Kategori: News

Berita terbaru dari Rumah Belajar Bersama

  • Senior

    Senior

    Sensei Herman punya fisik yang berotot dengan kepalan tangan yang besar dan bertenaga. Saya pun pernah kumite dengannya saat pelatihan wasit juri INKAI di Do Jo Lifiyura, markas utama INKAI Sulawesi Selatan. Beruntung dia berbaik hati tidak mengeluarkan seluruh tenaganya dan hanya mengeluarkan jurus jurus sederhana. Saya merasa lega.

    Terus terang, saya bukan hanya khawatir pada pukulan Sensei Herman yang telak tapi juga pada tendangan Mae Geri-nya yang masih punya bentuk bagus dan ia tahu kapan menggunakannya di waktu yang tepat. Semua itu tidak diberikan ke saya karena dia adalah sosok yang telah menjadi bagian dari pelatih senior yang punya kematangan mental dalam mendidik yuniornya, termasuk saya.

    Foto saat INKAI Sulawesi Selatan meraih Juara Umum 1 pada Kejuaraan Karate Piala Menpora RI pada 16 Nopember 2025 di GOR Sudiang Makassar Sulawesi Selatan.

    Zulkarnain Patwa
    * Humas INKAI Sulawesi Selatan
    * Pelatih INKAI Bulukumba

  • Impossible to Possible

    Impossible to Possible

    We will never forget when the first time we taught this little girl. Two years ago, Faika won a Karate Championship in Gowa District, South Sulawesi. A consequence for this, she got a scholarship for three months studying at Rumah Belajar Bersama.

    At that time, Faika chose to join English class eventhough she still couldn’t read well. ‘Why does Faika not want to take Math class?’, a question to Nurlaelah, Faika’s mother. Without hesitation, her mother simply answered, ‘She wants English.’ It was a hard decision to accept because we knew that Faika still needed to learn to read and write in Indonesian before reading and writing in English.

    Because we didn’t want to make Faika disappointed, we let her come together with all of her friends who got medals. It was the first time we taught English without books in order to make Faika enjoy the class. We just talked simple words, singing and playing games. It was all about.

    After a month, Faika felt bored with the lessons and suddently asked us to write English words, phrases and sentences on the board. It was a big surprised for us because a kid who was still learning to read and write in Indonesian wanted something more in English. You know, what? Faika could write all the teacher’s writings on her notebook.

    From this experience, we were not only just very happy but also very proud of her. Something that we imagined was impossible is possible.

    Zulkarnain Patwa

  • Proving Our Best

    Proving Our Best

    INKAI (Institute Karate Do Indonesia) South Sulawesi has always won in various major Open Tournaments of karate competitions because the management and senpai dan sensei (karate intructors) have successfully built a champion mentality, driven by relentless effort and a strong sense of courage in facing every challenge.

    It’s no surprise that every INKAI South Sulawesi athlete who competes always strives for their best. Even if some of our athletes only win silver or bronze, they always think about how they can win gold in the next competition.

    Even gold medalists don’t just go training karate as they want. They are aware that greater challenges will surely come soon. The best atheletes will be immediately replaced if they are detected not dicipline.

    According to Ir. Abdul Djalil Razak, Chairman of INKAI South Sulawesi, if the first-place winners don’t practice hard, they will be replaced by the second-place winner as a representative and also carry the mandate and responsibility to elevate and bring honor to INKAI South Sulawesi and prove even greater achievements.

    It is natural that karate intructors and athletes from all INKAI do jo (the place to practice karate) in each district in South Sulawesi welcome TC (Training Center) implementations to create the best athletes as a great preparation to go international standard, a great target of INKAI center in Jakarta for its kohai (members of karate ) spreading throughout Indonesia.

    Note:
    In that photo, the author represents INKAI South Sulawesi to receive the first Champion Trophy at the karate championship in Sorowako, East Luwu, South Sulawesi, Indonesia.

    Zulkarnain Patwa
    * Manager of INKAI South Sulawesi at the Open Tournament, Karate Championship in North Luwu, 2024.
    * Public Relations Officer of INKAI South Sulawesi.
    * Karate Intructor of INKAI Bulukumba

  • Sempurna pada Ujian Perkalian dan Pembagian

    Sempurna pada Ujian Perkalian dan Pembagian

    Izzatunnisa pelajar kelas tiga SD ini turut dinyatakan lulus ujian tulis pada Perkalian dan Pembagian dengan nilai sempurna, seratus. Hal ini karena ia melihat seorang pelajar bernama Faizah yang lebih dahulu ujian dan memperoleh nilai seratus juga.

    Nisa anak yang berhasil meningkatkan kwalitas belajarnya dengan sistem kompetisi. Bila ia melihat rekannya pintar, ia juga ingin punya kemampuan yang sama dan bahkan melebihi orang yang ia anggap pintar. Tak heran, ia selalu mengajak rekan kelasnya yang ia anggap pintar untuk berlomba menjawab soal-soal secara lisan. Dan dalam berbagai macam lomba informal tersebut, Nisa lebih sering juara 1.

    Pengembangan cara belajar dengan sistem kompetisi memang menguatkan mental dan memperteguh daya juang. Kelemahan yang biasa muncul, anak akan mudah menganggap remeh orang lain yang berada di bawah kemampuannya. Oleh karena itu, Nisa selalu kita ingatkan untuk membantu rekan kelasnya yang kewalahan memahami pelajaran dengan cara memberitahu cara menjawab soal, bukan langsung pada jawaban sehingga tercipta komunikasi yang akrab yang membuat Nisa peduli pada orang yang ada di lingkungan belajarnya.

    Mengenai pelajaran sekolah, Nisa banyak dididik oleh Suci Rahmayani Masdah, guru utamanya pada kelas Matematika di Rumah Belajar Bersama. Pelajarannya Miss Uci menekankan untuk terlebih dahulu menuntaskan semua materi yang diberikan untuk mendapatkan waktu keluar main. Dan Nisa dengan senang hati mengikuti nasehat gurunya. Nisa telah terbiasa mengerjakan soal soal Matematika yang belum dipejari di sekolahnya. Tak mengherankan bila Nisa selalu berpendapat bahwa pelajaran sekolah itu gampang yang ia buktikan dengam sering mendapatkan nilai seratus. Dan bila ia kebanyakan bermain, ia selalu mengatakan bahwa ia sudah mengerjakan semua soal yang diberikan Miss Uci.

    Sekarang ini, untuk membuat Nisa lebih bersemangat belajar, ia perlu tantangan. Selain menuntaskan Matematika sekolah sesuai tingkat kelasnya, Nisa akan mendapatkan soal yang erat kaitannya dengan aritmatika (tambah, kurang, kali dan bagi) lanjutan yang bentuk soalnya mengasah ketelitian, kecepatan dan ketelitian berpikir.

    Semua in akan kita tekankan dalam waktu dekat. Ujian lisan pada Perkalian dan Pembagian akan dihadapi Nisa sebagai konsekuensi lulus ujian tulis. Dari sini, kita akan dapat mengukur sejauh mana kemampuannya dan akan memberikan soal soal lanjutan yang sesuai dengan perkembangan otaknya.

    Zulkarnain Patwa
    * Pemerhati Pendidikan

  • Bahasa Inggris untuk Kita

    Bahasa Inggris untuk Kita

    Oleh : Taufiqurrahman Muslim

    ‎Era globalisasi sekarang, Bahasa Inggris berperan penting sebagai bahasa internasional. Hampir semua bidang kehidupan, seperti pendidikan, teknologi, dan komunikasi, memakai Bahasa Inggris sebagai sarana utama.

    Bagi saya, alasan belajar Bahasa Inggris tidak hanya demi kepentingan pribadi atau karier, tetapi juga agar bisa memberikan manfaat bagi masyarakat, terutama masyarakat kampung halaman saya di Desa Tanah Towa, Kecamatan Kajang, Kabupaten Bulukumba.

    ‎Saat ini, saya masih belajar Bahasa Inggris di Rumah Belajar Bersama (RBB), sebuah tempat belajar yang menyediakan ruang bagi siapa saja yang ingin meningkatkan kemampuan bahasa dan pengetahuan.

     

    Di RBB, saya belajar berbagai hal seperti tata bahasa, cara mengucapkan kata, dan kosa-kata. Selain itu, saya juga belajar nilai-nilai penting seperti saling membantu, serta semangat untuk terus belajar dan berkembang. Lingkungan belajar yang positif di RBB membuat saya semakin termotivasi untuk terus memperbaiki kemampuan berbahasa Inggris.

    ‎Belajar bahasa Inggris bukanlah hal yang mudah. Ada banyak rintangan, seperti kesulitan mengerti cara menyusun kalimat dan rasa gugup saat berbicara. Namun, setiap tantangan mengajarkan saya pentingnya sabar dan terus belajar. Saya tahu bahwa belajar bahasa tidak hanya tentang menghafal teori, tetapi juga tentang berani mencoba dan tidak takut salah. Dari proses itu, saya belajar bahwa setiap langkah kecil yang dilakukan dengan tekun pasti akan mendatangkan hasil.

     

    ‎Bahasa Inggris memberi banyak peluang baru. Jika seseorang bisa menguasainya, dia bisa mengetahui informasi dari berbagai belahan dunia, memahami perkembangan ilmu pengetahuan, dan memperluas pengetahuan. Bagi saya, manfaat terbesar dari kemampuan ini adalah kesempatan untuk memberi tahu orang-orang di kampung halaman tentang ilmu yang saya ketahui. Saya ingin suatu hari nanti bisa mengajar anak-anak di Desa Tanah Towa, agar mereka juga bisa belajar Bahasa Inggris seperti yang saya alami di RBB.

    ‎Desa Tanah Towa terkenal sebagai desa yang memiliki budaya dan keunikan wisata. Di sini tinggal masyarakat adat Kajang yang menghargai nilai kesederhanaan serta kearifan lokal mereka. Budaya yang dimiliki oleh masyarakat setempat membuat desa ini menarik perhatian banyak wisatawan, termasuk dari luar negeri. Karena banyak wisatawan asing yang berkunjung, kemampuan berbahasa Inggris menjadi sangat penting, terutama untuk berkomunikasi dengan orang asing. Banyak wisatawan membutuhkan bantuan penerjemah, dan hal ini memberi kesempatan bagi warga lokal untuk lebih aktif dalam memperkenalkan budaya Kajang kepada dunia.

    ‎Dengan berbahasa Inggris, masyarakat Desa Tanah Towa bisa bantu wisatawan paham adat istiadat, mempromosikan produk kerajinan lokal, serta memperkuat citra desa sebagai tempat wisata budaya. Di sini saya sadari bahwa belajar Bahasa Inggris punya arti sosial yang besar, tidak hanya untuk perkembangan pribadi, tetapi juga untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan melestarikan budaya setempat.

    ‎Akhirnya, saya menyadari bahwa menguasai Bahasa Inggris bukanlah tujuan akhir, melainkan awal dari sebuah perjuangan. Ilmu yang saya pelajari di Rumah Belajar Bersama menjadi bekal berharga untuk berkontribusi bagi desa kelahiran saya. Saya yakin, meskipun ilmu yang dimiliki sangat kecil, nilainya akan besar jika digunakan untuk kebaikan dan kemajuan bersama. Dengan Bahasa Inggris, saya berharap dapat membawa nama Desa Tanah Towa, Kecamatan Kajang, Kabupaten Bulukumba, ke kancah nasional bahkan internasional.

  • Peduli

    Peduli

    Sebenarnya saya sangat kelelahan disertai flu berat. Cuma saja karena kedua anak berprestasi di karate ini telah direkrut sebagai atlet berbakat INKAI Provinsi Sul Sel dan diminta buat video latihan disertai pendampingan pelatih, saya yang bukan pelatih utamanya pun harus turun membantu karena para pelatihnya sedang ada kegiatan.

    Eh, setelah latihan bersama, rasa sakit kepala dan flu hilang. Tapi itu sesaat saja. Setelah mereka pulang, sakit kepalaku disertai flu kambuh lagi.

    Semoga lekas sembuh diriku.

    Zulkarnain Patwa
    * Humas INKAI Sulawesi Selatan
    * Pelatih INKAI Bulukumba

  • Mae Geri pada Karate

    Mae Geri pada Karate

    Tiap orang punya jurus terbaik yang sesuai dengan dirinya. Kita belajar dari beragam guru untuk mempermudah mengenal potensi diri. Setelah mengetahui gerakan yang sesuai dengan diri, itulah yang diperdalam.

    Foto adalah tendangan Mae Geri (Front kick, tendangan arah ke depan ke ulu hati) pada ujian kenaikan DAN di Kostrad Kariango Maros, Sulawesi Selatan pada 14 Mei 2024.

    Zulkarnain Patwa
    Humas INKAI Sulawesi Selatan

  • Peresmian Dojo INKAI Darfa Cakti Yudha

    Peresmian Dojo INKAI Darfa Cakti Yudha

    Setelah Kejuaraan Piala Panglima Kostrad di Gowa, terdapat peresmian Dojo (tempat latihan karate) Darpa Cakti Yudha untuk latihan karate TNI (Tentara Nasional Indonesia) di Kostrad.

    Pada foto terdiri dari:

    1. Mayjend TNI Bangun Nawoko, Panglima Devisi 3 Kostrad.

    2. Ir. Abdul Djalil Razak, Ketua INKAI Sulawesi Selatan

    3. Viktor Shondak, SE., Ketua MSH (Majelis Sabuk Hitam) INKAI Sulawesi Selatan.

    Foto pada Minggu, 23 Februari 2025 di markas Kostrad di Gowa, Sulawesi Selatan.

    Zulkarnain Patwa
    * Humas INKAI Sulawesi Selatan

  • Sekilas pada Perjalananku di Karate

    Sekilas pada Perjalananku di Karate

    Kehidupan masa kecil saya memang banyak diisi dengan latihan karate dan saya pun suka mengajak rekan rekanku untuk bergabung karate. Saya latihan di Kodim 1411/Bulukumba, Sulawesi Selatan dan banyak bergaul dengan anak tentara karena SD saya di dekat Kodim. Di lingkungan tersebut, berkelahi dan perang-perangan dengan senjata rakitan yang bisa menembak ala anak anak adalah permainan kami.

    Setelah beranjak dewasa, saya berusaha mencari dunia baru. Saya memilih menjadi aktivitas mahasiswa karena ingin mengasah kecerdasan intelektual dan mencoba untuk tidak bersentuhan lagi dengan dunia karate. Saya tidak ingin diketahui pernah belajar bela diri. Saya sudah capek berantem. Bagiku, itu menyakiti diri sendiri dan orang lain. Dan alhamdulillah, apa yang kuniatkan tersebut sukses. Sejak saya kuliah hingga lulus dan bahkan sampai sekarang saya tidak pernah lagi berkelahi.

    Kadang kadang sesekali saya memang masih latihan karate dengan rekan kuliah tapi tidak mendekatkan diri dengan perguruan. Itu secara personal saja karena saling kenal sesama karate ka. Ya, semacam silaturahmi lah. Pendeknya, saya tidak pakai dogi (baju karate), terlebih lagi dengan bergabung latihan serius dengan rekan rekan tentara.

    Ada kalanya juga, saya latihan sparring dengan rekan rekanku yang pesilat. Tapi itu pun seadanya saja, tidak untuk kebutuhan latihan serius. Ini untuk mengenang saja bahwa diriku pernah sedikit tahu cara bertarung dan mengenali lebih dekat keunggulan cabang bela diri lainnya.

    Saat kembali ke kampung halaman, saya mencoba lagi untuk olahraga. Beragam olahraga yang pernah kutekuni kuikuti lagi. Basket , lari, renang, bulutangkis, macam macamlah. Dan ternyata yang paling lengket adalah karate. Dan karena perguruanku INKAI (Institut Karate-Do Indonesia) punya sejarah yang panjang tentang bela diri tentara, saya pun kembali bergaul dengan tentara.

    Baru baru ini, terdapat kejuaraan Piala Panglima Devisi 3 Kostrad. Terdapat kesempatan untuk bertemu dan berbincang bincang dengan Pak Meyjen TNI Bangun Nawoko, Panglima TNI Devisi Infanteri 3 Kostrad karena saya mendampingi Shihan Viktor Shondak, Ketua MSH (Majelis Sabuk Hitam INKAI Sulawesi Selatan).

    Pada intinya, bela diri karate akan lebih dipertajam di kalangan tentara dan tentara akan didorong juga meningkatkan prestasi dalam hal olahraga dengan melibatkan diri dalam kejuaraan karate. Dan langkah awal yang sangat bagus baru saja terlaksana dengan sukses melalui Kejuaraan Piala Panglima khusus bagi para tentara, 21 sampai 23 Februari 2025 di Gowa.

    Pada foto
    * Meyjen TNI Bangun Nawoko, Panglima TNI Devisi Infanteri 3 Kostrad (Tengah)
    * Shihan Viktor Shondak, Ketua MSH (Majelis Sabuk Hitam) INKAI Sulawesi Selatan (Kanan)
    * Penulis (Kiri)

    Zulkarnain Patwa
    * Humas INKAI Sulawesi Selatan
    * Pelatih INKAI Bulukumba

    Tulisan ini pertama kali terbit pada 4 Maret 2025

  • Rencana Tulisan untuk Panrita Lopi

    Rencana Tulisan untuk Panrita Lopi

    Saya bukan seorang pelaut ulung tapi saya suka laut. Sejak kecil saya bersama almarhum ayahku sering berenang di pantai Bira. Dan karena ayahku bisa bahasa Arab dan Inggris, saya sering memperhatikan ayahku ngobrol dengan orang asing. Kebanyakan dari orang asing itu bicara Inggris sehingga saya tertarik memperhatikan pembicaraannya dalam Bahasa Inggris. Sedangkan wisatawan Arab tidak pernah kutemui di sana.

    Dari Bira, saya pun berkenalan dengan para pelaut seperti Wahyu Pemandu Snorkling, Birsal di Pinisi Diving Club dan lainnya. Seiring dengan waktu, saya pun akrab dengan Pak Rusli, sang ahli pembuat layar Pinisi yang juga pernah melayarkan Pinisi ke Vancouver, Canada, 1986.

    Pertemuan kali ini tidak lepas dari peran Kak Nurul yang mengajak saya untuk bergabung menulis buku semacam bunga rampai tentang para Panrita Lopi (ahli pembuat perahu). Karena saya juga pemerhati pelestarian Pinisi, saya memutuskan untuk bergabung betapa pun hampir tidak punya waktu yang cukup luang untuk bersama sama berkeliling di daerah Bira, dan Tanah Beru.

    Tugas saya mengumpulkan data dari Panitia Lopi di Desa Ara. Desa itu dekat tanah kelahiranku di Kalumpang, Bonto Tiro. Kami orang Kalumpang biasanya belanja di Ara sehingga kampung Ara tentulah dikenali dengan akrab. Terlebih lagi ada rekan orang Ara yang bisa
    dihubungi yang tidak perlu disebutkan namanya di sini.

    Bila ini berhasil, saya tertarik untuk menulis tentang Pinisi dalam Bahasa Inggris, bukan Bahasa Arab. Soalnya, itu susah 😀

    Zulkarnain Patwa
    * 4 Maret 2025