Petikan Diskusi di Radio Suara Panrita Lopi, 4 Desember 2020
Pembicara
1. Andi Ayu Cahyani, SH., MH. (Kepala Bidang Pengembangan Sumber Daya Pariwisata Dinas Pariwisata Bulukumba)
2. Zulkarnain Patwa (Direktur Rumah Belajar Bersama)
Host/Pesenter
1. Whyna (Pegawai Suara Panrita Lopi FM Bulukumba)
Berikut Diskusinya.
Whyna: Bulukumba dikenal dengan pariwisata, bukan saja di Sulawesi Selatan tapi juga di dunia. Apa yang mendasari mengambil tema pengembangan bahasa dan apa kelebihan Bulukumba itu sendiri?
Jawaban Andi Ayu Cahyani:
Kabupaten Bulukumba kaya dengan potensi wisata mulai dari gunung, budaya, laut dan bawah laut sehingga kita punya tagline Pesona Tanpa Batas. Kami ingin potensi tersebut terkelola dengan baik. siapa lagi yang yang akan mengelola kalau bukan kita? Tentunya SDM (Sumber Daya Manusia) kepariwisataan yang perlu kita tingkatkan sehingga mampu mengelola potensi tersebut.
Kita memilih tema tersebut karena kita harap ini bisa didengarkan oleh adik-adik pemuda supaya mempunyai keinginan untuk belajar Bahasa Inggris agar dapat membantu pemerintah Bulukumba dalam melakukan pembangunan, khususnya di sektor pariwisata.
Berangkat dari adanya potensi tersebut, maka sejak 3 (Tiga) tahun terakhir ini, Dinas Pariwisata (Dispar) fokus melakukan pengembangan SDM melalui pelatihan terhadap komunitas dan lembaga yang bergerak di bidang pariwisata. Ada Genpi, Duta Wisata, HPI (Himpunan Pramuwisata Indonesia), Pokdarwis (Kelompok Sadar Wisata) yang ada di desa-desa dan karyawan hotel yang berinteraksi langsung dengan para pengunjung. Nah, itulah semua mendorong kita agar mereka mampu memberikan pelayanan prima.
Sekaitan dengan tema, sudah cukup banyak wisatawan yang berkunjung ke Bulukumba. Sesuai data, khusus di Bira hampir setiap tahun itu 2.000 orang lebih wisatawan mancanegara. Karena pandemi, wisatawan mancanegara kita hanya sekitar 200 orang lebih.
Menghadapi banyaknya pengunjung mancanegara ke Bira, kami berupaya melakukan pelatihan Bahasa Inggris selama 3 tahun terakhir ini Dinas Pariwisata bekerjasama dengan RBB (Rumah Belajar Bersama) pada 2018 dan 2019 di Bira. Di 2020, RBB tetap membuka kegiatan belajar bagi anak muda yang ingin mengembangkan skill (keahlian) bahasa inggrisnya di kota.
Whyna: Kegiatan apa saja yang telah dilakukan sampai saat ini untuk memperkenalkan pariwisata di Indonesia?
Jawaban Andi Ayu Cahyani:
Mereka bergerak di sektor kelembagaannya dimana mereka berada. Misalnya Genpi (Gerakan Pesona Wisata Indonesia) Bulukumba melakukan promosi wisata digital di seluruh indonesia. Sedangkan Pokdarwis di desa-desa yang mempunyai potensi wisata cukup besar membentuk sadar wisata. Demikian halnya juga karyawan dan karyawati hotel tentu tidak bisa kita lepas dari bagaimana mereka berinteraksi langsung dengan pengunjung.
Bahkan tahun ini kita ada WTD (World Tourism Day) kita melibatkan 16 komunitas pariwisata yang tergabung melakukan kegiatan. Mereka membuat suatu destinasi di bawah laut. Terlaksana pada september 2020
Whyna: Apa yang menjadi keinginan sehingga ada RBB? Apakah memang perlu ada terobosan di Bulukumba?
Jawaban Zulkarnain Patwa:
Awalnya dimulai di tahun 2012 bernama Masse’di. Akhir 2014 bernama RBB. Penggeraknya alumni SMA 1 Bulukumba yang gelisah melihat keadaan pendidikan. Di daerah, orang-orang agak sulit berbahasa asing; mulai dari SD sampai sarjana bahasa inggris sekalipun. Sarjana bahasa inggris juga bisa sedikit berbicara inggris tapi untuk menulis kewalahan. Di sisi lain , potensi wisata kita luar biasa.
Pada 2012 itulah, kami membuat sebuah gerakan pendidikan kerakyatan seharga 40 ribu rupiah. Awalnya, kami menarget kelas unggulan SMA 1 ataupun mahasiswa. Kami uji kemampuannya. Alhamdulillah responnya bagus. Kemudian, inilah yang terus berkembang sehingga ada Matematika, Baca Tulis, insya Allah masuk ke Bahasa Arab dan Jerman.
Whyna: Sampai saat ini, apakah pelajarnya melibatkan sekolah dalam kota saja saja atau atau melibatkan di luar kota juga?
Jawaban Zulkarnain Patwa:
Sederhananya begini. Saat ini, pelajar kita ada dari Tanete, Palampang, Menyampa, Bonto Tiro dan ada pernah kita kita yang bina pada 2019 di Bira datang yang secara rutin ke kota Bulukumba untuk belajar di RBB. Mereka menempuh perjalanan sekitar 30 sampai 60 menit.
Whyna: Bagaimana pelibatan masyarakat?
Jawaban Zulkarnain Patwa:
Menurut saya, Dispar Bulukumba mampu membaca hal tersebut sehingga bekerjasama dengan RBB membuka kelas belajar yang melibatkan seluruh masyarakat di kawasan wisata di Bira. Pada 2018, program belajarnya selama 6 bulan. Pada 2019, belajarnya selama 3 bulan. Rata-rata yang belajar lebih dari 100 orang dan yang lulus sekitar 70 orang tiap tahunnya.
Bagaimana dengan kemajuannya? Dandi adalah seorang penjaga hotel di Bira. Sekarang ia sudah berada di Bali. Pada 2018, Dandi dan bersama 5 orang rekan-rekanya praktek pidato berbahasa Inggris pada HUT RI di Desa Bira, Darubia dan Tanah Beru. Fajar dan Melia orang merupakan orang warga setempat diberi kesempatan berpidato pada Festival Pinisi.
dan pada 2019, secara beramai-ramai para pelajar tersebut membawakan teater berbahasa inggris di Festival Pinisi. Kami sebagai pengajar sangat berterima kasih pada Dispar yang memberikan kepercataan sehingga para pelajar mendapatkan panggung besar.
Whyna: Apa yang menjadi program tahun 2021?
Jawaban Andi Ayu Cahyani:
Iya. Untuk pengembangan pariwisata memang membutuhkan strategi khusus. Untuk 2021, walaupun kita masih prioritaskan Bira karena telah menjadi andalan di Sulawesi Selatan tapi kita juga tidak melupakan potensi lain khusususnya di desa-desa. Kita mendorong desa aktif di kegiatan pariwisatanya dengan membentuk kelompok sadar wisata, membentuk Bumdes (Badan Usaha Milik Desa) dengan melibatkan pemuda di desa tersebut.
Whyna: Selain melibatkan adik-adik, apakah tidak ada keinginan melibatkan masyarakat pesisir?
Jawaban Zulkarnain Patwa:
Kehadiran kita di di Suara Panrita Lopi ini untuk memberikan informasi kepada masyarakat Bulukumba dan sekitarnya bahwa Dispar sudah melakukan terobosan yang sangat bagus sekali. Saya berhubungan dengan teman-teman saya di Jawa. Di beberapa tempat semisal di Blitar, tempat dimana Bung Karno dikebumikan, ternyata Disparnya belum mengadakan kegiatan bahasa inggris sementara di sini Dispar telah menjalankannya. Itu luar biasa karena Dispar dan RBB mendidik masyarakat pesisir tersebut tidak jarang disentuh. Terlebih lagi, itu kan kawasan wisata.
Kalau di kota Bulukumba, kebanyakan pelajarnya adalah anak sekolah. RBB telah sampai pada tahapan untuk menyatakan bahwa bila Bahasa Inggris pelajar nilainya 8, berhenti saja di RBB. Mengutip inspirasi Pak Habibie bahwa kita menciptakan manusia-manusia yang mempunyai daya saing sehingga Indonesia itu sejajar dengan bangsa-bangsa lainnya. Sumber saya manusia yang paling utama.
Whyna: Sudah berapa persen dihasilkan dari generasi muda di Bulukumba?
Jawaban Zulkarnain Patwa:
Kami tidak tahu jumlah pemuda Bulukumba tapi sepertinya sekitar 0 sekian persen karena jumlah pelajar kami lebih seratus orang saja sekarang ini. Mari kita lirik hal lainnya.
Agum Wahyudha Jur adalah pelajar yang kami didik selama 2 tahun yaitu pada 2015 sampai 2016 pernah menghadiri pertemuan para pemuda se-dunia yang diaadakan oleh PBB (Perserikatan Bangsa-Bangsa) di Thailand pada 2018. Sekarang satu angkatannya Junila yang telah tamat kuliah di Universitas Hasanuddin saat ini mengikuti sebuah mengikuti program di Bali dan sedang mempersiapkan lanjut kuliah ke Amerika Serikat karena mendapatkan beasiswa.
Mengenai kwalitas, kami tidak merasa khawatir. Selama pelajar itu fokus dan ditambah dorongan orang tua pelajar dan guru target yang ingin dicapai daoat terpenuhi. Tamat satu buku, lanjut lagi lah.
Misalnya Zaky, anaknya Andi Ayu. Ia tamat buku Basic English Grammar dan kemudian lanjut buku Fundamentals of English Grammar karya Betty Scrampfer Azar. Buku Fundamentals adalah buku rujukan yag dipakai oleh UGM (Universitas Gadjah Mada) pada 2010 untuk pelajar TOEFL (Test of English as a Forreign Language) sebagai persiapan untuk lanjut S 2. Zaky itu masih pelajar SMP kelas 2 tapi dia telah menamatkan buku tersebut. Ia pun telah mengikuti latihan persiapan TOEFL. Jadi, untuk pelajaran Bahasa Inggris SMP, kita anggap ia bisa selesaikan sendiri.
Whyna: oh! ada pelajar SD dan SMP ya?
Jawaban Zulkarnain Patwa:
Ada SD, SMA, mahasiswa dan umum kita layani. Mulai dari tingkat dasar sampai TOEFL, kita fasilitasi. Guru TOEFL kita bernama Leli yang meskipun akan berangkat ke Amerika untuk lanjut kuliah sampai sekarang masih bersedia mendidik TOEFL. Ada beberapa orang master di RBB.
Whyna: Apakah Anda mengggap Bulukumba tidak terlalu terkenal pariwisatanya? Dengan pengembangan Bahasa Inggris, Apakah betul nantinya kemajuan pariwisata itu sendiri?
Jawaban Andi Zulkarnain Patwa:
Bulukumba dari generasi ke generasi sudah terkenal. Semenjak kecil saya sudah belajar bahasa inggris bersama ayah saya di Bira. Sekitar 90 sudah terlalu berdialog dengan turis. Itu artinya Bulukumba sudah dikunjungi oleh wisatawan mancanegara.
Sekarang menjadi persoalan kita adalah bagaimana gerenarasi muda kita mau belajar Bahasa Inggris? Apa yang kita jalankan sekarang ini adalah mendidik para pemuda, termasuk para pegawai Dispar di RBB. Kita fokuskan untuk bisa daily speaking (percakapan sehari hari) agar saat bertemu orang asing, mereka bisa berdialog.
Kita pun sedang memikirkan bagaimana bahasa yang lain bisa tampil. Saya baru bertemu dengan kawan yang alamnus sastra Jerman dan mau mengajar di RBB. Kami mau menginformasikan pada siapa pun juga yang punya ilmu dan ingin turut menyebarkan ilmunya, silahkan bergabung di RBB.
Gerakan Bahasa Inggris untuk Wisata yang dilakukan Dispar perlu dikloning oleh desa-desa yang berkenan mengeluarkan sedikit saja dana desanya yang milyaran teharsebut dengan membuka rumah belajar dan memanfaatkan guru-guru dari desanya sendiri. Tentunya potensi wisata dan sumber daya manusia desa akan dapat lebih cepat berkembang.
Teman-teman yang semasa saya sekolah yang melihat informasi yang kami sebar di medsos, mereka berminat bergabung. Pemuda pemudi sudah mulai tertarik belajar. Mungkin bahasa inggris itu sudah seperti ‘hantu’ karena sudah terlalu lama kita dibelenggu oleh sebuah sistem. Belajar bahasa inggris itu seperti penjara. Utamanya kelihatannya guru-guru yang masih muda melakukan kreasi agar bahasa inggris itu lebih ringanlah, tidak terlalu banyak mengurusi grammar (tata bahasa). Bicara saja lah. Senang senang saja lah
Komentar Andi Ayu Cahyani
Iya. Saya perlu tambahkan. Saya berbicara sebagai orang tua pelajar juga. Bahwa salah satu alasan kita bekerja sama dengan RBB ini di samping dimotori oleh pemuda yang semangatnya tinggi sekali dalam mengembangkan dan share ilmunya, metode yang dipakai bisa diterima oleh anak yang tidak serius seperti pelajaran di sekolah. Ada permainan, lagu lagu dan lainnya. Itu menarik.
Memang saat ini kita bekerjasama dengan RBB. Harapannya ke depan, banyak lembaga-lembaga lain yang selama ini sudah bergerak duluan dalam pelatihan bahasa inggris di Bulukumba ini, kita bisa bekerja sama juga khususnya dalam pengembangan kompetensi SDM para pelaku wisata di Bulukumba ini. Jadi kita tidak menutup pintu bahwa kerjasama hanya untuk RBB tapi semua bisa merapat ke Dispar.
Whyna: Apakah Dinas pariwisata membantu memperkenalkan RBB?
Jawaban Andi Ayu Cahyani:
Selama ini, kalau dibilang membantu, sebetulnya kami yang terbantu dengan adanya RBB. Saling bantu lah. Karena dengan adanya lembaga yang fokus bekerjasama memajukan kepariwisataan, ini sangat bermanfaat bagi Dispar dalam pengembangan SDM dalam menghadapi wisatawan. Jadi selain program yang sudah paten, kegiatan bahasa inggris tiap tahun di Bira.
Kita juga, misalnya ada mahasiswa magang di Dispar, kita pasti hubungkan juga dengan RBB sehingga bisa sharing (berbagi) ilmu dan pengalaman bagaimana memberikan pelajaran bagi anak anak. Bahkan saat ini ada beasiswa dari RBB untuk teman-teman pemuda yang giat di pariwisata. Mereka telah belajar selama 2 bulan lebih di RBB.
Whyna: Bagaimana responnya?
Jawaban Zulkarnain Patwa:
Mereka masih dalam tahap belajar. Mereka belajar untuk mencintai bahasa. Kalau mengenai ilmunya, saya masih sulit untuk menjelaskan jangka panjangnya tapi mereka sudah lebih baik karena mereka mencoba. Memang bila kita mendidik anak-anak, itu akan lebih lama menjadikan promosi wisata meskipun mereka aman di tingkatan sekolah. Tetapi alangkah lebih cepat jika para pemuda pemudi yang terlibat, terutama yang aktif di dunia pariwisata sehingga mereka membantu memberi informasi pada orang asing. Sedikit-sedikit menulis dalam Bahasa Inggris di medsos sehigga informasi yang mereka sebar bisa dikenal dan ketahui di seluruh dunia. Harapan saya seperti itu.
Whyna: Seperti apa dampak Pandemi Covid 19 pada kegiatan Dinas Pariwisata?
Jawaban Andi Ayu Cahyani:
Sektor Pariwisata dampaknya sangat berat pada program kami. Contohnya di bidang saya. Pada tahun sebelumnya bisa sampai 7 pelatihan tapi tahun ini hanya 3 pelatihan. Itu pun harus memakai protokol covid. Salah satunya yang tidak jadi tahun ini yaitu pelatihan Bahasa Inggris ini karena pelaksanaan Bahasa Inggris itu di luar, mobile. Itu sangat beresiko pada perkembangan covid. Kalau yang lain seperti latihan selam, tetap terlaksana. Katanya, kalau di laut, virus mati.
Salah satu yang terkena dampak adalah Festival Pinisi yang sudah termasuk 100 wonderful indonesia. Tahun ini kita melakasanakannya di tengah laut. Kita batasi orang-orang yang datang. Bisanya kita mengundang seluruh kabupaten di Sulawesi Selatan, kali ini kita tidak mengundang kabupaten lain. Kita hanya mengundang Dinas Pariwisata Provinsi dan Kementrian Pariwisata. Penyebarannya kita lakukan melalui video, siaran tunda. Bila live streaming bisa mengundang keramaian.
Whyna: Apakah ada juga dampak Covid 19 di RBB?
Jawaban Zulkarnain Patwa:
Awal awal Covid pada bulan 3, kita tutup. Cuma ada 1 orang saja, Hanifah. Itupun karena kami bertemu orang tuanya yang mengharapkan ada kelas belajar dengan mengunakan standar protokol covid. Dan alhamdulillah, Hanifah sudah hampir selevel dengan anak Andi Ayu.
Sebenarnya, Bulukumba itu yang pertama kali membuka kelas belajar tatap muka langsung menggunakan standar protokol covid. Informasi dari teman-teman saya di kampung inggris di Pare, Kediri, Jawa Timur, mereka tidak buka. Nanti setelah ada tayangan live Metro TV yang meliput Rumah Belajar, lembaga-lembaga yang lain buka. Kita bukan pahlawan tapi kita melihat ada masalah karena ada tuntutan orang tua pelajar bahwa semakin menurun kwalitas pendidikan. Dan kita buka sampai sekarang.
Whyna: Closing statement. Mewakili Dinas Pariwisata Bulukumba, apakah harapan Andi Ayu ke depan?
Jawaban Andi Ayu Cahyani:
Dengan potensi wisata yang cukup besar, kita berharap agar seluruh lapisan masyarakat mau untuk turut serta pengembangan kepariwisataan, minimal di daerah masing-masing. Ini tidak lepas dari peran generasi muda. Yang saya tahu semenjak saya bergabung di Dispar, atensi pemuda untuk pengembangkan pariwisata sangat besar. Terbukti dengan adanya komunitas-komunitas yang terbentuk yang bergerak di bidang kepariwisataan. Keinginan mereka untuk bergerak tentunya tidak lepas dari upaya untuk peningkatan skill mereka. Misal di Bahasa Inggris. Mereka harus yakin bahwa ini tidak hanya digunakan dalam kepariwisataan tapi bahkan sangat bermanfaat ke depan bagi masa depan generasi muda Bulukumba.
Harapannya, mari generasi muda untuk tidak berhenti meningkatkan skill-nya, bukan hanya bahasa inggris tapi semua skill yang bisa bermanfaat untuk memajukan Kabupaten Bulukumba.
Whyna: Apa yang diberikan dengan wadah RBB. Apa yang bisa disampaikan pada generasi muda?
Jawaban Zulkarnain Patwa:
Kalau harapan saya, sederhana. Banyak intelektual di Bulukumba. Kaum intelektual itu, berkumpullah di desa Anda masing-masing. Kalau misalnya ada bantuan desa, laksanakan. Kalau tidak ada, swadaya saja. Dan kalau pun ada masalah, silahkan berhubungan dengan Rumah Belajar. Anda bisa membuat kegiatan atas nama Rumah Belajar ataupun lembaga yang Anda buat secara mandiri. Atau dibantu oleh rekan rekan Rumah Belajar sampai Anda berpikir mandiri. Saya kira itu bisa.
Saya memang sangat berharap agar lebih banyak lagi para pemuda yang mau belajar bahasa Inggris. Program di Rumah Belajar ada. Ada yang gratis dan ada yang berbayar. Kalau mau yang gratis, Ada tugas yang harus anda lakukan. Anda harus turut mengiklankan pariwisata Bulukumba. Ini sebagai komitmen kami bekerja sama dengan Dispar yang perlu dicontoh oleh dinas-dinas lain di Indonesia sehingga kemajuan Bahasa Asing lebih cepat berkembang.
Sekali lagi saya mau bilang, yang berkembang bagus itu, satu di Bali. Masyarakatnya banyak berbahasa Inggris. Kedua di Kampung Inggris di Jatim. Satu desa orang belajar Bahasa Inggris. Ketiga, di Borobudur di Kab. Magelang, Jawa Tengah. Mereka sudah menyediakan berbagai macam bahasa. Keempat, Insya Allah Bulukumba.
Oh ya. Satu lagi. Kita sangat bersyukur di Bulukumba, anak-anak SD sudah mau belajar bahasa Inggris meskipun di sekolah tidak diajarkan. Memang ada beberapa sekolah tertentu yang mengajarkan bahasa Inggris tapi setelah kami mengecek beberapa sekolah, yang mereka ajarkan baru sekedar pengenalan.
Pada video-video yang kami sebar, banyak anak-anak sudah praktek bahasa inggris. Bahkan ada seorang anak mampu membuat video sendiri saat liburan. Namanya Afif. Ia menjelaskan bahwa saya ada di makassar, di hotel. Saya berenang dan lainnya. Itu kita kaget menontonnya karena itu bukan PR-nya tapi inisiatifnya. Dan anak itu pernah dibina oleh Dispar Bulukumba pada 2019.
Satu lagi. Kami membuka ruang bagi rekan-rekan yang mau menulis dalam bahasa asing lainnya. Rumah Belajar telah menyediakan website.
Whyna: Mungkin alamatnya dimana? Belajarnya tiap hari ya? No teleponnya berapa?
Jawaban Zulkarnain Patwa:
Di Jalan Teratai no. 16, Kel. Caile, Kec. Ujung Bulukumba. Kita tidak pasang plang. Cukup lihat saja titik keramain belajar di teratai, itulah dia. Belajar 3 x seminggu; Senin, Rabu, Jum’at atau Selasa, Kamis, Jum’at. Belajar 90 menit. Semisal persiapan komptetisi, kita bisa memberikan kelas tambahan. No telp./Whats Ap: 0821-9632-9864.
Target kita adalah menjadikan setiap rumah adalah tempat belajar. Terima kasih.
Zulkarnain Patwa
Penyadur
Tinggalkan Balasan