada pengujian umum tentang wawasan kontemporer di tahapan 6 besar, Aliyah pun mampu menjawab soal juri tentang bidang apa saja yang terdampak pada Covid-19 dengan menyatakan bahwa sektor pariwisata yang sangat terpukul akibat Covid-19. Menurutnya, Bidang Promosi harus mengatur ulang lagi strategi untuk destinasi daya tarik wisata. Covid-19 membuat pembangunan infrastruktur destinasi wisata pun sangat terbatas dan tidak bisa total dikerjakan. Menurut para juri, jawaban Aliyah tepat sasaran sehingga mengantarkannya masuk pada kompetisi terakhir, final.

    Adalah juri dr. g. Andi Rahmatika Dewi, Anggota DPR Provinsi Sul-Sel yang memberikan pertanyaan  tentang bagaimana cara para Duwis mengimplementasikan adat budaya Bugis-Makassar tentang sipakainge, sipakatau dan sipakelebbi.  Pada tingkat ini, Aliyah yang agak fasih melafalkan Bahasa Inggris itu tiba-tiba agak kesulitan untuk mengembangkan gasagannya karena pertanyaannya dalam Bahasa Daerah yang dia belum tahu artinya. Karena jawaban Aliyah kali ini tidak memenuhi target, dia harus puas pada posisi juara III saja.

    “Bagaimana pun juga, saya tetap berterima kasih pada semua pihak dan masyarakat Bulukumba pada khususnya  yang telah memberikan kepercayaan penuh dan dukungan sehingga saya sampai tahapan ini’, ungkap gadis berumur 17 tahun ini. “Saya mohon maaf karena hanya ini yang dapat saya persembahkan buat Bulukumba. Saya akan belajar lebih giat lagi”, lanjut mahasiswa UNM (Universitas Negeri Makasassar) jurusan Manajemen ini yang juga sekaligus olahragawati Taekwondo.

    Sementara itu Nur Wahidah Bakkas Tumengkol, ibu dari Aliyah, mengatakan, “Lomba telah selesai. Kita ucapkan selamat buat semua para juara. Sebagai ibu, yang terpenting adalah Aliyah sudah mampu mengukur kwalitas dirinya sehingga dia lebih tahu apa yang harus dia benahi untuk masa depannya.”

    Nur Aliyah Patwa—Duta Wisata (Duwis) Bulukumba 2020—yang meraih juara III pada Duwis Sul-Sel 2020.
    Sumber Foto: Nur Aliyah Patwa

    Adapun Andi Ayu Cahyani, Kepala Bidang Pengembangan Sumber Daya Pariwisata Bulukumba, yang juga hadir memberi dukungan pada lomba Duwis Bulukumba ini mengatakan “Karena melihat kemampuan dan bakat Aliyah, saya memang berharap lebih. Selain bahasa asing memang sangat penting, bahasa daerah sebagai kekayaan budaya kearifan lokal juga perlu terus diajarkan dan ditumbuh-kembangkan pada generasi kita”, terangnya.

    Terakhir. Dari 24 kabupaten—minus Luwu dan Selayar yang tidak hadir—di Sul-Sel, terdapat 90 orang perserta dari kabupaten masing-masing. 74 orang berhasil lolos seleksi. Hasil final untuk kategori putra; Juara I dari Jeneponto, juara II dari Maros dan Juara III dari Pinrang. Adapun kategori putri; Juara I dari Sindrap, juara II dari Makassar dan juara III dari Bulukumba.

    Zulkarnain Patwa
    Staf Rumah Belajar Bersama

  • Kesuksesan Transplantasi Coral untuk World Tourism Day 2020 di Bulukumba

    Kesuksesan Transplantasi Coral untuk World Tourism Day 2020 di Bulukumba

    Panitia World Tourism day mengadakan final mission (misi terakhir) berupa transplantasi coral (terumbu karang) di Bira. Air laut yang arusnya yang tenang disertai dengan tiupan angin yang bersahabat membuat kegiatan ini berjalan lancar.

    Pada sekitar pukul 10.00 Wita, panitia terlebih dahulu melakukan penyelaman di Bira untuk mengambil fod –besi berbentuk kubah untuk tempat pemasangan terumbu karang—guna dipindahkan ke Ruku-Ruku, tepatnya di dekat replika Pinisi. Hanya 3 (tiga) orang saja divers (penyelam) yang turun ke dasar laut dengan kedalaman 13 meter untuk memasang tali agar panitia yang berada di atas perahu mudah menariknya untuk dinaikkan ke atas perahu. Sekitar 10 menit, misi ini sukses.

    Selanjutnya, perjalanan menuju Ruku-Ruku. Tiba di lokasi, sebuah botol plastik yang telah dipasang sebagai penanda letak Pinisi hilang. Para divers pun harus menyusuri Ruku-Ruku, bersnokeling ke segala arah mencari titiknya. Adalah Birsal, panggilan akrab Muh. Irsal dan Marco, bule sukarelawan, berhasil menemukannya. Intruktur Abdul Rahman, senior diver, dari Warung Bambu turut mengirimkan titik kordinat; 5036.255’ S 120024.947’ E.
    7 orang divers bekerja. 2 Pod tersebut diturunkan. Setelah itu, pembersihan alga pada Pinisi dilakukan dengan menggunakan sikat cuci dan sikat gigi agar coral dapat hinggap dan berkembang di Pinisi. Lalu, secara hati-hati, para divers memasang artifisial coral di Pinisi dan Pod. Terdapat 36 set coral yang terdiri dari soft coral (terumbu karang yang mudah patah) dan hard coral (terumbu karang yang mudah patah) berhasil dipasang.

    Saat misi sedang berlangsung, para panitia pun yang belum pandai menyelam berkesempatan snorkeling untuk melihat segala aktifitas di bawah laut. Air laut yang sangat jernih membuat semua orang yang berenang dapat menikmati pamandangan Pinisi tetap terlihat anggun di bawah laut berpasir putih.

    Setelah transplantasi Coral, panitia yang pandai diving melakukan penyelaman juga. Mereka menyelam di daerah yang ditumbuhi terumbu karang. Ruku-Ruku masih sangat kaya dengan ragam terumbu karang. Pembuktian ini dapat menjadi hipotesa (kesimpulan sementara) bahwa transplantasi karang di Pinisi yang berpasir tanpa karang tersebut dapat sukses di masa akan datang. Terlebih, penetapan Ruku-Ruku sebagai daerah transplantasi coral dilakukan melalui uji laboratorium dan dinyatakan layak.

    Replika Pinisi dan transplantasi coral guna menyambut World Tourism Day 2020 di Bulukumba ini dapat menjadi pengingat kepada dunia untuk melestarikan budaya bahari dan menjaga keseimbangan bawah laut. Bulukumba pun dapat berbangga karena para pemuda-pemudinya dapat turut aktif melakukan pengembangan pariwisata berkelanjutan.

    Zulkarnain Patwa
    Panitia World Tourism Day di Bulukumba
    Anggota Pinis Diving Club

  • Briefing Penanaman Terumbu Karang

    Briefing Penanaman Terumbu Karang

    Bulukumba, RBB (26/09)—Sebelum transplantasi coral (terumbu karang ), panitia World Tourism Day (WTD), khususnya para divers (penyelam) melakukan briefing untuk memudahkan cara memasang coral pada replika layar Pinisi yang telah sukses diletakkan di Ruku-Ruku. Selain itu akan diturunkan juga 2 (dua) buah pod (tempat pemasangan coral) untuk menambah jumlah coral di daerah dekat pinisi.

    Teknik yang digunakan artificial structure (struktur tidak alami) karena dipasang di replika. Adapun jenis coral yang dipasang adalah soft coral (terumbu karang yang mudah patah) dan hard coral (terumbu karang yang tidak mudah patah). Beberapa cara membersihkan coral juga dibahas agar coral yang nantinya telah dipasang tidak mudah terkena penyakit.

    Setelah semuanya jelas, terdapat 7 orang divers yang akan turun menyelam di Ruku-Ruku dengan tugas masing-masing. Harapannya, di masa akan datang, daerah Ruku-Ruku yang mempunyai wilayah berpasir tersebut dapat dikunjungi ragam ikan berwarna warni sehingga spot diving daerah tersebut semakin menarik.

    Zulkarnain Patwa
    Panitia World Tourism Day
    Anggota Pinisi Diving Club

  • Kesuksesan Penurunan Replika Pinisi ke Dasar Laut untuk Menyambut Hari Pariwisata Sedunia

    Kesuksesan Penurunan Replika Pinisi ke Dasar Laut untuk Menyambut Hari Pariwisata Sedunia

    Panitia World Tourism Day (WTD) di Bulukumba membawa miniatur Pinisi dan Cor Flat (baca: landasan perahu) yang total beratnya lebih 1 ton dengan 2 perahu kayu tradisional. Titik berangkat dari pantai Bira sekitar pukul 14.30 Wita menuju Ruku-Ruku. Perjalanan sekitar satu jam untuk tiba di lokasi (22/09).

    Saat
    Replika Pinisi sedang dibawa ke laut untuk ditarik dengan perahu ke Ruku Ruku
    Foto drone dari Saiful–Ade Project

    Untuk menjaga keseimbangan daya apung dalam perjalanan, cor plat yang beratnya sekitar lebih 850 kilo didampingi 2 ponton dan Jergen 12 jeregen. Di tengah perjalanan, sebuah tali pengikat ponton putus namun hal itu dengan sigap diatasi para divers dengan menyambung tali kembali. Dibuatlah keputusan dengan memperpanjang jarak perahu dengan Cor Flat yang awalnya 5 meter menjadi 30 meter. Sedangkan replika Pinisi yang beratnya sekitar 250 kilo diikat dengan 2 drum plastik besar dan tetap dalam keadaaan seimbang hingga tiba di lokasi dengan jarak sekitar 10 meter dari perahu.

    Persiapan penurunan replika Pinisi di Ruku Ruku.
    Foto drone dari Syaeful–Ade Project.

    Saat prosesi penurunan dimulai, Abdul Rahman yang merupakan senior dan sekaligus intruktur divers yang memimpin para divers. Cor Flat terlebih dahulu diturunkan dengan cara melepas ponton tapi tidak melepas jeregen agar Cor Flat dapat turun secara perlahan. Divers (penyelam) tetap mengawasi Cor Flat hingga sampai ke dasar laut dengan kedalaman 13, 6 meter.

    Adapun penurunan berikutnya yaitu replika Pinisi menyerap metode lift bag dengan melepas udara yang terperangkap drum secara teratur. Drum telah didesain sedemikian rupa sehingga para divers dapat mudah mengontrol pelepasan dan pemasukan udara pada drum sehingga divers dapat membawa replika tersebut tepat di area Cor Flat.

    Perjuangan divers menempatkan replika Pinisi agar terpasang tepat di Cor Flat (landasan perahu) saat berada di dasar laut.
    Foto dari Jihad–Skansa

    Ketua panitia WTD, Imbang Perdana Sair menjelaskan bahwa para divers telah dibekali Training Camp untuk meminimalisir anggaran. Bila kita menggunakan teknologi lift bag, harganya mahal. Oleh karena itu panitia mempelajari segala hal prinsip yang ada pada lift bag. Lalu panitia memodifikasi jegeren sehingga prinsipnya sama dengan lift bag. Setelah Training Camp ini sukses, metode ini diterapkan. penyelam pun telah dibekali perfect buoyancy (mengapung saat menyelam) sehingga penyelam leluasa bergerak di dalam air dan tetap aman.

    Ketika replika Pinisi terpasang dengan sempurna di Cor Flat di dasar laut pada kedalaman 13.6 meter

    Sementara itu, Syamsul Jihad dan Andi Tije dkk menjelaskan bahwa yang agak sulit dikerjakan divers yaitu mengontrol Cor Flat yang turun agak cepat karena seharusnya butuh 20 jeregen untuk memperlambat kecepatan menuju dasar laut. Dan yang paling rumit adalah menggeser Cor Flat yang telah rapat di dasar laut ke tempat yang tepat dan datar. Sedangkan Replika Pinisi itu bebannya ringan, sedikit saja repotnya yaitu saat memasang Pinisi di tepat landasan.

    Jihad menambahkan bahwa ini moment untuk belajar bagaimana menurunkan barang yang berat ke dalam air dengan cara yang tradisional. Ketika tidak ada alat yang canggih dan mahal, kita dapat menggunakan apa yang ada. Segala hal mungkin. Ibarat pepatah, tidak ada tali, rotan pun jadi.

    Kegembiraan panitia World Tourism

    Acara ini diharapkan mampu memajukan ekonomi pendapat ekonomi masyarakat khususnya di kawasan wisata dan secara umum dapat menambah APBD (Anggaran Pendapatan Belanja Daerah) Bulukumba karena hal ini akan meningkatkan kunjungan wisata ke Bira serta pengembangan spot diving yang berkelanjutan.

    Kesuksesan ini berkat dukungan segala pihak; masyarakat setempat, Sponsorship dari berbagai kalangan, Dinas Pariwisata Bulukumba, Dinas Pariwisata Provinsi Sulawesi Selatan, Pemerintah Daerah Bulukumba, Divers, dan semua rekan rekan relawan dan relawati yang begitu banyaknya sehingga tidak dapat disebut satu persatu.

    Zulkarnain Patwa
    1. A member of World Tourism Day in Bulukumba
    2. Anggota Pinisi Diving Club

  • Pendapat Dewan Juri pada Juara Duta Wisata Bulukumba (2)

    Pendapat Dewan Juri pada Juara Duta Wisata Bulukumba (2)

    Bulukumba, RBB (25/8)—Kekayaan destinasi wisata menjadikan Bulukumba menjadi menarik perhatian publik. Hal yang sama pun terjadi pada lomba Duta Wisata Bulukumba 2020 yang dilaksanakan oleh Dinas Pariwisata Bulukumba.

    Setelah melalui ujian yang panjang, para peserta finalis sampai pada tahapan akhir, penentuan juara. Dewan Juri yang mengetahui sosok dan sumber daya manusia seperti apa yang dibutuhkan menjatuhkan pilihan pada Muhammad Arsan dan Nur Aliyah Patwa sebagai Duta Wisata Bulukumba.

    Berikut ini pendapat 5 (lima) Dewan Juri sesaat setelah lomba di GOR (Gedung Olah Raga) Bulukumba (22/7). Mari kita simak petikannya:

    Tomy Satria Yulianto
    Wakil Bupati Bulukumba

    “Ini ajang komptesi yang sehat. Anak anak millenial Bulukumba kita harapkan membicarakan hal hal baik tentang Bulukumba nantinya. Kita ini sebagai dewan juri hanya menjadi bagian yang menegaskan talenta (Baca: bakat) yang mereka miliki. Mereka telah perlihatkan bahwa mereka mengetahui tentang pariwisata Bulukumba. Bagi saya, ini modal luar biasa bagi masa depan Bulukumba di akan datang.”

    Rezky Hutama Putra
    Ketua Adwindo (Asosiasi Duta Wisata) Bulukumba

    “Sebagai ketua Adwindo, saya sangat merasa bersyukur bisa melaksanakan Duta Wisata ini meskipun sekarang kita berada di tengah pandemi. Kita juga mengingat bahwa pariwisata di Kab. Bulukumba sangat banyak sehingga perlu diadakan lomba Duta Wisata. Kita butuh sumber daya manusia yang khusus mempromosikan wisata-wisata yang ada di Kab. Bulukumba. Harapan buat yang terpilih, mereka bisa berdedikasi di Bulukumba, bisa melaksanakan dan mengemban tugas sehingga apa yang diharapkan bisa terlaksana.”

    Andi Ayu Cahyani
    Kepala Bidang Pengembangan Sumber Daya Pariwisata di Dinas Pariwisata Bulukumba

    “Grand final ini kita adakan sebagai salah satu cara untuk bagaimana mengapresiasi bakat-bakat mereka, khususnya dalam promosi pariwisata di Kab. Bulukumba yang kita tahu memiliki banyak potensi wisata. Harapannya, dengan mengemban dan memegang predikat sebagai juara, mereka tentunya kita ajak bersama-sama Dinas Pariwisata untuk promosi wisata di seluruh Indonesia dan bahkan ke luar negeri.”

    Saat Dewan Juri melakukan penilaian pada Grand Final Duta Wisata Bulukumba.
    Sumber foto: Rumah Belajar Bersama.

    Andi Minie Patongai
    Kepala Bidang Pengembangan Destinasi Pariwisata di Dinas Pariwisata Bulukumba

    “Grand Finalis kali ini berjalan dengan lancar. Kita melihat adik-adik dari Adwindo (Asosiasi Duta Wisata) Bulukumba mengadakan acara meskipun tanpa bantuan anggaran dari Dinas Pariwisata Bulukumba tapi mereka tetap mengadakan pemilihan Duta Wisata Bulukumba dengan baik. Saya harapkan pada yang juara mudah-mudahan bisa mempromosikan objek destinasi wisata Bulukumba, baik ke dalam maupun ke luar negeri. Dan semoga tahun tahun ke depan lebih baik dari tahun ini.”

    Resky Permatasari
    Dara 2011 Bulukumba dan Supervisor Program Keluarga Harapan di Dinas Sosial Bulukumba

    “Sebagai dewan juri, Duta Wisata yang terpilih betul-betul bisa membawa nama baik Bulukumba ke depan. Mereka ini benar-benar memenuhi kriteria dalam penilaian. Mulai dari masalah fisik, keilmuan, penguasaan panggung, mereka semua mantap.”

    Zulkarnain Patwa
    Staf Rumah Belajar Bersama