Kabar duka itu memang sangat menyesakkan dada bagi keluarga yang tercinta yang ditinggalkan, sahabat dekat dan orang-orang yang berpengaruh dalam kehidupan kita. Hal inilah yang turut kami rasakan setelah mendengar kabar atas kembalinya ke pangkuan ilahi hamba Allah yang bernama Fajriyani Basir. Setelah menjenguk anaknya yang biasa dipanggil kembar dari perkemahan di Loka, Bantaeng, beliau pulang bersama kurir yang juga langganan dan tetangganya. Motor menabrak pohon pisang yang menyebabkan sang kurir meninggal di tempat. Sedangkan Kak Fajri mengalami pendarahan di kepala dan patah kaki. Beberapa saat dirawat di rumah sakit Prof. Dr. H. M. Anwar Makkatutu Bantaeng—tempat beliau bekerja—dengan usaha maksimal menghentikan pendarahan. Ibunya menyampaikan, “Saya diberitahu bahwa Ani (panggilan Kak Fajri di rumah) butuh adarah AB. Darah saya AB. Tapi karena faktor usia, saya tidak boleh mendonor.” Selain itu kondisi melewati kritis tidak menemukan tanda-tanda sehingga donor darah tidak terlaksana. Berlakulah ketentuan-Nya. Inna lillahi wa inna ilaihi rajiun. (16/07/2022)
Kak Fajri dan Rumah Belajar Bersama
Perkenalan akrab kami di Rumah Belajar Bersama (RBB) dengan Kak Fajri saat anaknya yang cerdas bernama Wilna Liana Azzahra hendak tamat SMP. Kami mengusulkan agar Wilna mendaftar di MAN Insan Cendekian Gorontalo (ICG), sekolah yang didirikan oleh Bapak B. J. Habibie. Gayung bersambut, Wilna diberi gambaran tentang ICG, mendaftar dan lulus. Sebelum ke ICG, Wilna pun sempat mengikuti pelajaran Bahasa Inggris di RBB sebagai bekal tambahan untuk lebih mudah beradaptasi di lingkungan Insan Cendekia. Setelah 2 minggu, terdapat kompetisi English in Ramadhan, 2015 yang diadakan di Islamic Center Dato Tiro Bulukumba. melalui pendampingan ibunya, Wilna ikut berkomptesisi dan meraih juara 1 (satu).
Sekitar tahun 2018, Kak Fajri mengantar langsung sejumlah buku-buku bacaan remaja ke perpustakaan RBB. Katanya, “Ini sumbangan. Semoga bisa lebih bermanfaat sini.” Kami memang merasa senang tapi sungkan karena kami tahu bahwa itu buku bacaan Wilna. Namun karena keyakinan dan kebaikan hatinya untuk berbagi, kami pun menerimanya. Tak banyak yang kami dapat balas. Kami sampaikan bahwa tiap pembaca kami sarankan membacakan Al Fatihah pada penyumbang buku tersebut.
Sekitar 2020, Kak Fajri mengusulkan untuk membuat RBB di Bantaeng. Setelah mendapat izin dari ibunya agar rumahnya di Jl. Sungai Calendu digunakan dengan maksud selain tempat kegiatan pendidikan, itu juga untuk membantu pendidikan kembar yang masih sekolah utamanya Bahasa Inggris dan Matematika. Bersama Kak Fajri dan Wilna yang sedang liburan kuliah bersama-sama berkeliling sekolah di Bantaeng untuk promosi. Hal itu disambut hangat. Faktor terbesarnya karena Ibu Kak fajri yang sudah pensiun masih dikenal akrab di sekolah, Kak Fajri sendiri dan Wilna yang sering disebut oleh guru-guru sekolah sebagai anak yang pintar. Kemajuan RBB Bantaeng terlihat bagus karena di awal saja telah hampir 30 orang bergabung. Namun sayang, baru sekitar 2 minggu terlaksana, hempasan teror virus Corona yang melarang aktivitas berkumpul membuat RBB harus tutup di Bantaeng.
Perjalanan berlanjut. Kak Fajri menemukan ide yang menarik. Dapur IbuQu. Awalnya, ide ini diminati PNS orang-orang yang lagi tidak memasak di siang hari. Beragam makanan menarik tersajikan dan yang paling terkenal adalah Nasi Kebuli. Dan yang membuatnya cukup sibuk adalah saat menghadapi Jum’at Berkah. Pesanan datang dari mana-mana yang disalurkan ke Pesantren, kantor, Panti Asuhan dan orang-orang yang berkebutuhan di jalan. Termasuk RBB Bulukumba biasa memesan. Bila ada waktu, agak luang, Kak Fajri ditemani adiknya dan ibunya yang mengantarkannya ke RBB Bulukumba. Harga yang diberikan agak murah. Ya, menurutnya itu untuk sedekah atau sumbangan buat orang-orang yang menuntut ilmu. Bahkan, semua guru-guru di RBB selalu diberi makanan special.
Dua minggu yang lalu, kami memesan Jum’at Berkah untuk dibagikan ke orang-orang di Bantaeng. Selain tidak ingin membuat repot, jumlah pesanan pun hanya 400 ribu. Kak Fajri yang waktu itu kami hubungi sedang berada di Makassar. Setelah mengkomunikasikan ke keluarganya di rumah, pesanan diterima. Karena ATM rusak, kami belum membayar namun hal itu sama sekali tidak pernah ditanyakan. Pada 12 Agustus, melalui pesan WA, kami menyapa dan mengingatkan bahwa utang RBB belum terbayar. Karena minggu ini sibuk mengajar dan terlibat mendidik kemenakan yang akan ikut Kejurnas (Kejuaraan Nasional) karate, Insya Allah minggu depan mengantar uangnya. Dijawab ok. Niat hati pada tanggal 17 terdapat perjalanan mengantar kemenakan ke Makassar yang akan menuju Kejurnas di Bandung. Itu bisa dimanfaatkan untuk singgah dan silaturahmi.
Pada tanggal 16 setelah Isya, kami membaca kabar dari Fajrianti Basir, saudara kandung Kak Fajri, menulis,
“Mohon doanya teman-teman atas meninggalnya kakak saya Fajriyani Basir semoga Husnul khatimah dan di ampuni dosa-dosanya.
Nunu EfDua Ilham Asma Rannu Kamal Fajri
*Inalilahi wainalilahi rojiun… *
*Ya Allah, ampunilah dia, kasihanilah dia, sembuhkanlah dia, dan maafkanlah dia, muliakan dia turun, dan luaskanlah jalannya,*
*Ya Allah, janganlah Engkau hilangkan pahala kami, dan janganlah engkau matikan kami setelahnya, dan ampunilah kami dan dia, dan masukkan dia ke dalam surga bersama orang-orang yang bertakwa, demi Muhammad dan keluarganya*
* Al-Fatihah dengan doa.. *
*Ya Allah, semoga berkah dan salam sejahtera kepada Muhammad dan keluarganya*
*Ya Allah, semoga berkah dan salam sejahtera kepada Muhammad dan keluarganya*
*Ya Allah, semoga berkah dan salam sejahtera kepada Muhammad dan keluarganya*
*Bismillahirrahmanirrahim*
* Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam *
*Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang*
*Raja Hari Penghakiman ِ*
*Hanya Engkaulah kami menyembah, dan Engkaulah kami memohon pertolongan*
*Kami telah menuntun jalan yang lurus*
*Jalan orang-orang yang Engkau ridhoi, kecuali orang-orang yang murka kepadanya dan bukan orang-orang yang sesat*
Karena latihan karate sedang berjalan dimana sulit meninggalkan anak anak kecil dan remaja yang sedang berlatih, kami menanti hingga latihan selesai. Setelah itu, kami Bulukumba dari langsung berangkat ke rumah duka di Bantaeng. Terbaring sosok yang tenang dengan damai dikelilingi oleh anak anaknya, ibunya, saudara kandung, keluarga terdekat dan sahabat. Setelah beberapa saat memanjatkan berdoa, kami menemui Wilna yang berada di samping ibunya untuk menyelesaikan urusan yang disebut di atas. Setelah itu, kembali berdoa. Setelah itu, kami berbincang-bincang dengan keluarga. Ibu Kak Fajri sangat tabah menghadapi cobaan ini.
Selamat jalan Kak Fajri. Kami di Rumah Belajar Bersama yang bersaksi bahwa dirimu adalah orang baik. Semoga segala kebaikanmu bernilai amal jariyah. Al Fatihah.
Zulkarnain Patwa
* Direktur Rumah Belajar Bersama
Tinggalkan Balasan