Era globalisasi sekarang, Bahasa Inggris berperan penting sebagai bahasa internasional. Hampir semua bidang kehidupan, seperti pendidikan, teknologi, dan komunikasi, memakai Bahasa Inggris sebagai sarana utama.
Bagi saya, alasan belajar Bahasa Inggris tidak hanya demi kepentingan pribadi atau karier, tetapi juga agar bisa memberikan manfaat bagi masyarakat, terutama masyarakat kampung halaman saya di Desa Tanah Towa, Kecamatan Kajang, Kabupaten Bulukumba.
Saat ini, saya masih belajar Bahasa Inggris di Rumah Belajar Bersama (RBB), sebuah tempat belajar yang menyediakan ruang bagi siapa saja yang ingin meningkatkan kemampuan bahasa dan pengetahuan.
Di RBB, saya belajar berbagai hal seperti tata bahasa, cara mengucapkan kata, dan kosa-kata. Selain itu, saya juga belajar nilai-nilai penting seperti saling membantu, serta semangat untuk terus belajar dan berkembang. Lingkungan belajar yang positif di RBB membuat saya semakin termotivasi untuk terus memperbaiki kemampuan berbahasa Inggris.
Belajar bahasa Inggris bukanlah hal yang mudah. Ada banyak rintangan, seperti kesulitan mengerti cara menyusun kalimat dan rasa gugup saat berbicara. Namun, setiap tantangan mengajarkan saya pentingnya sabar dan terus belajar. Saya tahu bahwa belajar bahasa tidak hanya tentang menghafal teori, tetapi juga tentang berani mencoba dan tidak takut salah. Dari proses itu, saya belajar bahwa setiap langkah kecil yang dilakukan dengan tekun pasti akan mendatangkan hasil.
Bahasa Inggris memberi banyak peluang baru. Jika seseorang bisa menguasainya, dia bisa mengetahui informasi dari berbagai belahan dunia, memahami perkembangan ilmu pengetahuan, dan memperluas pengetahuan. Bagi saya, manfaat terbesar dari kemampuan ini adalah kesempatan untuk memberi tahu orang-orang di kampung halaman tentang ilmu yang saya ketahui. Saya ingin suatu hari nanti bisa mengajar anak-anak di Desa Tanah Towa, agar mereka juga bisa belajar Bahasa Inggris seperti yang saya alami di RBB.
Desa Tanah Towa terkenal sebagai desa yang memiliki budaya dan keunikan wisata. Di sini tinggal masyarakat adat Kajang yang menghargai nilai kesederhanaan serta kearifan lokal mereka. Budaya yang dimiliki oleh masyarakat setempat membuat desa ini menarik perhatian banyak wisatawan, termasuk dari luar negeri. Karena banyak wisatawan asing yang berkunjung, kemampuan berbahasa Inggris menjadi sangat penting, terutama untuk berkomunikasi dengan orang asing. Banyak wisatawan membutuhkan bantuan penerjemah, dan hal ini memberi kesempatan bagi warga lokal untuk lebih aktif dalam memperkenalkan budaya Kajang kepada dunia.
Dengan berbahasa Inggris, masyarakat Desa Tanah Towa bisa bantu wisatawan paham adat istiadat, mempromosikan produk kerajinan lokal, serta memperkuat citra desa sebagai tempat wisata budaya. Di sini saya sadari bahwa belajar Bahasa Inggris punya arti sosial yang besar, tidak hanya untuk perkembangan pribadi, tetapi juga untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan melestarikan budaya setempat.
Akhirnya, saya menyadari bahwa menguasai Bahasa Inggris bukanlah tujuan akhir, melainkan awal dari sebuah perjuangan. Ilmu yang saya pelajari di Rumah Belajar Bersama menjadi bekal berharga untuk berkontribusi bagi desa kelahiran saya. Saya yakin, meskipun ilmu yang dimiliki sangat kecil, nilainya akan besar jika digunakan untuk kebaikan dan kemajuan bersama. Dengan Bahasa Inggris, saya berharap dapat membawa nama Desa Tanah Towa, Kecamatan Kajang, Kabupaten Bulukumba, ke kancah nasional bahkan internasional.
Pak Rusli adalah orang yang turut punya peranan besar hingga Pinisi dikenal lebih luas dengan keterlibatannya pada pelayaran Pinisi 11.000 mil laut dinakhodai Kapten Gita Ardjakusuma ke Vancouver, Kanada pada 1986. Wajahnya masih terlihat segar bugar, tetap aktif dalam pembuatan layar Pinisi dan sesekali aktif berlayar dengan angin di Pinisi Perla Anugerah Ilahi.
Kehadiran Prof. Antonia Soriente sebagai seorang dosen senior di Universitas Orientale di Neplas, Italia yang saat ini konsentrasi menulis kamus Bahasa Konjo terkhusus pada segala macam penyebutan istilah di Pinisi menjadi berharga dalam menguak kekayaan pengetahuan Pinisi. Ini adalah bagian dari penyelamatan Bahasa Konjo klasik yang hampir punah karena istilah-istilah tersebut jarang digunakan dalam kehidupan sehari-hari oleh penutur orang Konjo sekali pun. Di samping itu, buku ini menembus batas karena orang orang dari berbagai macam latar belakang dapat mempelajarinya dimana mereka berada.
Dalam beberapa pelatihan pelayaran Pinisi, orang luar yang ikut pelatihan cenderung kelimpungan mengenal kosa kata tersebut. Betapa tidak, ketika kita berada di tengah laut, Pak Horst Liebner, sang kapten di Pinisi Perla Anugerah Ilahi, tidak pernah memerintahkan pergeseran layar dalam Bahasa Inggris, Jerman atau Indonesia. Semua kembali ke asalnya, bahasa Konjo. Kalau para crew tidak mengerti, pastilah pening kepala untuk bertindak. Ini bukan karena tidak mau bekerja tapi tidak tahu mau berbuat apa.
Beruntung, ibu Antonia telah beberapa kali mengadakan kunjungan ke Tanah Beru di Kab. Bulukumba Sulawesi Selatan untuk menghimpun data terpenting guna menuntaskan kamus Konjo tersebut dan Pak Rusli adalah salah satu rujukan penting yang ia temui. Pak Rusli pun selalu menyambut dengan hangat karena kehidupannya memang erat kaitannya dengan Pinisi, tidak kehabisan bahan menerangkan tentang tali temali, layar yang merupakan pekerjaannya membuat dan memasang dan dan segala hal istilah Pinisi. Betapapun ia kini lebih sering bertemu dengan Pinisi bermesin, ia tidak lupa tentang Pinisi klasik karena dirinya masih bagian dari crew Pinisi Perla Anugerah Ilahi, satu satunya perahu layar Pinisi tanpa mesin. Wajar bila otaknya masih segar menjelaskan.
Kita berharap kamus pertama Pinisi tersebut dapat segera selesai dan dinikmati oleh generasi penerus sehingga pewarisan dan kekayaan pengetahuan yang tersembunyi di balik Pinisi itu dapat dikenal dan dicintai oleh generasi penerus kita. Dengan demikian, pelayaran ke Vancouver di Kanada yang pernah dilakukan oleh Pak Rusli dkk dapat ditindaklanjuti oleh anak muda mudi sekarang mengarungi samudra luas, negeri negeri terjauh. Siapa yang tahu tapi semoga!
Sekian dulu. Nanti dilanjutkan lagi tulisannya karena saat ini saya ada tugas mengajar 😉
What you usually do in your childhood will have great influence to your future life. If a child is used to studying, he or she will smart enough to determine his or her life.
Satu adalah Pak Najib yang mempunyai tradisi turun temurun dari nenek moyangnya dari Lemo-Lemo sebagai ahli pembuat perahu kayu Pinisi dan perahu kayu sesuai pesanan pembeli. Dia juga sarjana Matematika di Universitas Hasanuddin, Makassar sehingga cara pembuatan perahunya sedikit banyak dipengaruhi ilmu hitung mendalam selain insting.
Kedua Horst Liebner. Ia pakar Pinisi yang berhasil menyerap pengetahuan lokal cara pembuatan perahu Pinisi dan perahu kayu lainnya di Indonesia. Keilmuannya bukan saja diakui dalam dunia akademik dengan gelar doktor tapi dia diakui oleh para panrita lopi (ahli pembuat perahu). Horst mengenal baik pembuatan perahu tradisional Indonesia dan tekun menulis tentang maritim. Keberadaannya di Tanah Beru sekarang untuk Pinisi Perla Anugerah Ilahi yang sedang dalam tahapan pembenahan untuk pelayaran selanjutnya.
Dan ketiga yang di tengah adalah orang yang sekedar numpang foto. 😀
Senin, 19 Agustus 2024 di Pusat Pembuatan Perahu di Tanah Beru, Bulukumba, Sulawesi Selatan.
Zulkarnain Patwa
* Pengajar Rumah Belajar Bersama
* Pemerhati Pinisi
Terlahir sebagai anak pelaut dengan dengan keseharian hidup berada di laut, Rumahnya tepat tepi laut di Kec. Herlang, Turungan Beru, Bulukumba, Sulawesi Selatan.
Sakkar namanya. Seorang pemuda yang punya minat belajar yang tinggi. Itu penulis temukan saat dia belajar intensif bahasa Inggris dan inisiatifnya membantu anak anak kecil untuk rajin membaca buku. Dia jadi mengerti membagi ilmu itu tidaklah membuat ilmunya berkurang tapi malah bertambah.
Waktu luang Sakkar banyak diisi dengan membaca buku-buku sumbangan donatur Pustaka Bergerak Indonesia sebuah inisiasi Kak Nirwan Ahmad Arsuka (Almarhum) kepada perpustakaan Rumah Belajar Bersama dan tidak lupa secara jujur penulis katakan bahwa dia bermain games android–sebuah hobby digital kids dan pemuda zaman now.
Sakkar berada di atas perahu Pinisi Perla Anugerah Ilahi ini berdasarkan pengumuman yang dibuka oleh Doktor Horst Liebner–Pakar Maritim Pinisi Indonesia–akan melakukan pelayaran tanpa mesin sebagai bagian dari upaya pelestarian pengetahuan Pinisi yang telah hampir punah karena telah dikepung oleh modernisasi.
Pinisi apa sekarang yang tidak pakai mesin? Seandainya Perla Anugerah Ilahi sebagai satu satunya Pinisi yang mengandalkan angin saja untuk berlayar itu pakai bermesin, entah dimana lagi orang harus belajar. Tidak ada. Sebuah kemungkinan yang (hampir) pasti tidak ada.
Setelah mengurus kapal di pagi hingga siang di Bantilang (baca: pembuatan perahu) Pak Najib, Horst tertarik dengan ketekunan Sakkar dalam bekerja saat berada di Perla Anugerah Ilahi dan pemahamannya yang cukup baik tentang perahu dan laut. Horst yang tentunya ahli mengenal potensi Sakkar menawarkan untuk bergabung. Sakkar memang sangat berminat karena sebenarnya dunianya memang laut ditambah lagi dia sebenarnya pernah bertemu Horst pada Pelatihan Pelestarian Pinisi diadakan oleh Balai Pelestarian Kebudayaan XIX Sul Sel dan Tenggara pada Maret 2024 di Bira dan telah sedikit banyak tahu latar belakang Horst melalui kabar mulut dan berselancar di internet.
Tapi entah mengapa, tiba tiba saja, Sakkar bilang ‘Saya pikir-pikir dulu’.
Sakkar mengalami konflik bathin dihadapkan pada pilihan antara melaut bersama Horts dkk atau tetap belajar Bahasa Inggris di darat.
Di satu sisi, dia sadar betul bahwa peluang berlayar seperti di atas super langka ditambah lagi, dia sangat percaya bahwa ilmu dan pengalaman melaut yang dimiliki Horst dan beberapa orang seperti Ridwan Alimuddin dan Guswan adalah matang dalam mengelilingi lautan luas. Dia paham betul bahwa banyak ilmu baru yang bisa diperoleh dari nama nama orang orang penting disebut di atas yang reputasinya telah melayarkan perahu Pa’dewakang tanpa mesin ke Australia dan punya segudang pengalaman berlayar.
Di sisi lain, Sakkar merasa akan banyak ketinggalan pelajaran bila kehidupannya kembali di laut, setidaknya itulah pemikirannya saat ini. Ini karena dia telah cukup mengerti peta pelajaran Inggris dan ingin memahaminya sebelum kembali ‘terjun bebas’ di laut. Dia telah menetapkan target untuk menjadi orang yang mahir berbahasa asing dalam waktu tertentu dan ditambah lagi dirinya telah berhasil mengembangkan bakat dalam dunia literasi. Beberapa buku yang cukup serius telah dia selesaikan. Terdapat sebuah rencana yang cukup matang tentang rancangan hidup masa depan yang cerah tertancap baik dalam kepalanya.
Untungnya, rencana pelayaran Perla Anugerah Ilahi ini ada dalam sebulan atau beberapa bulan saja sehingga peluangnya untuk memahami ilmu pelayaran tanpa mesin terbuka lebar.
Horst memberikan waktu beberapa hari buat Sakkar untuk memilih jalan terbaik.
Pemahaman penulis, tinggal cerdas cerdas saja memanfaatkan waktu. Horst itu kan orang bisa bahasa Konjo, Indonesia, Inggris, Jerman sebagaimana negeri asalnya dan entah bahasa apa lagi. Semua itu berharga. Kalau cuma urusan bahasa, pastilah banyak istilah istilah baru yang bermunculan selama dalam pelayaran. Saat berlabuh, itu bisa dikaji secara detail dan dijadikan minimal kumpulan jadi buku saku istilah berdasarkan pengalaman pelayaran Pinisi.
Selamat merenung Sakkar dalam menentukan langkah ke depan. Rumahmu yang di tepi laut itu dimana tempat bermainmu adalah laut menawarkan pandangan luas, terlihat tanpa batas. Bahkan, sebegitu luasnya laut itu seolah bersambung ke langit. Alam tempat kelahiranmu itu cukup membantu berpikir terbuka untuk membuktikan bahwa anak pelaut Turungan Beru, bisa juga. Dan itu memang bisa. Toh, nenek dan kakek moyangmu, pelaut.
Zulkarnain Patwa
* Pengajar Bahasa Inggris di Rumah Belajar Bersama
* Pemerhati Pinisi
Keinginan untuk mengenal dunia luas ini membuat manusia berani untuk melangkah. Natalia, seorang pemudi periang dari Bilbao, Spanyol berkunjung ke Bira. Seorang diri berkeliling tanpa ada rasa takut sedikit pun yang terpancar di wajahnya. Alasannya sederhana. Kebaikan berbalas kebaikan. Tak heran, dia suka tersenyum yang membuatnya mudah diterima kemana pun dia pergi.
Sebagai seorang pelancong, Natalia suka berjalan kaki sepanjang kawasan wisata Bira. Ia menemukan pantai yang sangat indah, airnya yang sangat jernih dan hangat, sesuatu yang sangat berbeda dengan di pantai utara di Spanyol yang dingin. Pantai Bira itu berpasir putih yang cukup bersih dimana hal itu dia tidak temukan di tempat dimana dia tinggal. Pantai juga menawarkan ketenangan karena tidak ramai tidak seperti di Bali yang penuh keramaian.
Itulah mengapa Natalia betah dan memilih untuk tinggal selama seminggu. Sebagai konsekuensinya, dia akan lebih banyak menikmati diri bermandikan matahari di pantai dan jalan-jalan melihat pepohonan rindang yang tumbuh liar di atas batu karang dan sesekali beruntung melihat monyet-monyet berekor pendek khas sulawesi selatan dikenal dengan istilah Macaca Maura, keluar dari hutan semak-belukar mencari makanan ke daerah pemukiman tanpa pernah mengganggu manusia. Sedikitnya, itu menjadi nilai tambah yang jarang terpublikasikan ke media sebagai bagian dari objek wisata. Dia tertarik dengan semua itu. ‘Bila tidak, dengan segera dia akan pergi’, katanya.
Natalia pun juga sempat berkunjung di Kajang dimana kehidupannya masyarakatnya menyatu dengan alam. Dia sangat tertarik melihat cara hidup orang-orang Kajang yang sungguh berbeda dengan membandingkan kehidupan di Eropa yang serba modern dimana hal ini tidak bisa ditemukan di Eropa. Menurutnya, beberapa tempat di Indonesia kehidupannya modern tapi beberapa tempat hidup dengan cara tradisional seperti di Kajang.
Kesannya. Natalia harus berjalan dengan kaki telanjang tanpa sendal atau sepatu memasuki kawasan adat Kajang di Amma Toa yang membuatnya kesakitan untuk berjalan karena semua orang yang masuk tidak boleh memakai alas kaki guna sebagai bagian mendekatkan diri kepada alam. Hal ini untuk mengingatkan bahwa manusia terlahir dari tanah dan akan kembali ke tanah. Rasa sakit yang jarang dialami Natalia ini membuatnya punya ingatan panjang namun itu seolah terobati saat dia melihat anak-anak berjalan kaki dengan riang gembira dan berjalan dengan cepat, tanpa beban sama sekali. Itu manakjubkan!
Di kawasan Amma Toa, Orang-orang terlihat bahagia menjalani kehidupannya masing-masing karena tiap orang berhak punya pilihan. Bagi yang ingin hidup tanpa peralatan seperti listrik, mesin, handphone dan segala peralatan modern, bisa tinggal menetap di kawasan. Tapi bila ingin kehidupan modern, silahkan keluar dan saat mereka ingin kembali, segala kehidupan modern itu harus ditinggalkan. Begitulah Amma Toa bersama rakyatnya menjaga kelestarian alam ini.
Maka tidaklah mengherankan, senyum sumringah biasa kita temukan terpancar dari wajah-wajah orang desa karena selain mereka hidup dengan penuh kesederhanaan tanpa banyak kepentingan materi atau kekuasaan, mereka juga menyakini bahwa hubungan baik sesama manusia itu perlu dijaga agar manusia dapat hidup di alam ini dengan bahagia.
Natalia sempat mengunjungi rumah Amma Toa, Sang Kepala Adat yang rumahnya yang berlantai dan berdinding dari bambu dan bertemu. Karena orang-orang Kajang berpakaian hitam dan tiap pengunjung juga wajib berpakaian hitam menarik perhatian Natalia untuk bertanya. ‘Mengapa orang-orang berpakaian hitam?’, tanya Natalia. Amma Toa mengatakan, ‘Ketika manusia lahir, semuanya yang dia lihat hitam.’ Warna adat Kajang ini juga sebagai bentuk persamaan dalam segala hal; kesederhanaan, kekuatan dan persamaan derajat manusia di hadapan Sang Pencipta.
Sisi lain yang mengagumkan buat Natalia saat bertamu ialah sebuah keluarga dari pulau Kalimantan jauh-jauh berkunjung agar berkenan diobati oleh Amma Toa. Baginya, itu mengagetkan melihatnya secara langsung karena itu sepertinya tidak ditemukan Natalia di negaranya. Sebenarnya, bagi masyarakat Sulawesi Selatan, pengobatan tradisional disertai dengan ramuan dedaunan adalah tradisi yang bertahan lama. Pilihan rakyat ke Amma Toa karena dipercaya bahwa Amma Toa adalah orang yang tidak banyak tergantung pada kehidupan materi dimana doa-doanya membuat pintu langit lebih mudah terbuka untuk diterima oleh Sang Pencipta.
Yang terakhir dikisahkan oleh Natalia adalah kunjungannya di Sulawesi Selatan adalah Rantepao di Tanah Toraja. Dia turut serta pada acara kematian. Dia menemukan makna bahwa semakin banyak kerbau yang dikorbankan untuk orang yang meninggal, semakin baik juga kehidupan orang yang telah meninggal tersebut di alam baka. Sisi lain adalah power. Orang yang punya status sosial di masyarakat yang tinggi merasa perlu melakukan pengorbanan yang lebih besar.
Acara ini melibatkan banyak orang dan layaknya pesta yang panjang. Bersama dengan masyarakat setempat, Natalia juga turut diajak bergabung menikmati makanan dan ditawarkan untuk mencicipi beragam menu yang tersedia. ‘Coba ini, coba itu’, kata orang. Dan itu adalah keramahtamahan penduduk lokal dalam menyambut para tamu.
Dibalik itu, hal utama yang Natalia pikirkan tentang bagaimana orang orang Toraja memberi penghargaan kepada orang meninggal. Seperti kebanyakan orang-orang di dunia, orang meninggal itu dikubur sedangkan di Toraja tidak dikubur. ‘Kita manusia tidak melupakan tapi tidak melihatnya lagi. Itu sulit membayangkan bagaimana orang yang meninggal dikeluarkan dan dibersihkan sebagaimana orang-orang lakukan di Rantepao’, terangnya. Bila saja kejadian ini terjadi pada keluarga Natalia, ‘Saya tidak pernah membayangkan bagaimana saya membersihkan ibu saya’, tambahnya.
Begitulah keragaman budaya itu berlaku. Perbedaan itu terus terbentang di sepanjang jalan kehidupan. Mari kita simak yang berikutnya. Toraja juga terkenal dengan bangunan rumahnya yang unik. Awalnya Natalia berasumsi bahwa rumah itu kecil sebagaimana yang dia lihat melalui foto namun pada kenyataannya itu adalah rumah yang besar yang mempunyai seni arsitektur yang khas berbeda.
Begitulah! Betapa pentingnya manusia terus bertebaran di muka bumi agar dapat menambah pengetahuan dan pengalaman yang terkadang tidak semuanya tertera di dalam buku-buku. Kemampuan beradaptasi sebagaimana yang dilakukan Natalia gadis petualang berusia dua puluh empat tahun yang selalu tersenyum manis layaknya orang Indonesia yang ramah dan dengan pemikiran terbuka patut diikuti. Layaknya pepatah Melayu, ‘Dimana langit dijunjung, disitu bumi dipijak.’ And Natalia did it well.
Zulkarnain Patwa
Pengajar Bahasa Inggris di Rumah Belajar Bersama
* Note: Tulisan ini berdasarkan hasil wawancara podcast di Villa Malomo, Bira, Sulawesi Selatan pada Rabu, 14 Agustus 2024. Video menyusul.
Deru ombak sudah seperti alunan musik yang selalu menyenyakkan tidur. Bermain pasir? Ah, jangan ditanya. Membuat rumah, gundukan pasir yang tidak pernah selesai karena tersapu terus oleh ombak. Bahkan masa kecil penulis biasa membuat lubang lalu ditimbun pasir yang menyisakan bagian wajah saja agar hidung masih bisa menghirup oksigen. Kebiasaan ‘dikubur pasir’ ini tak pernah berhenti hingga saat ini karena kami mengajak anak-anak juga melakukan hal yang sama.
Adakah yang berbeda dengan pantai lain? Pastilah. Setiap pantai memiliki karakter masing-masing. Perbedaan inilah yang merangsang kita untuk selalu memantapkan langkah menuju pesisir yang berlainan. Apalagi kalau pantai yang sangat terkenal.
Pantai Kuta, Sanur, Melasti dan Uluwatu misalnya sudah punya nama besar sehingga membuat semua orang penasaran ingin menyusuri setiap bagian dari pantai tersebut.
Rasa-rasanya tidak sah jika tidak menginjakkan kaki saat secara kebetulan kita berada di Bali.
Pantai yang ada di Bali memiliki keunikan tersendiri. Pasir yang tidak tersentuh air laut berwarna putih kecoklatan sementara yang tersapu air laut berwarna hitam. Hitam sekali dan halus. Demikian juga kemirigannya. Rata-rata miring sehingga jika air laut pasang, ini menyulitkan orang yang tidak bisa berenang mendekat ke pantai. Namun, ombak yang besar menjadi syurga para pencinta olahraga raga surfing. Kecuali Uluwatu, keindahan pantai itu hanya bisa disaksikan dari atas.
Biaya yang dikeluarkan jika berkunjung termasuk murah. Pantai Sanur hanya kenakan biaya parkir Rp. 5000 per mobil. Pantai Melasti Rp. 7.000 per orang termasuk parkir mobil. Pantai Kuta malah gratis. Sedang Uluwatu dikenakan parkir Rp. 2000 per mobil ukuran sedang dan bus besar Rp. 5.000. Retribusi masuk Rp. 30.000 per orang dan disediakan kain khas Bali warna ungu dan selendang kuning yang diikatkan di bagian perut.
Itulah Bali. Permainan ‘dikubur pasir’ memang tidak berubah dari waktu ke waktu tapi setiap berkunjung di waktu yang berbeda selalu ada pengembangan baru yang dibangun untuk memuaskan para wisatawan.
Pada bagian dekat kamera, banyak pelajar ini telah belajar bertahun-tahun di Rumah Belajar Bersama. Tidak ada masalah yang dihadapi sekolah karena nilai sekolahnya biasanya dapat nilai yang maksimal. Begitu lah pengakuan pelajar SMP dan SMA.
Bagaimana dengan anak anak SD? Untuk Bahasa Inggris, mereka belum punya cerita karena sekolahnya belum belajar bahasa Inggris. Jadinya, mereka hanya jadi pendengar yang baik bila pelajar SMP itu saling membahas pelajaran sekolah. Untuk urusan Matematika, mereka baru ngobrol sama serunya tentang pelajaran dan nilai maksimal yang berhasil diraih.
Untuk Baca Tulis, banyak anak anak TK bergabung dan dapat lancar membaca dalam dua sampai tiga bulan.
Urusan mengaji juga demikian. Anak anak tidak mengalami kesulitan berarti dalam melafalkan ayat ayat. Malahan, kita telah mulai merancang untuk memberikan tambahan dasar dasar Bahasa Arab bagi yang sudah lancar mengaji.
Apa yang membuat mereka terus belajar? Mereka tertantang untuk menuntaskan tahapan buku buku yang kita targetkan lolos pada tingkat advance sehingga perjalanan hidupnya lebih mudah saat berada di jenjang akademik yang lebih tinggi semisal universitas atau menggunakan ilmu untuk kuliah di luar negeri nantinya baik dalam bentuk beasiswa atau pun bukan. Untuk kepentingan lainnya pun dapat berguna.
Setelah sekitar 2 tahun Rumah Belajar Bersama (RBB) turut serta berjuang membumikan karate, Alhamdulillah Melalui usaha maksimal pelatih, atlet dan orang tua atlet dan lain lainnya, 5 orang atlet INKAI (Institut Karate-Do Indonesia) Bulukumba terpilih pada Kejurnas (Kejuaraan Nasional) INKAI yang akan berlaga di Cibubur, Jawa Barat pada 26-28 Agustus 2022 (seharusnya 6 orang yaitu Fatiha. Cuma karena kelas umurnya tidak dipertandingkan, ia tidak ikut).
Senpai Sarifuddin dan 5 orang atlet INKAI Bulukumba yaitu Raihan, Tri, Ariel, Arraya dan Ayla yang terpilih untuk mengikuti Kejurnas INKAI. Sumber Foto: Fatmawati Patwa
Di sisi lain, karate juga dipertandingkan di sekolah. Melalui O2SN (Olimpiade Olahraga Sekolah Nasional), seorang atlet INKAI Bulukumba bernama Andi Khofifah dari SMP 1 Bulukumba juga lolos pada tingkat nasional.
Pada kejuaraan FORKI (Federasi Olahraga Karate-Do Indonesia. Ini semacam perkumpulan semua aliran perguruan karate. 25 perguruan karate di Indonesia telah diakui FORKI)) pertandingan antar perguruan karate di Bone dan Makassar, INKAI Bulukumba juga merebut juara.
Mengenai capaian kejuaraan pada tingkat Provinsi Sul-Sel (Sulawesi Selatan), hampir 30 orang atlet INKAI Bulukumba yang terdiri dari pelajar TK, SD, SMP, SMA dan Mahasiswa yang pernah meraih juara. Ini adalah energi positif yang mesti dikelola secara berkelanjutan.
silaturahmi atlet berprestasi INKAI Bulukumba dengan Bupati dan Wakil Bupati Bulukumba di Kantor Bupati, 2022
Secara lebih luas, kemajuan INKAI ini sangat dipengaruhi padatnya kejuaraan yang dilaksanakan oleh INKAI Sul Sel di bawah kepemimpinan Ketua INKAI Sul Sel Ir. H. Abdul Jalil dkk. INKAI Sul Sel juga yang mendukung secara penuh atlet berbakat dan berprestasi untuk mengikuti kejuaraan di luar Sul Sel dan lainnya. INKAI Sul Sel malahan turut membiayai dan memberikan bonus kepada para atlet sebagai motivasi.
Para petinggi INKAi Sul Sel yaitu, Ir. H. Abdul Jalil, Sensei Ahmad Saerodji, Sekretaris INKAI Sul Sel, Sensei Viktor Sondak, Ketua Majelis Sabuk Hitam, Sensei Hartono, Bimbingan Prestasi Sul Sel, yang secara khusus memilih datang untuk menguji Ujian Kenaikan Sabuk INKAI Bulukumba pada Mei 2022.
Untuk masa berkembang yang baik saat ini adalah kita perlu terus memupuk semangat berlatih atlet dan menguatkan mental berjuang dengan sungguh sungguh. Insya Allah atlet kita bisa raih juara nasional hingga sampai pada tingkatan “INKAI goes to the world class” (INKAI ke kelas dunia. Gagasan pada kepemimpinan Prof. Dr. Ivan Yulivan, Ketua Umum INKAI Pusat saat ini). Bila jatuh di tengah jalan, jangan menyerah. Paling utama segera bangkit dan berdiri tegak, benahi diri dan kembali berjuang sampai sukses. Never give up.
Senpai Riri yang merupakan salah satu tokoh karate ka Bulukumba yang telah banyak mencetak atlet karate berprestasi khususnya dalam kumite kini kembali aktif melatih. Ia sangat pandai dalam membuat atlet senang berlatih sehingga para atletnya selalu bersungguh-sungguh dalam sesi latihan. ia banyak mengajarkan teknik tangkisan dan serangan disertai kecepatan dan tinggi. Namun menurutnya, yang paling penting adalah kemampuan membaca gerak lawan. Saat ini, Riri membuka Dojo (ranting/tempat latihan) di SDN 24 Salemba, SMP 2 Bulukumba dan SMP 1 Bulukumba dan turut serta membantu melatih atlet INKAI Bulukumba yang mempersiapkan diri mengikuti kejuaraan. Sumber Foto: Hermayanto Daeng Malaja
Mengapa RBB mendukung Bela Diri (Karate)?
RBB telah lama berfokus pada gerakan literasi melalui kelas Baca Tulis (baca, baca dan baca dan menulis, menulis dan menulis), Bahasa Inggris dan Matematika. Kemudian berlanjut pada Bahasa Jepang, Mengaji dan Bahasa Arab. Kita ingin terlibat mencetak manusia yang mampu bersaing di era modern, berakhlaq, dan dapat terlibat dalam pergaulan dunia.
Kombinasi ilmu pengetahuan tersebut akan terasa lengkap bila dilengkapi dengan bela diri. Minimal orang jadi nga penakut, nga pengecut dll.
3 orang atlet karate berprestasi INKAI Bulukumba yaitu Abi, Ayla dan Yudha (dari kanan) yang memperoleh beasiswa belajar di Rumah Belajar Bersama. Foto diambil sesaat setelah mengikuti kelas belajar Bahasa Inggri dan Matematika.
Sebenarnya sih, kepercayaan diri itu dapat diraih melalui ilmu agama dan ilmu pengetahuan. Tapi kan tidak semua orang bisa meraihnya dengan mudah. Butuh proses yang panjang dan pemahaman ilmu yang mendalam. di sini lah bela diri sangat berperan untuk menumbuhkan mental yang baik karena bela diri itu juga mempunyai ajaran filosofis. Sebagai contoh, Sumpah Karate INKAI menekankan “Sanggup menguasai diri”. Setiap karate ka (ahli karate) tidak boleh dengan ceroboh menggunakan keahliannya untuk merusak orang lain.
Dan yang lebih heroiknya lagi yang membuat karate diminati khlayak ialah adanya jalan peningkatan prestasi. Ini yang membuat karate semakin diminati. terlebih, sertifikat bela diri sangat berfungsi mendukung cita cita masuk di sekolah, kampus atau mendapatkan pekerjaan yang layak saat ini.
Kita tentu ingin atlet yang baru pun bisa berprestasi yang tinggi. Karenanya, kita terus menambah jadwal tambahan latihan untuk mempersiapkan generasi baru yang dapat tampil di depan nantinya. Ya, kaderisasi (manusia manusia yang berkualitas) jadi inti terhadap tumbuhnya sebuah pergerakan.
Selamat buat INKAI yang telah berperan aktif merubah wajah generasi ke arah yang lebih baik. Keeps on training hard (Teruslah berlatih dengan tekun).
RBB pada Atlet Berprestasi
Telah sering kali kita sampaikan bahwa siapa pun yang pernah meraih juara dalam bidang olahraga atau pendidikan minimal tingkat provinsi maka orang tersebut berhak mendapatkan beasiswa belajar di RBB.
“Kita telah belajar bagaimana unggas terbang. Bagaimana ikan-ikan berenang dan bagaimana hewan hewan berjalan. Maka yang perlu kita sekarang adalah …. Bagaimana harusnya kita berjalan di muka bumi, sebagaimana layaknya seorang manusia”.
Prof. Dr. Ivan Yulivan—Ketua Umum INKAI Pusat, 1998-2022
Tanda-tanda kemajuan karate di Bulukumba, Sulawesi Selatan (Sul-Sel ) semakin terlihat jelas. Pada O2SN (Olimpiade Olahraga Siswa Nasional) 2022 ini, seorang pelajar SMPN 1 Bulukumba bernama Andi Khofifah (Ifa) lolos ke panggung bergengsi tingkat Nasional mewakili Sul-Sel setelah berhasil melewati seleksi ketat pada Kata (jurus) tingkat Daerah Bulukumba dan Provinsi Sulawesi Selatan.
Capaiannya ini bukan tanpa cucuran keringat. Ifa telah membangun kepercayaan dirinya melalui latihan intesif disertai bekal pengalaman bertanding di berbagai turnamen baik di INKAI (Institut Karate Do Indonesia) Sul-Sel ataupun FORKI (Federasi Karate Do Indonesia) Sul Sel. Berkat pendampingan orang tuanya dan support sekolah, Ifa pun mengikuti seluruh turnamen karate di Sul-Sel dalam 2 tahun terakhir.
Pertemuan antara Kepala Sekolah SMPN 1 Bulukumba, Ansar Langnge, S.Pd., M.M., dan siswinya Andi Khofifah bersama pelatih INKAI Bulukumba. Di bawah kepemimpinan Pak Ansar, INKAI SMPN 1 Bulukumba akan tetap berjalan. 3 (Tiga bulan lalu), INKAI telah melaksanakan latihan di sekolah tersebut. INKAI Bulukumba mempercayakan pelatihan di sekolah tersebut kepada Senpai Riri (paling kiri bercelana levis). Pada tahun 90-an, selain Kodim, SMPN 1 juga merupakan tempat latihan INKAI yang populer. Sumber Foto: Rumah Belajar Bersama
Kepala Sekolah (Kepsek) SMPN 1 Bulukumba Ansar Langnge, S.Pd., M.M., sangat mendukung siswa-siswinya mengikuti kegiatan ekstra kurikuler. Pak Ansar melalui guru olahraga bernama Pak Awal juga memberikan pendampingan ekstra kepada Ifa mulai dari seleksi O2SN tingkat Kecamatan hingga Kabupaten. “Kita ingin siswa-siswi SMPN 1 yang meskipun berasal dari daerah yang jauh dari pusat juga punya prestasi tingkat nasional.”
Pak Ansar melanjutkan, “Ini prestasi yang luar biasa bagi SMPN 1 Bulukumba. O2SN adalah kegiatan rutin Kementrian Pendidikan untuk mencari bibit dan bakat siswa. Saya sangat mengharapkan Ifa dapat menyambut kesempatan ini dengan berprestasi tingkat nasional dan mengharumkan nama Kabupaten Bulukumba.
Andi Khofifah (tanda panah) bersama Bupati dan Wakil Bupati Bulukumba setelah audensi dengan puluhan atlet berprestasi INKAI Bulukumba yang telah meraih juara tingkat Sulawesi Selatan di Kantor Bupati. Sumber Foto: Rumah Belajar Bersama, 9 Maret 2022
Selain itu, Bagi Pak Ansar, bela diri merupakan bagian perjalanan hidupnya. Semasa mahasiswa ia juga pernah aktif di bela diri Jet Kun Do—cabang bela diri yang didirikan Bruce Lee, the great legent of martial art (legenda besar bela diri)—mengerti cara membangkitkan spirit anak didiknya. “Pihak sekolah memberi dukungan penuh kepada siswa yang berprestasi untuk pembinaan sehingga semangatnya semakin bertambah untuk berjuang di tingkat nasional”, jelasnya.
Lebih jauh lagi Pak Ansar menerangkan bahwa anak-anak didiknya yang baru pemula nantinya dapat berprestasi juga di karate sebagaimana dengan Ifa karena INKAI telah membuka dojo (tempat latihan) di SMPN 1 Bulukumba. Latihan karate dapat dilaksanakan di sekolah pada sore hari dan hal itu sama sekali tidak mengganggu kegiatan belajar anak-anak. “Olaharaga dan pendidikan saling terkait. Dengan olahraga, siswa-siswi kita lebih sehat dan dapat menambah daya fokusnya dalam menerima pelajaran.
Selain di INKAI Kodim, Andi Khofifah pun terlibat aktif latihan di INKAI SMPN 1 Bulukumba. Ia suka berada di garis terdepan agar dapat lebih bersungguh-sungguh dan lebih mudah melihat dan mengerti penjelasan gerakan pelatih. Foto pada pemahiran Kihon (Gerakan Dasar), Kata (Jurus) dan teknik dasar-dasar kumite. Latihan di halaman sekolah SMPN 1 Bulukumba. Sumber Foto: Rumah Belajar Bersama, 9 Mei 2022.
Sebagai seorang Kepsek kreatif, Pak Ansar berinisiasi untuk berkordinasi dengan Dinas Pendidikan Bulukumba dan Bupati Bulukumba agar kesempatan emas pengembangan prestasi Ifa lebih maksimal. Dukungan internal Bulukumba sangat berpengaruh kuat pada mental anak didik yang kini mengemban tugas mengharumkan nama baik Sul Sel di kancah nasional. Tentunya, Bupati Bulukumba akan merespon secara positif karena dalam beberapa forum olahraga, ia menyatakan bahwa dirinya siap mendampingi altet Bulukumba secara langsung yang lolos tingkat nasional.
Beberapa Atlet Karate Bulukumba di Panggung Nasional
Pada 2022, karate ka Bulukumba telah lulus kejuaraan tingkat nasional. Ifa yang berasal dari INKAI Kodim Bulukumba adalah satu-satunya atlet karate di Bulukumba yang akan bertanding pada 4-9 September secara virtual tingkat nasional. Sementara 6 orang lainnya memperoleh tiket Kejurnas (Kejuaraaan Nasional) INKAI yaitu:
Tri Reski Adi Akbar—Mahasiswa. Alumni SMA 1 Bulukumba
Raihan Athallah B.—Pesantren Babul Khaer.
Muhammad Ariel Qushai—SMAN 1 Bulukumba.
Arraya Aulia—SMA 8 Bulukumba
Siti Nurfatiha Azzahrini Sarif S. —SDN 322 Ela-Ela, Bulukumba
Nabila Alamanda—Alumni SDN 10 Ela-Ela, Bulukumba. Saat ini di Pesantren DDI Bantaeng.
Hal ini berdasarkan prestasinya yang terus menanjak pada kejuaraan INKAI Provinsi Sul-Sel dan FORKI Sul-Sel dan akan berlaga di Cibubur Jawa Barat pada 24 Agustus ini.
Senpai Sarif saat memberikan contoh pukulan Cudang Tsuki (Pukulan sasaran ulu hati) yang tepat sasaran kepada para karate ka INKAI Kodim Bulukumba. Sumber Foto: Rumah Belajar Bersama
Desain pelatih dalam memajukan kwalitas atlet tentu bukanlah perkara sederhana. Senpai Sarifudin, pelatih INKAI Kodim mengatakan, “Selama hampir dua bulan ini, kita telah menggalakkan latihan tambahan dengan materi yang ekstra; Penguatan fisik, Kata, Kumite, kedisiplinan dan penguatan mental atlet agar tidak kenal menyerah”, terangnya. Ia pun menjelaskan, “Kita punya perhatian serius pada atlet yang akan tampil di nasional dan mengharapkan meraih juara. Target INKAI Pusat pada kepemimpinan Prof. Dr. Ivan Julivan, SE., M.M., CHRMP., M.Tr (Han) saat ini adalah INKAI goes to the world class (INKAI menuju kelas dunia). Untuk itu, segala potensi yang ada kita maksimalkan agar atlet dapat mengikuti senior-senior INKAI yang pernah meraih juara tingkat internasional. Intinya, rajin latihan dan bersungguh-sungguh”, tutupnya.
Andi Khofifah (yang berdiri di tengah bagian belakang) bersama pelatih INKAI Bulukumba dan rekan rekan berlatihnya yang mengikuti pelatihan khusus untuk persiapan kejuaraan tingkat tingi.
Sementara itu, untuk keberlanjutan generasi yang sejalan dengan Sumpah Karate INKAI yaitu sanggup mempertinggi prestasi, Senpai Riri yang namanya telah dikenal luas oleh karate ka Bulukumba mengatakan, “Kita juga sangat peduli pada pembentukan altet yang sedang berkembang yaitu pada atlet pemula dan atlet yang masih minim mengikuti kejuaraan. Kita bentuk mereka dari sekarang agar mereka punya kepercayaan diri mengikuti kejuaraan dimana pun. ”, jelasnya. “Sedangkan atlet yang akan bertarung sengit di tingkat nasional sedang kita terus benahi dari segala aspek; speed (kecepatan), power (tenaga), bentuk, kuda-kuda dan lainnya”, lanjutnya. “INKAI dengan sejarahnya yang panjang tentu sudah sangat matang dalam mencetak atlet yang punya daya saing tinggi”, kata Riri dengan nada meyakinkan.
Andi Khofifah (sabuk coklat) saaat latihan di INKAI Kodim Bulukumba. Pelatih Senpai Sarifuddin (sabuk hitam) berdiri di belakang memperhatikan tiap gerakan kohai (anggota karate) yang sesuai standar karate shotokan. Hal ini sangat penting karena meskipun gereakan terlihat indah, seringkali atlet dirugikan hanya karena alasan tidak sesuai dengan standar penilaian juri. Beruntung, Senpai Sarif sudah berpengalaman menjadi wasit juri INKAI Sul Sel dan FORKI Sul Sel. Sumber Foto: Rumah Belajar Bersama, 21 Juli 2022
Semua kerja maksimal di atas tak lepas dari peran besar Ketua INKAI Bulukumba, Muhammad Iqbal Zabir SH. Pada masa kememimpinannya ini, Iqbal memberikan keluasan penuh kepada para pelatih untuk melakukan kreasi dalam memajukan atlet. Ia pun mengucapkan selamat atas prestasi Ifa, dukungan pada Dinas Pendidikan Bulukumba pada seleksi O2SN pada tingkat Kecamatan, support Ketua FORKI (Federasi Olahraga Karate Do Indonesia) Bulukumba yaitu Juandi Tendean yang turut berperan mengangkat reputasi karate. Last but not the least, Iqbal yakin bahwa pada kepemimpinan Pak Asdar sebagai Kepsek SMPN 1 Bulukumba yang mempunyai latar belakang bela diri tentu tahu dan mampu lebih banyak lagi memunculkan siswa-siswinya berprestasi di bidang olahraga bela diri.
Anak umur 4 (empat) tahun pun telah dapat bergabung karate di INKAI Kodim Bulukumba. Sumber Foto: Rumah Belajar Bersama
Sekilas Filosofi Karate
Karate sebagai olahraga memang telah banyak menginspirasi yang membuat karate menjadi olahraga populer dunia. Itu tidak salah. Namun ada yang lebih penting lagi. Master karate ka Jepang, Hirokazu Kanazawa mengingatkan, “Anda tidak boleh lupa bahwa tujuan latihan adalah mengusai seni karate. Untuk melakukannya, Anda harus , Anda harus mengembangkan ketekunan dan kesabaran.
Nabila Alamanda (Ayla) yang merupakan Atlet INKAI Bulukumba yang lolos Kerjurnas (Kejuaraan Nasional) pada Kumite berlatih mempermantap tendangan Ura Mawashi Geri. Setelah Senpai Sarif membentuk model tendangan Ayla, kini Senpai Riri mempermantap kecepatan tendangan Ayla. Tempat latihan, INKAI SDN 24 Salemba, Bulukumba. Sumber Foto: Rumah Belajar Bersama.
Sejalan dengan hal itu, Prof. Ivan Yulivan mengajarkan bahwa karate adalah jalan untuk menuju manusia yang seutuhnya. Pada buku The Way of Karate-Do (Jalan Hidup Master Karate) yang ia tulis mengatakan, “Kita telah belajar bagaimana unggas terbang, bagaimana ikan-ikan berenang dan bagaimana hewan hewan berjalan. Maka yang perlu kita sekarang adalah bagaimana harusnya kita berjalan di muka bumi, sebagaimana layaknya seorang manusia”, tulis Ketua Umum INKAI Pusat Indonesia ini.
Cara untuk mengembangkan diri di karate adalah dengan mengikuti ujian kenaikan sabuk. Setiap kohai telah mempersiapkan diri baik dari segi fisik dan mental untuk menampilkan gerakan terbaiknya agar dapat lulus agar dapat naik tingkat secara memuaskan. Ujian di karate diadakan tiap 6 (enam) bulan sekali. Ujian di Aula Kodim Bulukumba, Mei 2022. Sumber Foto: Rumah Belajar Bersama.
Kesibukan Ivan sebagai petinggi TNI AL (Tentara Nasional Indonesia Angkatan Laut) tidaklah membuatnya lupa untuk untuk tetap melatih karate di kalangan TNI dan Sipil. Overall,Muzino Kokoru yang artinya mengalir seperti air yang bersyukur pada Tuhan dan hidup bermanfaat bagi orang banyak.
Salah satu tendangan karate yang sangat berbahaya adalah Mae Geri (font kick/tendangan depan) karena terdapat dorongan kekuatan yang besar dari pinggul disertai kecepatan yang tinggi dimana telapak kaki bagian depan yang menargetkan ulu hati. Pada latihan intesif, kita melatih atlet untuk mengatasi tendangan ini seperti yang tampak pada foto.
Zulkarnain Patwa
* Pelatih dan Pengurus INKAI Bulukumba
* Direktur Rumah Belajar Bersama