Berilmu dan Berbagi Ilmu di Pesantren Gontor

Ilmu lebih baik daripada harta
Ilmu menjaga engkau dan engkau menjaga harta
Ilmu itu penghukum (hakim) dan harta terhukum
Harta itu akan berkurang jika dibelanjakan tapi ilmu akan bertambah jika dibelanjakan

— Ali bin Abi Thalib

Mengajar merupakan suatu hal yang dahulu sangat tidak menarik dan sangat tidak saya sukai. Membosankan! Tetapi ternyata pemahaman saya itu salah. Setelah melalui beberapa pengalaman, ternyata mengajar menjadi sangat menyenangkan, bukan hal yang membosankan sama sekali.

Sebagai alumni pondok pesantren Gontor di Jawa Timur, kami diwajibkan untuk mengabdikan diri kami terlebih dahulu dengan cara mengajar agar ilmu yang telah kami pelajari dapat bermanfaat bagi yang lain karena dalam hadits telah tertulis bahwa sesuatu yang tidak akan terputus atau amalan yang tidak akan terputus walaupun kita sudah meninggalkan dunia salah satunya adalah ilmu  yang bermanfaat. Dan itu adalah mengajar.

Dari mengajar, kami mendapat sangat banyak pelajaran terlebih lagi untuk pelajaran kehidupan kami terus dididik untuk menjadi orang yang paham akan semua murid yang diajar termasuk latarbelakang seorang murid. Kami dididik agar bisa memahamkan murid masalah pelajaran baik kepada para pelajar yang berbahasa Arab maupun yang berbahasa Inggris.

Inilah yang meningkatkan kemampuan berbahasa arab dan Bahasa inggris kami. Kami menjelaskan semua hal dalam dua bahasa tersebut. Kami sangat dilarang untuk menggunakan Bahasa Indonesia di saat menjelaskan pelajaran agar semua murid terbiasa menggunakan asing ini dalam kehidupan sehari hari.

Kami memulai mengajar dari jam 07.00 Wita hingga jam 15.00 Wita setiap hari. Karena telah menjadi aktivitas harian dan menjadi kesenangan, mengajar itu ternyata tanpa henti dan tanpa kenal lelah. Kehadiran kami di depan kelas bukan tanpa persiapan. Sebelum memulai pelajaran, kami semua diwajibkan untuk membuat persiapan mengajar yang mencakup seperti tujuan umum dan tujuan khusus untuk mengajar. Lalu, materi yang yang telah dijelaskan harus ditanyakan para murid kami tentang pelajaran yang telah kami jelaskan pada hari itu juga dan semua itu harus ditulis di dalam buku yang biasanya kami sebut I’dadtadris atau preparation book yang mana semua kami tulis dalam Bahasa Arab ataupun Bahasa Inggris.

Begitu pun juga ketika kami hendak memulai pelajaran, kami diharuskan untuk menanyakan murid kami tentang pelajaran yang lalu agar mereka akan selalu ingat dan untuk memastikan apakah mereka benar-benar paham atau tidak. Begitulah cara belajar dan mengajar di pondok pesantren kami.

Kami pun telah terdidik untuk mengajar tanpa mengharapkan pamrih atau gaji karena semua yang ada di pesantren kami berlandaskan atas Panca Jiwa yang ada di pesantren kami yang mana merupakan hal yang paling pertama daripada yang lain yaitu keikhlasan. Semua yang kita lakukan di pondok ini berlandaskan atas asa tersebut.

Walaupun jadwal kami mengajar sangat padat, urusan kuliah tidak terbengkalai. Karena itu semua penting dan kami memang sudah dilatih dari santri agar bisa membagi waktu. Sejnak menjadi santri, kami sudah diberi tanggungjawab sebagai panitia ini dan panitia itu. Jadi kami tidak hanya mengurus diri sendiri saja tetapi juga dilatih agar bisa menjadi orang yang dapat mengatur semuanya, sebanyak apapun pekerjaan tersebut.

Selain itu, kami juga diwajibkan untuk selalu mendampingi dan membimbing anak anak didik kami setiap malam mulai setelah shalat Isya sampai jam 21.30 Wita.  Setelah itu, Kami baru boleh melakukan urusan pribadi masing-masing. Begitulah kira kira kegiatan belajar dan mengajar kami yang sebenarnya masih banyak lagi tetapi ringkasn demikian. Manakala kami melanjutkan tulisan ini, maka tidak akan habis untuk diceritakan. Mungkin di lain waktu akan saya ceritakan ceritakan secara detailnya. Terima kasih.

Asse Nur Izza Maharani
* Mahawiswi Unida (Universitas Darussalam), Gontor
* Alumnus Rumah Belajar Bersama di Bulukumba

Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *