Dari Pantai ke Pantai

Deru ombak sudah seperti alunan musik yang selalu menyenyakkan tidur. Bermain pasir? Ah, jangan ditanya. Membuat rumah, gundukan pasir yang tidak pernah selesai karena tersapu terus oleh ombak. Bahkan masa kecil penulis biasa membuat lubang lalu ditimbun pasir yang menyisakan bagian wajah saja agar hidung masih bisa menghirup oksigen. Kebiasaan ‘dikubur pasir’ ini tak pernah berhenti hingga saat ini karena kami mengajak anak-anak juga melakukan hal yang sama.

Adakah yang berbeda dengan pantai lain? Pastilah. Setiap pantai memiliki karakter masing-masing. Perbedaan inilah yang merangsang kita untuk selalu memantapkan langkah menuju pesisir yang berlainan. Apalagi kalau pantai yang sangat terkenal.

Pantai Kuta, Sanur, Melasti dan Uluwatu misalnya sudah punya nama besar sehingga membuat semua orang penasaran ingin menyusuri setiap bagian dari pantai tersebut.
Rasa-rasanya tidak sah jika tidak menginjakkan kaki saat secara kebetulan kita berada di Bali.

Pantai yang ada di Bali memiliki keunikan tersendiri. Pasir yang tidak tersentuh air laut berwarna putih kecoklatan sementara yang tersapu air laut berwarna hitam. Hitam sekali dan halus. Demikian juga kemirigannya. Rata-rata miring sehingga jika air laut pasang, ini menyulitkan orang yang tidak bisa berenang mendekat ke pantai. Namun, ombak yang besar menjadi syurga para pencinta olahraga raga surfing. Kecuali Uluwatu, keindahan pantai itu hanya bisa disaksikan dari atas.

 

Biaya yang dikeluarkan jika berkunjung termasuk murah. Pantai Sanur hanya kenakan biaya parkir Rp. 5000 per mobil. Pantai Melasti Rp. 7.000 per orang termasuk parkir mobil. Pantai Kuta malah gratis. Sedang Uluwatu dikenakan parkir Rp. 2000 per mobil ukuran sedang dan bus besar Rp. 5.000. Retribusi masuk Rp. 30.000 per orang dan disediakan kain khas Bali warna ungu dan selendang kuning yang diikatkan di bagian perut.

Itulah Bali. Permainan ‘dikubur pasir’ memang tidak berubah dari waktu ke waktu tapi setiap berkunjung di waktu yang berbeda selalu ada pengembangan baru yang dibangun untuk memuaskan para wisatawan.

Fatmawati Patwa
Pemerhati Pantai


Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *