Kategori: Wisata

Program dan mata pelajaran Wisata dari Rumah Belajar Bersama

  • Re-Tour Academy

    Re-Tour Academy

    Preparing Community-based Tourism in the Coastal Area of Bulukumba to Build Back Tourism in Regenerative Ways

    By Andi Junila Aulia

    Re-tour Academy or Regenerative Tourism Academy is a program that aims to help the youth rebuild their tourism-based community in Bulukumba through a regenerative concept of tourism. This program is established by Team PANRITA from South Sulawesi, Indonesia who successfully secured funds from the YSEALI Small Grant Competition 2021 held by East West Center Hawai’I collaborated with The Maureen and Mike Mansfield Center University of Montana, Missoula, USA.

    The idea of the program itself was first designed out of the team’s own concern for the unsettling tourism in some coastal areas in Bulukumba. Based on their personal experiences, there are quite a number of damaged tourism sites that come as a result of the irresponsible activities of both the locals and the tourists. Also, many coastal areas are polluted with waste, not only from the ones left by the locals and the tourists but also waste brought by the currents. To confirm their hypothesis, the team decided to hold an open discussion with some tourism-based communities as well as expertise and activists in the tourism field.

    At the end of the forum, the team was finally able to draw a conclusion and that was the fact that what they have experienced before is also broadly felt by every parties. In addition, the team also found out that many tourism-based communities turn out to be struggling in maintaining and managing sites to create sustainable tourism. Not to mention, the pandemic has also impacted their irregular income to be even more unstable and they happened to not know how to recover from this situation. Looking at these issues surrounding the tourism-based communities in Bulukumba, the team is motivated to encourage the local youth to make a change among their community by creating Re-Tour Academy program.

    This program has two main agendas. The first one is the Innovation Challenge Day where 5 selected teams will spend 5 days in training and developing their proposed ideas. Only 3 teams will be funded and selected to get to the next phase that is the Accelerator Program. In this specific step, the 3 teams will have 3 months to implement their projects while still receiving intensive training and monthly mentoring. At the end of the program, the 3 teams will be given the opportunity to present the result of their projects to the future potential sponsors and partners. The application will be opened on 17th – 24th August 2021. It will take a big theme, “Preparing Community-based Tourism in the Coastal Area of Bulukumba to Build Back Tourism in Regenerative Ways” with the following sub theme:

    • Creative Economy
    • Educational Programs
    • Social Experiences

    For more information, please kindly check to our social media on IG (@retour_academy) and FB page (retouracademy).

    The program is expected to address the environmental and tourism issues among the tourism sites in Bulukumba and also to support the Sustainable Development Goals (SDGs) particularly SDG point number 8 (Decent Work and Economic Growth), 11 (Sustainable Cities and Communities), 12 (Responsible Consumption and Production), and 13 (Climate Action).

  • My Experience Studying English at Rumah Belajar Bersama

    My Experience Studying English at Rumah Belajar Bersama

    Nama saya Nuraila Islamiyah yang biasa dipanggil Lalla. Saya adalah seorang pelajar kelas 3 SMA (Sekolah Menengah Atas) 1 Bulukumba, Sulawesi-Selatan. Saya akan menceritakan pengalaman belajar di Rumah Belajar Bersama (RBB) yang menurutku sangat luar biasa. Saya sangat senang belajar di sana karena saya mendapatkan pelajaran dan pengalaman yang belum pernah saya dapatkan ditempat lain sebelumnya.

    Saya bertemu dengan pelajar lain yang usianya jauh di bawah saya yaitu Fadel yang masih SMP (Sekolah Menengah Pertama) kelas 1 dan Alo yang masih kelas 6 SD (Sekolah Dasar). Mereka berdua adalah belajar pertama yang saya temui ketika baru masuk di kelas malam Bahasa Inggris bersama dengan teman saya, Zelika.

    Materi awal pembelajaran kami adalah reading dimana kami diharuskan untuk menamatkan buku Question and Answer karya L. G. Alexander beserta latihan soal-soal di dalamnya. Dari sana, saya akhirnya paham bahwa ternyata pelafalan Bahasa Inggris tidak sama seperti apa yang tertulis. Saya tidak  tidak hanya membaca tetapi juga saya berinisiatif dengan mencoba untuk mencari tahu arti dari kisah-kisah dalam buku tersebut untuk menambah pemahaman kosa kata baru.

    Pelajaran tidak berhenti sampai di situ saja. Setelah kami menamatkan buku pertama, buku kedua pun menanti yaitu buku Practice and Progress yang masih karya L. G. Alexander. Ini tentunya lebih rumit dari buku yang pertama. berkat materi reading  ini, perlahan-lahan pronounciation (pengucapan) saya mulai terasah dan makin membaik dari hari demi hari. Buku ini pun berhasil saya tamatkan. Saat ini kami telah memasuki buku ketiga yaitu Developing skills, karya L. G. Alexander. Di cover buku itu tertulis “An Integrated Course. For Intermediate Students”. Artinya kurang lebih adalah sebuah rangkaian yang utuh. Untuk para pelajar tingkat menengah. Luar biasa!

    Tentu saja tidak hanya sekedar membaca, saya juga mengerjakan buku Basic English Grammar karya Betty Schrampfer Azar.  Seperti judulnya buku tersebut berisi dasar-dasar tata Bahasa Inggris yang sangat perlu dipahami. Saya pribadi sangat terbantu dengan buku ini. Saya yang dulunya sekedar asal nulis caption Bahasa Inggris di media sosial atau terkadang modal google translate dan tidak paham strukturnya sama sekali kini akhirnya mengerti dengan baik. ya, berkat buku ini. Tidak terasa, saya berhasil menyelesaikannya dan lanjut ke buku kedua yang berjudul Fundamentals of English Grammar karya Bety Scrampfer Azar yang saat ini masih saya sedang kerjakan.

    Tidak lengkap jika membahas grammar (tata bahasa) tanpa menyinggung pemahaman total pada Tenses. Kami telah mempelajari  verbal tense, nominal tense dan yang terbaru adalah passive voice menggunakan Metode 40 yang dulunya hanya saya lihat di spanduk RBB.

    Menurutku, Metode 40 yang digunakan untuk mempelajari kerumitan tenses ini sangat efektif dan memudahkan pelajar yang tidak hanya menghapal tapi juga perlu benar- benar memahami dasar dasar pembentukan tenses.

    Semakin jauh materi yang kami pelajari, semakin bertambah pula jumlah pelajar kelas malam di RBB. Ada Kak Ulfa, Kak ita, Kak Winie dan Kak Eman yang jauh usianya di atasku. Mereka adalah orang-orang yang berbagi kesulitan bersama dalam menyederhanakan Bahasa Inggris.

    Untuk menguji pemahaman kami, tak tanggung -tanggung Mr. Zulkarnain Patwa (Baca; Mr. Nain), pengajar kami, mendatangkan temannya yang merupakan Ex pengajar SMART International Language Collage, dan pendiri Bamboo Academy di Blitar Jawa Timur. Namanya Miss Tina atau Agustina Dewi untuk menguji kami secara oral (lisan) melalui via zoom/google meet. Itu adalah satu dari pengalaman yang menegangkan yang saya alami di RBB. Usaha belajar saya ternyata tidak sia-sia. Meskipun soalnya berisi jebakan nonprogressive dan certain adjective, Saya berhasil meraih angka 100 dengan tanpa membuat kesalahan. Alhamdulillah!

    Nuraila Islamiyah di Rumah Belajar Bersama yang sedang menghadapi ujian oral (lisan) terhadap perubahan struktur tense dari Agustina Dewi di Blitar, Jawa Timur. Soal-soal dari Kak Tina sangat menantang dan mengasah kecerdasan berpikir.

    Selain diuji secara oral, Di RBB kami juga mendapat tes tertulis yang jumlah soalnya sangat banyak dangan waktu mengerjakan yang singkat. Ini benar -benar menguras otak. Oleh karena itu kami sering mengadakan study club untuk memperdalam pemahaman kami sekaligus latihan untuk persiapan test oral maupun ujian tertulis. Tempatnya pun disesuaikan agar kami nyaman dan tidak mudah bosan. Tempat yang sering kami jadikan markas adalah Amany Café milik temannya Kak Ita. Dan Kak Ita selalu mentraktir teman-teman. Terima kasih ya Kak.

    Perjalanan belajar tidak terhenti sampai di situ. yang menjadi pengalaman paling menyenangkan selama saya di belajar di RBB ini adalah inisiatif RBB yang mempertemukan kami dengan orang -orang hebat lainnya. Kami melakukan pertemuan via online melalui zoom/google meet dengan Miss Cita Denni yang pernah menempuh pendidikan di Jerman. Kami berdiskusi tentang pendidikan, wisata dan budaya di Jerman. Ada juga Miss Nurlaeli Hidayanti yang menempuh pendidikan di Indiana University di Amerika Serikat. Kak Leli juga sekarang ini mengajar pelajar asing untuk bisa berbahasa Indonesia . Kami banyak berdiskusi dengannya tentang pendidikan, pengalaman dan tips belajar Bahasa inggris darinya.

    Nuraila Islamiyah bersama teman-teman kelasnya di kelas Bahasa Inggris.

    Kedepannya,  kami akan terus bertemu dengan orang -orang hebat di luar sana yang penuh inspirasi. Dan saya berharap, kami akan menjadi seperti orang -orang hebat tersebut di masa depan. Terima kasih Rumah Belajar Bersama, Mr. Nain  dan teman -teman atas ilmu dan pengalamannya yang sangat berharga.

    Bersambung . . . 

    Nuraila Islamiyah
    Pelajar Rumah Belajar Bersama

  • Pertanian Alami (2). Ruang Berbagi Ilmu Pertanian

    Pertanian Alami (2). Ruang Berbagi Ilmu Pertanian

    Untuk masa yang akan datang yang entah sampai kapan, saya berharap bisa berbagi, bercerita tentang Pertanian Alami. Sudah banyak informasi, foto dan lain-lainnya tentang Pertanian Alami. Beberapa orang kawan berkesempatan untuk berkunjung dan bertemu dengan kawan petani alami di Salassae dan di tempat lain dan sebahagian besar hanya berkesempatan bertemu di media sosial.

    Bagi yang belum pernah ke Salassae, bertemu dan berdiskusi bersama dengan Petani Alami, melalui diskusi melalui dinding Facebook ini, kita bisa berbagi terutama tentang tujuan, mimpi dan cita-cita serta sedikit hal teknis penerapan Pertanian Alami.

    Tentu informasi yang akan muncul di posting-an Facebook ini sangat sedikit dibandingkan dengan informasi yang sudah pernah beredar sebelumnya di laman-laman lain, group publik maupun group rahasia.

    Tujuan dari penggunaan dinding ini untuk pembahasan Pertanian Alami antara lain ;
    1. Kawan-kawan yang punya minat untuk menyebarluaskan pertanian alami dapat bertambah semangatnya.
    2). Bagi yang memiliki pengetahuan dan pengalaman berbeda juga dapat menyumbangkan pengetahuan dan pengalamannya di sini.
    3). Bagi yang ingin ke Salassae dan memiliki tambahan hasrat … ..
    4). Yang belum bertani alami dan masih mengandalkan pertanian kimia, bisa terbuka pikirannya bahwa pertanian kimia adalah bentuk penghancuran kehidupan.
    5). Saya berharap kita bisa menyatukan pemahaman, menyatukan langkah untuk membangun komunitas pertanian alami di lingkungan kita masing-masing.

    Saya membicarakan pertanian alami, bukan karena saya ahli pertanian. Secara formal saya keluaran Universitas Tadulako Palu-Sulawesi Tengah pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Saya juga pernah kuliah di Universitas Muhammadiyah Makassar, Fakultas Keguruan dan Universitas Muhammadiyah Palu, Fakultas Hukum. Kuliah di 3 (tiga) Universitas yang tidak ada kaitannya dengan Pertanian. Tapi pada Universitas tersebut, terutama saat kuliah di Palu, di kampus dan di luar kampus bertemu dan belajar pada guru bernama Anto Sangadji dan Almarhum Haedar Laudjeng tentang pengorganisasian rakyat yang mendidik kami untuk peduli dan menerjemahkan kepedulian dalam bentuk gerakan. Pesan utamanya, “Jangan simpan kepedulian dalam hati!”

    Kembali pada Pertanian Alami, saya mengenal Pertanian Alami di Yayasan Bina Desa, diajar oleh LNB, Ika Krishnayanti, John Erryson, Nanang Hari, Dwi Astuti, Tsanil Anwar Yasfin
    dan Nining Erlina Fitri dan lain-lainnya. Sejak pertama kali mengenalnya, saya meyakini bahwa ini benih perubahan yang apabila dipelihara dan ditumbuhkan dia akan menjadi Pohon Besar yang rindang memberi kesejukan pada kehidupan, alam, lingkungan sosial dan hubungan antar sesama makhluk.

    Sekali lagi saya akan berbagi dan membuka ruang diskusi tentang Pertanian Alami bukan karena memiliki pengetahuan yang memadai melainkan karena harapan padanya. Harapan bahwa kehidupan akan lebih baik apabila lebih banyak orang bergerak pada Pertanian Alami. Saya ingin berbagi dalam keadaan berkekurangan.

    Apa yang akan kita bahas ? Sebenarnya pembahasan kita kurang lebih akan mencakup;
    1). Ragam Cara Pandang Terhadap Dunia Pertanian.
    2). Pengorganisasian Komunitas Petani. Termasuk pengorganisasian Konsumen Produk Pertanian Alami
    3). Teknis Pertanian Alami .
    4). Kerja sama perluasan praktik Pertanian Alami.
    5). Tema Khusus tentang Perubahan Iklim dan Pertanian Alami.
    6). Reform Agraria dan Pertanian Alami .
    7). Pendidikan Publik Pertanian Alami .
    8). Pendidikan Pertanian Alami untuk Anak.
    9). Revolusi Hijau (sambil tunggu gurunya, mudah-mudahan muncul).
    10). SARI BAMBU—Sumber Energi Siang dan Malam.
    11). Petani Alami Salassae.

    Mungkin materi di atas sangat sedikit. Tapi apa boleh buat, isi kepalaku memang sedikit. Sehingga berharap kawan-kawan lain akan membantu berbagi dan memberinya tambahan kualitas. Saya tahu banyak orang memiliki pengetahuan yang mumpuni tentang pertanian dan strategi penyebaran maupun bisnis produknya. Saya berharap bisa terhubung dan berguru pada mereka.

    Dan satu lagi materi yang akan saya sampaikan nanti adalah tentang Solusi Penjaga Sungai . Proyek ini dirancang untuk menjangkau jutaan orang tentang Pertanian Alami. Insya Allah.

    Armin Salassa
    * Tulisan ini pertama kali dipublikasikan di media sosial pada 17 Januari 2021.

  • Pertanian Alami (1)

    Pertanian Alami (1)

    Kita harus bersyukur bahwa tanaman “sebagai mahluk” tidak dilengkapi dengan kemampuan marah dan kemampuan berteriak ketika disakiti oleh mahluk lain. Tanaman adalah mahluk yang paling pasrah yang diciptakan Ilahi Rabbi.

    Bayangkan betapa gaduhnya dapur kita apabila kangkung berteriak karena dipotong-potong , dicincang saat hendak ditumis. Atau bisakah kita bayangkan kemarahan rumput saat dia diinjak atau diracuni?

    Tanaman adalah mahluk yang paling pasrah yang diciptakan Tuhan. Pasrahnya 100 %.

    Armin Salassa
    * Tulisan ini pertama kali dipublikasikan di media sosial pada 16 Januari 2021.

  • Pengembangan Bahasa Inggris kepada Pemuda untuk Kemajuan Pariwisata Bulukumba

    Pengembangan Bahasa Inggris kepada Pemuda untuk Kemajuan Pariwisata Bulukumba

    Petikan Diskusi di Radio Suara Panrita Lopi, 4 Desember 2020

    Pembicara
    1. Andi Ayu Cahyani, SH., MH. (Kepala Bidang Pengembangan Sumber Daya Pariwisata Dinas Pariwisata Bulukumba)
    2. Zulkarnain Patwa (Direktur Rumah Belajar Bersama)

    Host/Pesenter
    1. Whyna (Pegawai Suara Panrita Lopi FM Bulukumba)

    Berikut Diskusinya.

    Whyna: Bulukumba dikenal dengan pariwisata, bukan saja di Sulawesi Selatan tapi juga di dunia. Apa yang mendasari mengambil tema pengembangan bahasa dan apa kelebihan Bulukumba itu sendiri?

    Jawaban Andi Ayu Cahyani:
    Kabupaten Bulukumba kaya dengan potensi wisata mulai dari gunung, budaya, laut dan bawah laut sehingga kita punya  tagline Pesona Tanpa Batas. Kami ingin potensi tersebut terkelola dengan baik. siapa lagi yang yang akan mengelola kalau bukan kita? Tentunya SDM (Sumber Daya Manusia) kepariwisataan yang perlu kita tingkatkan sehingga mampu mengelola potensi tersebut.

    Kita memilih tema tersebut karena kita harap ini bisa didengarkan oleh adik-adik pemuda supaya mempunyai keinginan untuk belajar Bahasa Inggris agar dapat membantu pemerintah Bulukumba dalam melakukan pembangunan, khususnya di sektor pariwisata.

    Berangkat dari adanya potensi tersebut, maka sejak 3 (Tiga) tahun terakhir ini, Dinas Pariwisata (Dispar) fokus melakukan pengembangan SDM melalui pelatihan terhadap komunitas dan lembaga yang bergerak di bidang pariwisata. Ada Genpi, Duta Wisata, HPI (Himpunan Pramuwisata Indonesia), Pokdarwis (Kelompok Sadar Wisata) yang ada di desa-desa dan karyawan hotel yang berinteraksi langsung dengan para pengunjung. Nah, itulah semua mendorong kita agar mereka mampu memberikan pelayanan prima.

    Sekaitan dengan tema, sudah cukup banyak wisatawan yang berkunjung ke Bulukumba. Sesuai data, khusus di Bira hampir setiap tahun itu 2.000 orang lebih wisatawan mancanegara. Karena pandemi, wisatawan mancanegara kita hanya sekitar 200 orang lebih.

    Menghadapi banyaknya pengunjung mancanegara ke Bira, kami berupaya melakukan pelatihan Bahasa Inggris selama 3 tahun terakhir ini Dinas Pariwisata bekerjasama dengan RBB (Rumah Belajar Bersama) pada 2018 dan 2019 di Bira. Di 2020, RBB tetap membuka kegiatan belajar bagi anak muda yang ingin mengembangkan skill  (keahlian) bahasa inggrisnya di kota.

    Whyna: Kegiatan apa saja yang telah dilakukan sampai saat ini untuk memperkenalkan pariwisata di Indonesia?

    Jawaban Andi Ayu Cahyani:
    Mereka bergerak di sektor kelembagaannya dimana mereka berada. Misalnya Genpi (Gerakan Pesona Wisata Indonesia) Bulukumba melakukan promosi wisata digital di seluruh indonesia. Sedangkan Pokdarwis di desa-desa yang mempunyai potensi wisata cukup besar membentuk sadar wisata. Demikian halnya juga karyawan dan karyawati hotel tentu tidak bisa kita lepas dari bagaimana mereka berinteraksi langsung dengan pengunjung.

    Bahkan tahun ini kita ada WTD (World Tourism Day) kita melibatkan 16 komunitas pariwisata yang tergabung melakukan kegiatan. Mereka membuat suatu destinasi di bawah laut. Terlaksana pada september 2020

    Whyna: Apa yang menjadi keinginan sehingga ada RBB? Apakah memang perlu ada terobosan di Bulukumba?

    Jawaban Zulkarnain Patwa:
    Awalnya dimulai di tahun 2012 bernama Masse’di. Akhir 2014 bernama RBB. Penggeraknya alumni SMA 1 Bulukumba yang gelisah melihat keadaan pendidikan. Di daerah, orang-orang agak sulit berbahasa asing; mulai dari SD sampai sarjana bahasa inggris sekalipun. Sarjana bahasa inggris juga bisa sedikit berbicara inggris tapi untuk menulis kewalahan. Di sisi lain , potensi wisata kita luar biasa.

    Pada 2012 itulah, kami membuat sebuah gerakan pendidikan kerakyatan seharga 40 ribu rupiah. Awalnya, kami menarget kelas unggulan SMA 1 ataupun mahasiswa. Kami uji kemampuannya. Alhamdulillah responnya bagus. Kemudian, inilah yang  terus berkembang  sehingga ada Matematika, Baca Tulis, insya Allah masuk ke Bahasa Arab dan Jerman.

    Whyna: Sampai saat ini, apakah pelajarnya melibatkan sekolah dalam kota saja saja atau atau melibatkan di luar kota juga?

    Jawaban Zulkarnain Patwa:
    Sederhananya begini. Saat ini, pelajar kita ada dari Tanete, Palampang, Menyampa, Bonto Tiro dan ada pernah kita kita yang bina pada 2019 di Bira datang yang secara rutin ke kota Bulukumba untuk belajar di RBB. Mereka menempuh perjalanan sekitar 30 sampai 60 menit.

    Whyna: Bagaimana pelibatan masyarakat?

    Jawaban Zulkarnain Patwa:
    Menurut saya, Dispar Bulukumba mampu membaca hal tersebut sehingga bekerjasama dengan RBB membuka kelas belajar yang melibatkan seluruh masyarakat di kawasan wisata di Bira. Pada 2018, program belajarnya selama 6 bulan. Pada 2019, belajarnya selama 3 bulan.  Rata-rata yang belajar lebih dari 100 orang dan yang lulus sekitar 70 orang tiap tahunnya.

    Bagaimana dengan kemajuannya? Dandi adalah seorang penjaga hotel di Bira. Sekarang ia sudah berada di Bali. Pada 2018, Dandi dan bersama 5 orang rekan-rekanya praktek pidato berbahasa Inggris pada HUT RI di Desa Bira, Darubia dan Tanah Beru. Fajar dan Melia orang merupakan orang warga setempat diberi kesempatan berpidato pada Festival Pinisi.

    dan pada 2019, secara beramai-ramai para pelajar tersebut membawakan teater berbahasa inggris di Festival Pinisi. Kami sebagai pengajar sangat berterima kasih pada Dispar yang memberikan kepercataan sehingga para pelajar mendapatkan panggung besar.

    Whyna: Apa yang menjadi program tahun 2021?

    Jawaban Andi Ayu Cahyani:
    Iya. Untuk pengembangan pariwisata memang membutuhkan strategi khusus. Untuk 2021, walaupun kita masih prioritaskan Bira karena telah menjadi andalan di Sulawesi Selatan tapi kita juga tidak melupakan potensi lain khusususnya di desa-desa. Kita mendorong desa aktif di kegiatan pariwisatanya dengan membentuk kelompok sadar wisata, membentuk Bumdes (Badan Usaha Milik Desa) dengan melibatkan pemuda di desa tersebut.

    Whyna: Selain melibatkan adik-adik, apakah tidak ada keinginan melibatkan masyarakat pesisir?

    Jawaban Zulkarnain Patwa:
    Kehadiran kita di di Suara Panrita Lopi ini untuk memberikan informasi kepada masyarakat Bulukumba dan sekitarnya bahwa Dispar sudah melakukan terobosan yang sangat bagus sekali. Saya berhubungan dengan teman-teman saya di Jawa. Di beberapa tempat semisal di Blitar, tempat dimana Bung Karno dikebumikan, ternyata Disparnya belum mengadakan kegiatan bahasa inggris sementara di sini Dispar telah menjalankannya. Itu luar biasa karena Dispar dan RBB mendidik masyarakat pesisir tersebut tidak jarang disentuh. Terlebih lagi, itu kan kawasan wisata.

    Kalau di kota Bulukumba, kebanyakan pelajarnya adalah anak sekolah.  RBB telah sampai pada tahapan untuk menyatakan bahwa bila Bahasa Inggris pelajar nilainya 8, berhenti saja di RBB. Mengutip inspirasi Pak Habibie bahwa kita menciptakan manusia-manusia yang mempunyai daya saing sehingga Indonesia itu sejajar dengan bangsa-bangsa lainnya. Sumber saya manusia yang paling utama.

    Whyna: Sudah berapa persen dihasilkan dari generasi muda di Bulukumba?

    Jawaban Zulkarnain Patwa:
    Kami tidak tahu jumlah pemuda Bulukumba tapi sepertinya sekitar 0 sekian persen karena jumlah pelajar kami lebih seratus orang saja sekarang ini. Mari kita lirik hal lainnya.

    Agum Wahyudha Jur adalah pelajar yang kami didik selama 2 tahun yaitu pada 2015 sampai 2016 pernah menghadiri pertemuan para pemuda se-dunia yang diaadakan oleh PBB (Perserikatan Bangsa-Bangsa) di Thailand pada 2018. Sekarang satu angkatannya Junila yang telah tamat kuliah di Universitas Hasanuddin saat ini mengikuti sebuah mengikuti program di Bali dan sedang mempersiapkan lanjut kuliah ke Amerika Serikat karena mendapatkan beasiswa.

    Mengenai kwalitas, kami tidak merasa khawatir. Selama pelajar itu fokus dan ditambah dorongan orang tua pelajar dan guru target yang ingin dicapai daoat terpenuhi. Tamat satu buku, lanjut lagi lah.

    Misalnya Zaky, anaknya Andi Ayu. Ia tamat buku Basic English Grammar dan kemudian lanjut buku Fundamentals of English Grammar karya Betty Scrampfer Azar. Buku Fundamentals adalah buku rujukan yag dipakai oleh UGM (Universitas Gadjah Mada) pada 2010 untuk pelajar TOEFL (Test of English as a Forreign Language) sebagai persiapan untuk  lanjut S 2. Zaky itu masih pelajar SMP kelas 2 tapi dia telah menamatkan buku tersebut.  Ia pun telah mengikuti latihan persiapan TOEFL. Jadi, untuk pelajaran Bahasa Inggris SMP, kita anggap ia bisa selesaikan sendiri.

    Whyna: oh! ada pelajar SD dan SMP ya?

    Jawaban Zulkarnain Patwa:
    Ada SD, SMA, mahasiswa dan umum kita layani. Mulai dari tingkat dasar sampai TOEFL, kita fasilitasi. Guru TOEFL kita bernama Leli yang meskipun akan berangkat ke Amerika untuk lanjut kuliah sampai sekarang masih bersedia mendidik TOEFL. Ada beberapa orang master di RBB.

    Whyna: Apakah Anda mengggap Bulukumba  tidak terlalu terkenal pariwisatanya? Dengan pengembangan Bahasa Inggris,  Apakah betul nantinya kemajuan pariwisata itu sendiri?

    Jawaban Andi Zulkarnain Patwa:
    Bulukumba dari generasi ke generasi sudah terkenal. Semenjak kecil saya sudah belajar bahasa inggris bersama ayah saya di Bira. Sekitar 90 sudah terlalu berdialog dengan turis. Itu artinya Bulukumba sudah dikunjungi oleh wisatawan mancanegara.

    Sekarang menjadi persoalan kita adalah bagaimana gerenarasi muda kita mau belajar Bahasa Inggris? Apa yang kita jalankan sekarang ini adalah mendidik para pemuda, termasuk para pegawai Dispar di RBB. Kita fokuskan untuk bisa daily speaking (percakapan sehari hari) agar saat bertemu orang asing, mereka bisa berdialog.

    Kita pun sedang memikirkan bagaimana bahasa yang lain bisa tampil. Saya baru bertemu dengan kawan yang alamnus sastra Jerman dan mau mengajar di RBB. Kami mau menginformasikan pada siapa pun juga yang punya ilmu dan ingin turut menyebarkan ilmunya, silahkan bergabung di RBB.

    Gerakan Bahasa Inggris untuk Wisata yang dilakukan Dispar perlu dikloning oleh desa-desa yang berkenan mengeluarkan sedikit saja dana desanya yang milyaran teharsebut dengan membuka rumah belajar dan memanfaatkan guru-guru dari desanya sendiri. Tentunya  potensi wisata dan sumber daya manusia desa akan dapat lebih cepat berkembang.

    Teman-teman yang semasa saya sekolah yang melihat informasi yang kami sebar di medsos, mereka berminat bergabung. Pemuda pemudi sudah mulai tertarik belajar. Mungkin bahasa inggris itu sudah seperti ‘hantu’ karena sudah terlalu lama kita dibelenggu oleh sebuah sistem. Belajar bahasa inggris itu seperti penjara. Utamanya kelihatannya guru-guru yang  masih muda melakukan kreasi agar bahasa inggris itu lebih ringanlah, tidak terlalu banyak mengurusi grammar (tata bahasa). Bicara saja lah. Senang senang saja lah

    Komentar Andi Ayu Cahyani
    Iya. Saya perlu tambahkan. Saya berbicara sebagai orang tua pelajar juga. Bahwa salah satu alasan kita bekerja sama dengan RBB ini di samping dimotori oleh pemuda yang semangatnya tinggi sekali dalam mengembangkan dan share ilmunya, metode yang dipakai bisa diterima oleh anak yang tidak serius seperti pelajaran di sekolah. Ada permainan, lagu lagu dan lainnya. Itu menarik.

    Memang saat ini kita bekerjasama dengan RBB. Harapannya ke depan, banyak lembaga-lembaga lain yang selama ini sudah bergerak duluan dalam pelatihan bahasa inggris di Bulukumba ini, kita bisa bekerja sama juga khususnya dalam pengembangan  kompetensi SDM para pelaku wisata di Bulukumba ini. Jadi kita tidak menutup pintu bahwa kerjasama hanya untuk RBB tapi semua bisa merapat ke Dispar.

    Whyna: Apakah Dinas pariwisata membantu memperkenalkan RBB?

    Jawaban Andi Ayu Cahyani:
    Selama ini, kalau dibilang membantu, sebetulnya kami yang terbantu dengan adanya RBB. Saling bantu lah. Karena dengan adanya lembaga yang fokus bekerjasama memajukan kepariwisataan, ini sangat bermanfaat bagi Dispar dalam pengembangan SDM dalam menghadapi wisatawan. Jadi selain program yang sudah paten, kegiatan bahasa inggris tiap tahun di Bira.

    Kita juga, misalnya ada mahasiswa magang di Dispar, kita pasti hubungkan juga dengan RBB sehingga bisa sharing (berbagi) ilmu dan pengalaman bagaimana memberikan pelajaran bagi anak anak. Bahkan saat ini ada beasiswa dari RBB untuk teman-teman pemuda yang giat di pariwisata. Mereka telah belajar selama 2 bulan lebih di RBB.

    Whyna: Bagaimana responnya?

    Jawaban Zulkarnain Patwa:
    Mereka masih dalam tahap belajar. Mereka belajar untuk mencintai bahasa. Kalau mengenai ilmunya, saya masih sulit untuk menjelaskan jangka panjangnya tapi mereka sudah lebih baik karena mereka mencoba. Memang bila kita mendidik anak-anak, itu akan lebih lama menjadikan promosi wisata meskipun mereka aman di tingkatan sekolah. Tetapi alangkah lebih cepat jika para pemuda pemudi yang terlibat, terutama yang aktif di dunia pariwisata sehingga mereka membantu memberi informasi pada orang asing. Sedikit-sedikit menulis dalam Bahasa Inggris di medsos sehigga informasi yang mereka sebar bisa dikenal dan ketahui di seluruh dunia. Harapan saya seperti itu.

    Whyna: Seperti apa dampak Pandemi Covid 19 pada kegiatan Dinas Pariwisata?

    Jawaban Andi Ayu Cahyani:
    Sektor Pariwisata dampaknya sangat berat pada program kami. Contohnya di bidang saya. Pada tahun sebelumnya bisa sampai  7 pelatihan tapi tahun ini hanya 3 pelatihan. Itu pun harus memakai protokol covid. Salah satunya yang tidak jadi tahun ini yaitu pelatihan Bahasa Inggris ini karena pelaksanaan Bahasa Inggris itu di luar, mobile. Itu sangat beresiko pada perkembangan covid. Kalau yang lain seperti latihan selam, tetap terlaksana. Katanya, kalau di laut, virus mati.

    Salah satu yang terkena dampak adalah Festival Pinisi yang sudah termasuk 100 wonderful indonesia. Tahun ini kita melakasanakannya di tengah laut. Kita batasi orang-orang yang datang. Bisanya kita mengundang seluruh kabupaten di Sulawesi Selatan, kali ini kita tidak mengundang kabupaten lain. Kita hanya mengundang Dinas Pariwisata Provinsi dan Kementrian Pariwisata.  Penyebarannya kita lakukan melalui video, siaran tunda. Bila live streaming bisa mengundang keramaian.

    Whyna: Apakah ada juga dampak Covid 19 di RBB?

    Jawaban Zulkarnain Patwa:
    Awal awal Covid pada bulan 3, kita tutup. Cuma ada 1 orang saja, Hanifah. Itupun karena kami bertemu orang tuanya yang mengharapkan ada kelas belajar dengan mengunakan standar protokol covid. Dan alhamdulillah, Hanifah sudah hampir selevel dengan anak Andi Ayu.

    Sebenarnya, Bulukumba itu yang pertama kali membuka kelas belajar tatap muka langsung menggunakan standar protokol covid. Informasi dari teman-teman saya di kampung inggris di Pare, Kediri, Jawa Timur, mereka tidak buka. Nanti setelah ada tayangan live Metro TV yang meliput Rumah Belajar, lembaga-lembaga yang lain buka. Kita bukan pahlawan tapi kita melihat ada masalah karena ada tuntutan orang tua pelajar bahwa semakin menurun kwalitas pendidikan. Dan kita buka sampai sekarang.

    Whyna: Closing statement. Mewakili Dinas Pariwisata Bulukumba, apakah harapan Andi Ayu ke depan?

    Jawaban Andi Ayu Cahyani:
    Dengan potensi wisata yang cukup besar, kita berharap agar seluruh lapisan masyarakat mau untuk turut serta pengembangan kepariwisataan, minimal di daerah masing-masing.  Ini tidak lepas dari peran generasi muda.  Yang saya tahu semenjak saya bergabung di Dispar, atensi pemuda untuk pengembangkan pariwisata sangat besar. Terbukti dengan adanya komunitas-komunitas yang terbentuk yang bergerak di bidang kepariwisataan. Keinginan mereka untuk bergerak tentunya tidak lepas dari upaya untuk peningkatan skill mereka. Misal di Bahasa Inggris. Mereka harus yakin bahwa ini tidak hanya digunakan dalam kepariwisataan tapi bahkan sangat bermanfaat ke depan bagi masa depan generasi muda Bulukumba.

    Harapannya, mari generasi muda untuk tidak berhenti meningkatkan skill-nya, bukan hanya bahasa inggris tapi semua skill yang bisa bermanfaat untuk memajukan Kabupaten Bulukumba.

    Whyna: Apa yang diberikan dengan wadah RBB. Apa yang bisa disampaikan pada generasi muda?

    Jawaban Zulkarnain Patwa:
    Kalau harapan saya, sederhana. Banyak intelektual di Bulukumba. Kaum intelektual itu, berkumpullah di desa Anda masing-masing. Kalau misalnya ada bantuan desa, laksanakan. Kalau tidak ada, swadaya saja. Dan kalau pun ada masalah, silahkan berhubungan dengan Rumah Belajar. Anda bisa membuat kegiatan atas nama Rumah Belajar ataupun lembaga yang Anda buat secara mandiri. Atau dibantu oleh rekan rekan Rumah Belajar sampai Anda berpikir mandiri. Saya kira itu bisa.

    Saya memang sangat berharap agar lebih banyak lagi para pemuda yang mau belajar bahasa Inggris. Program di Rumah Belajar ada. Ada yang gratis dan ada yang berbayar. Kalau mau yang gratis, Ada tugas yang harus anda lakukan. Anda harus turut mengiklankan pariwisata Bulukumba. Ini sebagai komitmen kami bekerja sama dengan Dispar yang perlu dicontoh oleh dinas-dinas lain di Indonesia sehingga kemajuan Bahasa Asing lebih cepat berkembang.

    Sekali lagi saya mau bilang, yang berkembang bagus itu, satu di Bali. Masyarakatnya banyak berbahasa Inggris. Kedua di Kampung Inggris di Jatim. Satu desa orang belajar Bahasa Inggris. Ketiga, di Borobudur di Kab. Magelang, Jawa Tengah. Mereka sudah menyediakan berbagai macam bahasa. Keempat, Insya Allah Bulukumba.

    Oh ya. Satu lagi. Kita sangat bersyukur di Bulukumba, anak-anak SD sudah mau belajar bahasa Inggris meskipun di sekolah tidak diajarkan. Memang ada beberapa sekolah tertentu yang mengajarkan bahasa Inggris tapi setelah kami mengecek beberapa sekolah, yang mereka ajarkan baru sekedar pengenalan.

    Pada video-video yang kami sebar, banyak anak-anak sudah praktek bahasa inggris. Bahkan ada seorang anak mampu membuat video sendiri saat liburan. Namanya Afif. Ia menjelaskan bahwa saya ada di makassar, di hotel. Saya berenang dan lainnya. Itu kita kaget menontonnya karena itu bukan PR-nya tapi inisiatifnya. Dan anak itu pernah dibina oleh Dispar Bulukumba pada 2019.

    Satu lagi. Kami membuka ruang bagi rekan-rekan yang mau menulis dalam bahasa asing lainnya. Rumah Belajar telah menyediakan website.

    Whyna: Mungkin alamatnya dimana? Belajarnya tiap hari ya? No teleponnya berapa?

    Jawaban Zulkarnain Patwa:
    Di Jalan Teratai no. 16, Kel. Caile, Kec. Ujung Bulukumba. Kita tidak pasang plang. Cukup lihat saja titik keramain belajar di teratai, itulah dia. Belajar 3 x seminggu; Senin, Rabu, Jum’at atau Selasa, Kamis, Jum’at. Belajar 90 menit. Semisal persiapan komptetisi, kita bisa memberikan kelas tambahan. No telp./Whats Ap:  0821-9632-9864.

    Target kita adalah menjadikan setiap rumah adalah tempat belajar. Terima kasih.

    Zulkarnain Patwa
    Penyadur

  • Dinas Pariwisata Bulukumba Resmi Kerjasama dengan PT. Jasaraharja Putera

    Dinas Pariwisata Bulukumba Resmi Kerjasama dengan PT. Jasaraharja Putera

    Bulukumba – Senin 28 Desember 2020 Dinas Pariwisata resmi melakukan penandatangan Perjanjian Kerja Sama dengan PT. Jasaraharja Putera di Kantor Dinas Pariwisata Kabupaten Bulukumba, jalan Lanto Dg. Pasewang No. 31 Bulukumba.
    Mengacu pada Undang – Undang No. 10 tahun 2009 tentang Kepariwisataan terkait untuk memberikan kenyamanan, keramahan, perlindungan keamanan dan keselamatan kepada pengunjung maka Dinas Pariwisata Kab. Bulukumba melakukan perjanjian kerja sama dengan PT. Jasaraharja Putera tentang Asuransi Public Liability dalam Kawasan Wisata Tanjung Bira Kabupaten Bulukumba Sulawesi Selatan.

     

    Perjanjian kerja sama tersebut merupakan tindak lanjut MoU antara Bupati Bulukumba dengan PT. Asuransi Jasaraharja Putera pada tanggal 04 Februari 2020 tentang Penyelenggaraan Asuransi Pelayanan Umum (Public Liability) Destinasi Wisata di Kabupaten Bulukumba serta persetujuan DPRD Kabupaten Bulukumba dalam Keputusan DPRD Kabupaten Bulukumba No.14/KPTS/DPRD-BK/XII/2020 Tentang Persetujuan Kerja Sama dengan PT. Asuransi Jasaraharja Putera Tentang Asuransi Public Liability Dalam Kawasan Wisata Tanjung Bira Kabupaten Bulukumba Sulawesi Selatan.

     

    Persetujuan DPRD didasari oleh ketentuan dalam peraturan Pasal 34 (1) Peratutan Menteri Dalam Negeri No. 22 Tahun 2020 tentang Kerja Sama Daerah dengan Daerah Lain dan Kerja Sama dengan Pihak ketiga yang menyebutkan bahwa kerja sama yang membebani masyarakat harus disetujui oleh DPRD.
    Perjanjian Kerja Sama tersebut memuat pokok-pokok perjanjian sebagai berikut :
    1. Lokasi Pertanggungan terletak di Kawasan Wisata Tanjung Bira yang meliputi seluruh area tempat wisata daratan maupun perairan mulai dari pintu masuk, Pantai Pasir Putih Bira, Pantai Bara, Titik Nol, Pulau Kambing dan Pulau Liukang Loe.
    2. Premi asuransi dipungut dari pengunjung kawasan wisata sebesar Rp. 1.000,- (seribu rupiah) perorang untuk sekali masuk.
    3. Besarnya dana santunan:
    a. Meninggal dunia karena kecelakaan : Rp. 12.500.000,- (dua belas juta lima ratus ribu rupiah)
    b. Cacat Tetap (max): Rp. 12.500.000,- (dua belas juta lima ratus ribu rupiah)
    c. Biaya Perawatan karena kecelakaan (max) : Rp. 2.500.000,- (dua juta lima ratus ribu rupiah)
    Dengan adanya perjanjian ini yang berlaku efektif tanggal 1 Januari 2021 maka bagi wisatawan yang berkunjung diharapkan untuk menyimpan struk pembayaran selama berada di Kawasan Wisata Tanjung Bira, sebagai bukti pertanggungan yang akan diperlihatkan jika akan melakukan klaim asuransi.

    Andi Ayu Cahyani, SH., MH.
    Kabid Pengembangan Sumber Daya Pariwisata Bukukumba

  • Homestay Training to Develop Tourism Villlages

    Homestay Training to Develop Tourism Villlages

    Bulukumba, RBB (30/11)— Bulukumba Tourism Department is now working on so that villages can develop their respective tourism potential. This is due to residential training that recruits young people who will turn their villages into tourist villages.

    The training was in three days, from November, 24 till 26 in Bira. Andi Aryono, Chief of PPTK (Technical Implementation Officer) revealed the contents of the activity. “The first day was about managing homestays according to ASEAN (Association of Southeast Asian Nations) standards which discussed products, buildings and services. The second day was about the preparation of homestay packages and food and beverage services and practices. The third day of training was about introducing management, collaboration and promotion and homestay marketing,” he explained.

    The participants were able to understand the content of training well. Muhammad Arsyad explained, “I think this is good for refreshing. We get new knowledge and also know how to manage ourselves because this traninng is to build self-confidence. How to manage homestay and build relationships with others”. He then continued that how interesting this training was. “People are taught to think positively. I ever joined training like this. The participants were dominated  by junior high school, high school  graduations. And now, we can see fresh university graduations who have fresh ideas, ”continued Arsyad, who is also  as the Secretary of Bulukumba PHRI (Association of Indonesian Hotel and Restaurant).

    Wandi Salim, the speaker on the third day during the interview session, explained, “homestay is a breakthrough in promoting village improvement in the promotion of Indonesian tourism. He explained the need for standardization so that the development of Human Resources could be more focused by following ASEAN and international standards.”

    According to Wandi, “For the targets in Indonesia, they (Read; Training participants) should understand Sapta Pesona; security, cleanliness, order, beauty and memories. There is no doubt that foreigners can feel that staying in a homestay is the same as staying in a hotel. And it will continue to be developed with tourist attractions—especially Bulukumba—with their unique culture and local wisdom,” explained the Head of South Sulawesi PHRI.

    The advantage of homestay in villages is that it is not the time for the villages to have 5 (five) star hotels so that home stays improve the welfare of the UMKN (Micro, Small and Medium Unit) group. The community can manage their business at home only and can make money. The government certainly reduces unemployment and poverty.

    Furthermore, the success of this training was then closed through a speech from Andi Ayu Cahyani who represented the Head of the Bulukumba Tourism Department, hoping that the material provided could be implemented in each village. Ayu said, “Participants who have home stays who are included are new people in the world of tourism. So far, they only know how to rent out rooms. Now many things can be done. This training really helps homestay owners communicate better with guests to offer packages related to the daily lives of homeowners, ”explained the Head of the Tourism Resources Development Division of the Bulukumba Tourism Department.

    Ayu felt quite optimistic about the opportunities. “We have held home stay training 3 times for the last 2 years,” she said. As a step forward, “We have initiated a Kahayya Village to become a tourist village. And since 2020, we have provided assistance in developing tourist villages for the management of tourist destinations and home stays. So they escort tourism actors,” continued Ayu.

    On the other hand, Aryono added that Tamatto Village has village tourism potential in the form of natural scenery and swimming pools. The village also has a Bumdes (Village Owned Enterprise). For joint progress, “We need awareness from all parties, both from the village and community leaders to improve the community’s economy,” he added.

    Zulkarnain Patwa
    Rumah Belajar Bersama Staff

  • Penutupan Pelatihan Home Stay (Rumah Singgah) untuk Desa Wisata Bulukumba

    Penutupan Pelatihan Home Stay (Rumah Singgah) untuk Desa Wisata Bulukumba

    Bulukumba, RBB (30/11)—Dinas Pariwisata (Dispar) Bulukumba kini sedang mengusahakan agar desa-desa dapat mengembangkan potensi wisata masing-masing. Hal ini karena adanya pelatihan home stay yang merekrut pemuda-pemudi yang akan menjadikan desanya sebagai desa wisata.

    Pelatihan tersebut berjalan selama tiga hari, 24 sampai 26 Nopember di Bira. Andi Aryono,  Ketua PPTK (Pejabat Pelaksana Teknis kegiatan) menyampaikan isi kegiatan. “Hari pertama tentang pengelolaan home stay yang sesuai standar ASEAN (Association of Southeast Asian Nations) yang membahas produk, bangunan pegolaan dan pelayanan. Hari kedua, penyusunan paket home stay dan pelayanan makanan dan minuman dan prakteknya. Hari ketiga pelatihan adalah tentang pengenalan pengolalaan, kolaborasi dan promosi dan pemasaran home stay”, terangnya.

    Para peserta mampu menyerap materi dengan baik. Muhammad Arsyad yang menerangkan, “Saya kira ini bagus untuk merefresh. Kita dapat ilmu baru dan juga how to manage diri sendiri karena semua materi-materinya untuk kepercayaan diri. Bagaimana mengelola home stay dan membangun relasi dengan orang lain”. Ia kemudian melanjutkan bahwa betapa menariknya kegiatan ini dari yang sebelumnya. “Orang diajar berpikir positif. Dulu generasi saya, tamatan SMP, SMA. Dan sekarang itu, ada sarjana yang punya ide-ide segar” lanjut Asyad yang saat ini menjabat sebagai Sektretaris BPC PHRI (Badan Perwakilan Cabang Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia) Bulukumba.

    Wandi Salim yang menjadi pembicara pada hari ketiga saat sesi wawancara menjelaskan bahwa Home stay merupakan terobosan mengangkat peningkatan desa dalam promosi pariwisata Indonesia. Dia menerangkan perlunya standarnisasi sehingga pengembangan SDM (Sumber Daya Manusia) dapat lebih fokus dengan mengikuti standar ASEAN dan Internasional.

    Menurut Wandi, “Untuk target di Indonesia, mereka (Baca; Peserta pelatihan) lebih mengerti Sapta Pesona; keamanan, kebersihan, ketertiban, keindahan dan kenangan. Tidak ada lagi keraguan bila ada orang mancanegara dapat merasakan bahwa tinggal di home stay itu sama dengan tinggal di hotel. Dan akan terus dikembangkan dengan atraksi wisata—khususnya Bulukumba—dengan keunikannya budaya, kearifan lokalnya masing masing“, terang Ketua PHRI Sul-Sel ini.

    Menurutnya, keunggulan home stay di desa yaitu karena daerah belum saatnya memiliki hotel bintang 5 (lima) sehingga home stay meningkatkan kesejahteraan masyarakat golongan UMKN (Unit Micro Kecil Menengah). Masyarakat bisa mengelola usahanya di rumah tinggal saja dan bisa menghasilkan uang. Pemerintah tentunya mengurangi pengangguran dan kemiskinan.

    Selanjutnya, kesuksesan pelatihan ini kemudian ditutup melalui sambutan dari Andi Ayu Cahyani yang mewakili Kepala Dispar Bulukumba mengharapkan bahwa semoga materi yang diberikan dapat diimplementasikan di desa-masing masing. Ayu mengatakan, “Peserta yang memiliki home stay yang diikutkan adalah orang-orang baru di dunia kepariwisataan. Selama ini yang mereka hanya mengenal cara menyewakan kamar. Kini banyak hal yang bisa dilakukan. Pelatihan ini sangat membantu para pemilik home stay berkomunikasi dengan lebih baik dengan para tamu untuk menawarkan paket-paket yang terkait dengan kehidupan sehari-hari pemilik rumah”, terang Kepala Bidang Pengembangan Sumber Daya Pariwisata Dispar Bulukumba ini.

    Ayu merasa cukup optimis dengan peluang desa wisata home stay. “Kita telah mengadakan pelatihan home stay sebanyak 3 kali dalam 2 tahun terakhir ini” katanya. Sebagai sebuah langkah maju, “Desa Kahayya telah kita rintis untuk menjadi desa wisata. Dan sejak tahun 2020 ini, kita telah melakukan pendampingan dalam mengembangkan desa wisata untuk tata kelola destinasi wisata dan home stay. Jadi mereka mengawal pelaku pariwisata”, katanya.

    Di sisi lain, Aryono menambahkan bahwa Desa Tamatto memiliki potensi wisata desa berupa pemandangan alam dan kolam renang. Desanya pun telah mempunyai Bumdes (Badan Usaha Miliki Desa). Untuk kemajuan bersama, “Kita perlu kesadaran semua pihak baik dari desa dan tokoh masyarakat untuk meningkatkan ekonomi masyarakat”, tutupnya.

    Zulkarnain Patwa
    Staf Rumah Belajar Bersama

  • Homestay Management Training for Tourism Villages in Bulukumba

    Homestay Management Training for Tourism Villages in Bulukumba

    Bulukumba, RBB (25/11)–In supporting the progress of tourism, Bulukumba Tourism Department in South Sulawesi, this time conducted Homestay Management Training through Tourism Service Activities, precisely at Anda Hotel in Tanjung Bira, started from November 24 till November 26, 2020.

    The participants are 40 people who are from Kahayya, Tana Toa, Darubia, Tamatto, Bira, Bukit Harapan villages and members of Bulukumba PHRI (Indonesian Hotel and Restaurant Association).

    A short speech from Mr. Junaedi Abdillah who opened Homestay Management Training in Bira.
    Picture taken from Andi Aryono.

    This event was opened by Mr. Junaedi Abdillah–Assistant II representing the Bulukumba District Secretary. In his short speech, Mr. Junaedi really appreciated this Homestay Training by stating that it was expected to be able to provide excellent services to guests and maximize local products in the home stay. For example, in terms of culinary or tour packages. Other development ideas can be continued.

    Mr. Muh. Ali Saleng, as the Head of Bulukumba Tourism Department who was explaining about the importance of Homestay Training.
    Picture taken from Andi Aryono.

    Meanwhile, Mr. Muh. Ali Saleng as Head of the Bulukumba Tourism Department explained the importance of tourism development which was carried out in parallel both physically and non-physically–increasing human resources. Tourism will develop faster if these two things mutually support one another.

    Mrs. Andi Ayu Cahyani, The Head of the Tourism Resources Development Division at Bulukumba Tourism Departement was delivering a short speech as the Committee Chief Report.
    Picture taken from Andi Aryono.

    The same thing was also stated by Mrs. Andi Ayu Cahyani when delivering the Committee Chief Report by saying that the implementation of this homestay training was an effort to improve the competence of human resources of tourism actors with the hope that all were competent in providing tourism services so that the tourists who visited Bulukumba could feel more enjoyable.

    Meanwhile, Mr. Andi Aryono, the Chief of PPTK (Technical Implementation Officer for activities), said, “The quality of the training on the first and second days is explained by Makassar Polytechnic College trainers because they have competence and teaching to homestay participants. And on the third day, the speaker is from South Sulawesi PHRI because PHRI knows well how to manage the home stay.”

    The first step in developing home stay will be implemented in Kahayya Village. “There are 18 people from Kahayya—the largest number of participants.  Frankly, it is because there are 15 to 19 homes willing to make their homes as home stays,” said Aryono. In the future, Bulukumba which has a variety of tourism potentials in various villages can also create manys home stays to increase the attraction of visitors to feel more comfortable traveling.

    Related to the issue of the Corona pandemic terror, the Bulukumba Tourism Department is still able to carry out its training properly by complying with standard health protocols. “From 3 trainings, this is the last training in 2020; Dive Training, and Destiantion Management and Homestay Management “, continued Aryono.

    As additional information, several Pokdarwis (Tourism Awareness group) in Bulukumba have been formed by the The Heads of Villlages. According to Mr. Aryono, “Those Pokdarwis have already existed in Kahayya, Tana Toa, Bukit Harapan and Darubia villages.” Each Head of Villlage who is interested can also make Pokdarwis in their own villages. “Bulukumba Tourism Department will confirm with a Decree for each”, added Mr. Aryono who is also the Head of the Section for Institutional Tourism Relations at Bulukumba Tourism Department.

    Zulkarnain Patwa
    The Staff of Rumah Belajar Bersama

     

  • Pelatihan Pengelolaan Home Stay untuk Pengembangan Desa Wisata di Bulukumba

    Pelatihan Pengelolaan Home Stay untuk Pengembangan Desa Wisata di Bulukumba

    Bulukumba, RBB (11/24)—Dalam mendukung kemajuan pariwisata, Dinas Pariwisata Bulukumba, Sulawesi-Selatan, kali ini melakukan Pelatihan  Pengelolaan Home Stay melalui Kegiatan Pelayanan Kepariwisataan, tepatnya di Hotel Anda di Tanjung Bira, 24 Nopember sampai 26 Nopember 2020.

    Pesertanya sebanyak 40 orang yang berasal dari Desa Kahayya, Tana Toa, Darubia, Tamatto, Bira, Bukit harapan dan Anggota BPC PHRI (Badan Perwakilan Cabang Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia) Bulukumba.

    Pelatihan Pengelolaan Homestay melalui Kegiatan Pelayanan Kepariwisataan, tepatnya di Hotel Anda di Tanjung Bira, 24 Nopember sampai 26 Nopember 2020.
    Junaedi Abdillah, Asisten II mewakili Sekertaris Daerah Bulukumba yang membuka acara.
    Sumber Foto: Andi Aryono

    Acara ini dibuka oleh Junaedi Abdillah, Asisten II mewakili Sekertaris Daerah Bulukumba. Dalam sambutannya, Junaedi sangat mengapresiasi dengan menyatakan bahwa pelatihan home stay (Baca; Rumah Singgah) ini diharapkan mampu memberikan pelayanan prima kepada para tamu dan memaksimalkan produk lokal yang ada di home stay. Contohnya dari segi kuliner atau paket wisata. Ide pengembangan lainnya dapat terus berjalan secara berkelanjutan.

    Muh. Ali Saleng, Kepala Dinas Pariwisata Bulukumba yang sedang menyampaikan sambutan pada Pelatihan Home Stay di Hotel Anda di Tanjung Bira.
    Sumber Foto: Andi Aryono.

    Sementara itu, Muh. Ali Saleng sebagai Kepala Dinas Pariwisata Bulukumba menjelaskan pentingnya pengembangan pariwisata yang dilaksanakan secara paralel baik fisik dan non fisik—peningkatan sumber daya manusia. Pariwisata akan lebih cepat berkembang bila kedua hal tersebut saling dan mendukung satu sama lain.

    Andi Ayu Cahyani, Kepala Bidang Pengembangan Sumber Daya Pariwisata, Dinas Pariwisata Bulukumba sedang menyampaikan laporan Ketua Panitia Pelatihan Home Stay di Hotel Anda di Tanjung Bira.
    Sumber Foto: Andi Aryono.

    Hal senada juga dinyatakan Andi Ayu Cahyani saat menyampaikan Laporan Ketua Panitia dengan mengatakan bahwa pelaksanaan pelatihan homestay ini merupakan salah satu upaya dalam meningkatkan kompetensi  SDM (Sumber Daya Manusia) pelaku pariwisata dengan harapan semua berkompoten dalam melakukan pelayanan kepariwisataan sehingga wisatawan yang datang ke Bulukumba lebih dapat menikmati kunjungannya.

    Sedangkan Andi Aryono, Ketua PPTK (Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan), menerangkan bahwa mengenai kwalitas isi materi pada hari pertama dan kedua diisi dari Poltekpar (Politeknik Pariwisata) Makassar karena mereka memiliki kompetensi dan pengajaran pada pelaku home stay. Dan pada hari ketiga, pemateri dari BPC PHRI Sul-Sel karena PHRI mengetahui cara pengelolaan home stay.

    Langkah awal pengembangan home stay diterapkan di  Desa Kahayya.  “Saat ini yang untuk desa wisata secara kelembagaan adalah Desa Kahayya. Peserta terbanyak dari 18 orang dari Kahayya karena terdapat 13 sampai 15 rumah penduduk yang bersedia menjadikan rumahnya sebagai home stay”, terang Aryono. Ke depannya, Bulukumba yang mempunyai ragam potensi wisata di berbagai desa dapat juga membuat homestay untuk menambah daya tarik pengunjung untuk lebih betah berwisata.

    Dikaitkan dengan isu teror pandemi corona, Dinas Pariwisata Bulukumba tetap mampu melaksanakan pelatihannya dengan baik dengan mematuhi standar protokol kesehatan. “Ini adalah pelatihan terakhir di tahun 2020 dari 3 pelatihan; Pelatihan Pemandu Wisata selam, Tata Kelola Destinasi dan Pelatihan  Managemen Home Stay”, lanjut Aryono.

    Sebagai info tambahan, beberapa Pokdarwis (Kelompok Sadar Wisata) di Bulukumba telah dibentuk oleh Kepala Desa. Menurut Aryono, “Pokdarwis telah ada di Desa Kahayya, Tana Toa, Bukit Harapan dan Darubia.” Tiap Kepala Desa yang berminat dapat membentuk Pokdarwis di desanya masing-masing. “Kami dari Dinas Pariwisata nantinya mengukuhkan dengan SK (Surat Keputusan)”, tutup Kepala Seksi Hubungan Kelembagaan Kepariwisataan Dinas Pariwisata Kab. Bulukumba ini.

    Zulkarnain Patwa
    Staf Rumah Belajar Bersama