Ujian Terbuka Oral Total Tense dan Passive Berjalan Sukses

Bulukumba, RBB (6/3)—Ujian oral (lisan) terbuka tentang perubahan total struktur tense ke passive dan passive ke tense kepada pelajar Bahasa Inggris Rumah Belajar Bersama berhasil terlaksana dengan baik. Ditayangkan secara live (siaran langsung) di facebook RBB di Bulukukumba, pengujinya adalah Agustina Dewi yang merupakan pendiri Bammbo Academy yang menetap di Blitar di Jawa Timur melalui  via google meet (semacam zoom) dimana setiap orang boleh menonton dan bebas diberi kesempatan berkomentar, menyanjung, mengkritik dan sebagainya.

Ujian oral ini menyangkut pemahaman seluruh 16 tense dan passive yang mengandung jebakan nonprogressive (kata kerja yang tidak boleh continuous—menyatakan kejadian yang sedang berlangsung), distransitive verbs (kata kerja yang berhak punya 2 objek) dan indefinite pronoun (kata ganti yang tidak jelas). Miss Tina, panggilan akrab Agustina Dewi, berhasil membuat para pelajar berpikir mendalam karena memberikan soal-soal yang penuh beragam jebakan. Bisa dapat dipastikan bahwa orang yang pernah belajar secara detail saja yang mampu menjawabnya dengan benar.

Tantangan berat ini diawali dengan suasana yang menegangkan tiap peserta sudah sadar betul bahwa memahami struktur tense dan passive tidaklah cukup sebagai jaminan. Tiap orang satu persatu di depan komputer—sumbangan Dinas Perpustakan Provinsi Sul-Sel dan Dinas Perpustakaan Daerah Bulukumba— yang telah disediakan di RBB dan kemudian mandapatkan 10 soal oral (lisan). Sebanyak 6 orang peserta dengan menghabiskan waktu lebih dari 2 jam, terhitung dari jam 20.00 – 22.15 Wita.

Suasana kelas di Rumah Belajar Bersama saat ujian. yang duduk di dekat rak buku berusaha serileks mungkin sambil menanti giliran untuk maju di depan komputer.

Rifa’atul Mahmudah dan Ita Mufrita berhasil meraih angka 100, angka yang sempurna dengan tanpa membuat kesalahan. Adapun Nuraila Islamiyah yang pada ujian sebelumnya (khusus tense) yang meraih angka 100 kini harus puas di angka 90 disebabkan membuat satu kesalahan yang tidak perlu yaitu pada penentuan subjek. Sebuah subjek tunggal ia jadikan jamak.  Hal ini terlihat jelas karena pertanyaan perubahan kalimat ke present perfect.

Ita Mufrita yang sedang berhadapan dengan Agustina Dewi pada ujian oral dan berhasil meraih angka 100 karena tidak ada kesalahan. Keseharian Ita adalah juru bahasa pada orang-orang tuli.
Gambari diambil di ruang kelas Rumah Belajar Bersama.

Hal yang menarik lainnya adalah Andi Alodia yang merupakan seorang pelajar kelas 6 SD (Sekolah Dasar) yang betapapun mendapatkan kwalitas soal yang sama dengan orang dewasa tapi ia tetap mampu meraih angka 70. Ia sudah berhasil memahami struktur. Sulaiman Arief yang baru-baru ini sudah sangat rajin latihan seharusnya sanggup  mendapat angka 80 tetapi kenyataannya nilainya di angka 60. Masalahnya, ia lupa jebakan indefinite pronoun dan masih teralu banyak kosa kota yang belum ia kenali, hal yang umum terjadi bagi para pelajar pemula. Sedangkan Nur Zelika yang sedang berada di Makassar dan juga ikut ujian tidak sempat menyelesaikan soal karena terkendala masalah keterputusan jaringan.

Para pelajar ini merasa puas dengan hasil yang mereka peroleh. Mereka telah berjuang maksimal dengan menambah jam belajar secara mandiri melalui study club yang terkadang dimulai sore dan terus lanjut hingga malam hari baik untuk pendalaman dan ataupun membantu sesama rekan yang kurang menguasai materi selama sebulan terakhir. Beberapa yang beranjak dari dari zero (nol) memang bukanlah hero (pahlawan). At least, mereka membuktikan bahwa jangankan pelajaran sederhana, pelajaran rumit pun bisa mereka hadapi. Baginya, Bahasa Inggris bukan lagi pelajaran yang seperti ‘hantu’ yang harus dijauhi.

Sebelum acara selesai, Tina sempat menyampaikan pendapat dan kegembiaraan bertemu dengan para pelajar tersebut. Ia mengatakan, “Para peserta sebenarnya sudah memahami apa yang disebut passive dan active cuma saja terkena jebakan batman. Masukan, lebih teliti saja.” Lalu ia sedikit bercerita pengalaman belajarnya. “Kami orang-orang grammarian (ahli tata bahasa) yang saat berada di Pare (Kampung Inggris di Jawa Timur) memang tidak mau soal standar kayak di sekolah. Ngapain jauh-jauh belajar hanya dapat yang standar. Overall, kalian memahami, passive saya bikin double, memiliki 2 objek.”

Sebagai penutup, Tina yang juga Duta Ambassador pada kunjugan 10 negara  timur tengah ke Blitar menyatakan bahwa orang-orang yang mengerti dasar-dasar bahasa inggris seperti yang diujikan, dapat berharap lebih pada bahasa inggris.

Zulkarnain Patwa
Staf Rumah Belajar Bersama

Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *