Kategori: Program

Program dan mata pelajaran dari Rumah Belajar Bersama

  • Matematika: Memahamkan Operasi Hitung Campuran Bilangan Bulat

    Matematika: Memahamkan Operasi Hitung Campuran Bilangan Bulat

    RBB, Bulukumba—Pada Matematika, pelajar Rumah Belajar didikan Siti Satriana bernama Najwa kelas 6 SD (Sekolah Dasar) ini telah mengerti operasi perkalian, pembagian, pengurangan, penjumlahan.

    Saat Najwa memasuki Operasi Hitung Campuran Bilangan Bulat, ini bukan lagi masalah gampang lagi. “Banyaknya operasi yang dipakai dan digabungkan membuatnya kebingungan. Terlebih lagi, ada bilangan bulat positif dan negatif”, kata Siti, Rabu (12/8).

    Bagi Siti, persoalan tersnyebut bukanlah hal yang sulit. Ia malah membuat Najwa lebih tekun. Menurut Siti, “Pada dasarnya Najwa telah bagus pada perkalian. Saya memintanya untuk mengerjakan semua soal di buku paket sekolahnya, tanpa melewatkan satu soal pun. Setelah saya cek, ia benar-benar telah mengerti. Jadi ia hanya butuh latihan soal yang lebih beragam”, ujarnya dengan meyakinkan.

    Menyelesaikan soal latihan sekolah disukai anak-anak karena selain mengerti, semua PR (Pekerjaan Rumah) dari sekolah selalu mendapatkan hasil maksimal.

    Zulkarnain Patwa
    Staf Rumah Belajar Bersama

  • Pendalaman Agenda Memperingati Hari Pariwisata Sedunia di Bulukumba

    Pendalaman Agenda Memperingati Hari Pariwisata Sedunia di Bulukumba

    RBB (11/8)—Bira terkenal dengan pariwisata pantai kini sedang berupaya merekayasa bawah laut menjadi bagian dari destinasi andalan. Dengan membawa semangat bahari, momentum yang dipakai memperkenalkan dan mengembangkan spot diving ini adalah Peringatan Hari Pariwisata Dunia pada 27 September 2020.

    Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan dan Dinas Perikanan dan Kelautan yang hadir pada pertemuan yang bertempat di kantor Dinas Pariwisata kali ini menyatakan bahwa perlu pertimbangan yang aman yaitu bahan material yang diturunkan ke dasar laut yang nantinya sebagai spot diving harus dipastikan tidak merusak lingkungan, tidak mengganggu terumbu karang dan arus laut agar dapat dikategorikan layak.

    Menurut H. Saifuddin, anggota DPRD yang posisinya sebagai peserta selam menyatakan bahwa panitia perlu mengadakan survey mengambil gambar tentang spot dasar laut berpasir agar tidak mengganggu terumbu karang. Dan penting juga berkoordinasi dengan masyarakat lokal apakah daerah tersebut arusnya aman atau tidak karena mereka yang lebih paham tentang laut Bira.

    Semua usulan tersebut ditampung oleh panitia dan segera akan ditindaklanjuti agar segala data yang dibutuhkan lengkap.

    Pak Ubayd Mantsur dan Andi Aryono dari Dinas Pariwisata punya pemahaman bahwa untuk lebih menyemarakkan kegiatan ini, perlu edukasi transplantasi terumbu karang. Seperti kita ketahui bersama bahwa sebagian karang kita telah rusak oleh illegal fishing, bom dan lainnya. Pada puncak perayaan acara tersebut, tiap orang yang tidak bisa menyelam dapat turut bergembira karena berkesempatan mempelajari, merawat karang dan diajak snorkeling sehingga mengetahui lebih dekat tentang keindahan dan manfaat terumbu karang tersebut.

    Zulkarnain Patwa
    Anggota Panitia Hari Pariwisata Sedunia
    Anggota Pinisi Diving Club

  • Matematika: Perkalian dan Desimal

    Matematika: Perkalian dan Desimal

    RBB (11/8)—Matematika didikan Master Awal Fajri pada tiap Selasa, Kamis, Jumat pukul 19.15 – 20.45 periode ini mendidik 1 orang pelajar kelas 3 SD (sekolah Dasar) dan 3 orang pelajar kelas 5 SD. Para pelajar ini dapat merasa sangat bersahabat dengan gurunya karena belajarnya diiringi dengan suasana bermain. Gurunya pun berpikir bahwa yang dididik adalah teman bermainnya.

    Pada pengembangan ilmu, Menurut Master Awal, “Anak kelas 3 SD telah bisa melakukan penjumlahan meskipun agak lama memikirkannya. Agar mantap, saya melatihnya dengan modul Metode 40 yang berisi tentang penjumlahan berulang (Baca; perkalian).” Anak tersebut perlu membiasakan diri dengan permainan angka-angka.

    Master Awal lebih lanjut menjelaskan bahwa semua pelajar kelas 5 belajar tentang Pengurangan Pecahan. Masalah yang dihadapi adalah kesulitan menentukan KPK (Kelipatan Persekutuan Terkecil) atau menyamakan penyebut. Seperti biasanya, mereka semua masih perlu kembali menguatkan perkalian.

    Persoalan berikutnya adalah membedakan Pecahan Biasa, Pecahan Campuran dan Pecahan Desimal. Solusinya adalah memahamkan bahwa Pecahan Biasa hanya terdiri dari dan pembilang saja. Contoh ½. Adapun Pecahan Campuran memiliki bilangan bulat di depan. Contoh 2 3/5. Angka 2 adalah bilangan bulat. Sedangkan pecahan Desimal, misalnya: 1, 2. Kita pahamkan bahwa ada komanya.

    Setelah memahami hal tersebut, barulah Master Awal memberikan latihan soal untuk pendalaman. Begitulah cara Master ini belajar sambil bermain pada anak didiknya hingga senang pada Matematika

    Zulkarnain Patwa
    Staf Pengajar Rumah Belajar Bersama

  • Perkalian, Pecahan & Bilangan Bulat

    Perkalian, Pecahan & Bilangan Bulat

    RBB (11/9)—Kelas Matematika binaan Rifa’atul Mahmudah pada 15.00 – 16.30 Wita di Rumah Belajar sore ini membahas tentang perkalian, pecahan dan bilangan bulat.

    Menurut Ulfa, untuk perkalian, para pelajar hanya perlu melakukan latihan rutin. Tidak ada masalah yang berarti yang mereka hadapi. semua siswa pada kelas ini nampaknya tidak mempunyai masalah jika membiasakan diri mengerjakan latihan yang diberikan.

    Adapun pada pecahan,  kendala yang mereka hadapi pada kesulitan menentukan penyebut menggunakan KPK (Kelompok Persekutuan Terkecil). Itu bukti bahwa mereka belum tuntas menguasai perkalian. Solusinya adalah pendalaman kembali pada perkalian. Karena masalah di depan mata yang dihadapi, mereka kembali bersemangat untuk ingin memahami perkalian di luar kepala.

    Dan pada bilangan bulat, terutama dalam penjumlahan dan pengurangan, mereka masih susah dan keliru menentukan hasil. Sebagai contoh: -5 + 7 = 2. Mereka masih berpikir bahwa jawabannya 12. Solusinya adalah membayangkan bahwa minus adalah utang dan positif adalah uang. Lebih kongkrit, Utang sebanyak 5 dan membayar uang sebanyak 7. Maka kembaliannya adalah 2. Cara ini membuatnya lebih mudah mengerti.

    Master Awal Fajri & Zulkarnain Patwa
    Staf Pengajar Rumah Belajar Bersama

  • Aritmatika sebagai Pengantar Memahami Matematika

    Aritmatika sebagai Pengantar Memahami Matematika

    RBB (11/9)—Bila kita memperhatikan kurikulum sekolah, tentu para siswa akan mengalami kesulitan memahami pelajaran Matematika. Bayangkan saja, kurikulum saat ini, siswa SD kelas 2 dituntut untuk memahami ukuran berat seperti gram, ons, kilo dan lainnya sementara mayoritas siswa belum paham perkalian dan pembagian dengan baik, termasuk konversi. Wajar bila terus naik kelas, jadilah Matematika sebagai hantu yang menakutkan yang selalu dihindari.

    Untuk itu Rumah Belajar mendesain sebuah solusi. Guru Matematika Awal Fajri berkata, “Kita tidak peduli kelas berapa para siswa itu di sekolah. Meskipun mereka sudah kelas 4 SD, kita lebih dahulu pahamkan Aritmatika (Tambah, Kurang, Bagi dan Kali).” Menurutnya, “Bila mereka paham ini, kita yakin mereka bisa mengikuti pelajaran sekolah. Segalanya akan lebih mudah dimengerti”, lanjut Master Awal.

    Sebagai wujud kesungguh-sungguhan penyelamatan, rekan-rekan pengajar RBB telah membuat beragam modul Matematika, terutama pada Aritmatika. Biasanya dalam satu bulan dipelajari secara terartur para pelajar telah mampu memahami; baik secara tertulis dan lisan. Tentu ada beberapa kendala, semisal tingkat pemahaman tiap pelajar berbeda. Untuk itu, sebagai alternatif, sebaiknya pelajar tersebut lebih aktif lagi melakukan latihan di rumahnya masing-masing. Panduan dari orang tua akan mempercepat penuntasan pelajaran ini.

    Sementara itu, untuk tahapan yang lebih mendalam, Guru Matematika Rifa’atul Mahmudah berkata, “Selain mempelajari buku sekolah, saya juga membuat soal soal latihan, terutama menjelang ujian semester sekolah.” Sebagai tambahan, “Sesekali menurunkan soal latihan Olimpeade Matematika yang saya khususkan pada pelajar yang tertantang pada Matematika,” ujar alumnus Kimia Unhas (Universitas Hasanuddin) ini.

    Sebagai penutup, Rumah Belajar sangat percaya bahwa apabila dasar dasar Matematika itu benar-benar mampu diakrabkan, disenangi dan diselesaikan semasa SD, Pelajaran Matematika SMP (Sekolah Menengah pertama) dan SMA (Sekolah Menengah Atas) itu bukan lagi masalah bagi para pelajar.

    Zulkarnain Patwa
    Staf Pengajar Rumah Belajar Bersama

  • Mengapa Harus Baca Tulis?

    Mengapa Harus Baca Tulis?

    RBB (11/8)—Dalam pendidikan, ada hal yang sederhana dan penting yang luput dari perhatian. Hal ini dialami oleh Indonesia. Kita telah menyaksikan siswa-siswi yang terima masuk SD (Sekolah Dasar) kelas 1 diwajibkan telah harus mengerti Baca Tulis. Di Bulukumba, ramai orang tua ingin memasukkan anaknya di sekolah unggulan. Sebuah pertanda bahwa anak-anak telah pandai Baca Tulis. Pada tahap ini, orang-orang mudah berpendapat bahwa Baca Tulis tuntas.

    Kenyataan di lapangan tidak sepenuhnya demikian. Banyaknya anak-anak tetap diterima di SD dan parahnya, mereka tetap dapat naik kelas meskipun tidak lancar membaca. Siti Satriana—pengajar Matematika RBB—memahami masalah ini. Siti berkata, “Siswa-siswa tetap naik kelas meskipun tidak tahu atau tidak lancar membaca.” Di RBB pun pada kelas Matematika, pernah terdapat beberapa siswa yang kelas 3 dan 4 tidak tahu membaca. Sebuah pertanda bahwa terdapat masalah besar pada tingkatan kelas di bawahnya.

    Standar kurikulum nasional seperti ini memberatkan siswa-siswi yang menyebabkan RBB menawarkan solusi dengan membuka kelas Baca Tulis. Siti yang terinspirasi dari moteode Iqra (cara mengenal huruf Arab dan Baca Qur’an) berkreasi dengan membuat modul Baca Tulis. Langkah ini membuat anak anak TK (Taman Kanak-Kanak) pun bisa ikut belajar sehingga sehingga dapat terselamatkan semenjak usia dini.

    Meskipun peminat tinggi, kelas ini sanat membatasi jumlah siswa, maksimal 8 sampai 10 orang dengan 1 orang guru. Saat ini terdapat 3 guru Baca Tulis dengan pilihan belajar lebih beragam; Senin, Rabu, Jum’at atau Selasa, Kamis, Jum’at dengan durasi 90 menit tiap pertemun.

    Zulkarnain Patwa

    Staf  Pengajar Rumah Belajar Bersama

     

     

  • Diving di Bira

    Diving di Bira

    Inisiatif Dinas Pariwisata Bulukumba ini yang mengadakan pelatihan Diving (menyelam) untuk kedua kalinya (2019 sebagai pelatihan dasar dan 2020 ini pelatihan sertifikasi) kepada pemuda pemudi Bulukumba adalah langkah yang maju dan kongkret khususnya dalam pengembangan kwalitas sumber daya pariwisata. Kita tahu, betapa sedikit orang lokal yang paham wisata diving ini karena selain peralatan dan biaya yang mahal, masih banyak orang yang khawatir karena merasa tidak aman. Padahal, dengan mempelajari diving, kekhawatiran dan rasa tidak aman itu karena belum tahu saja. Diving yang banyak menyerap ilmu fisika sebenarnya mampu memperkecil resiko. Untuk tahu lebih detail, memang perlu mengikuti kelas pelatihan teori dan prakteknya.

    Sebagai peserta, saya berharap agar setelah acara ini, para peserta juga punya inisiatif untuk lebih cepat berkembang dengan melibatkan diri pada club-club Diving agar segera dapat menjadi pemandu yang ahli; dive master, profesional, coach dll. Ingat, pelatihan nyaman seperti ini sekali dalam setahun sehingga rekan rekan peserta akan lama naik tingkat jika menanti pelatihan tahunan.

    Dan ketika telah menjadi ahli, para divers lokal dapat mengisi lapangan pekerjaan tersebut di Indonesia yang selama ini lebih banyak dimengerti orang asing saja. Misalnya untuk ukuran terkecil, orang orang yang biasa memperhatikan dunia pariwisata di Bira tentu tahu bahwa para turis itu lebih banyak membelanjakan uangnya pada hiburan diving ini dibandingkan melancong atau berenang. Bahkan, mereka berbulan bulan tinggal di Bira untuk diving. Di sinilah titik pentingnya bagi kesejahteraan hidup para divers lokal. Duit dari guide diving kan lumayan. Kehidupan ekonomi lebih terjamin. I think that keinginan orang orang pun untuk melirik peluang untuk terlibat dalam pariwisata Bulukumba yang dikaruniai keindahan alam ini lebih semarak.

    Selain itu, apa makna positif dari kegiatan ini saat seluruh dunia dihimpit dengan kepungan isu teror ketakutan pada pandemi covid 19? Pertama, menunda sebuah kegiatan yang tidak jelas kapan berakhirnya Corona ini malah akan mengancam pelatihan diving ini tidak terlaksana tahun ini. Untuk itu, apa yang bisa dikerjakan sekarang, tidak perlu ditunda hari esok.
    Kedua, manusia harus tetap aktif bekerja; baik di rumah ataupun di luar rumah. Ada banyak aktifitas kehidupan yang tidak bisa selesai dikerjakan di rumah. Dan bila keluar rumah, ikuti saja protokol kesehatan semampunya.
    Ketiga, Covid 19 sebagai pengingat agar manusia lebih hidup bersih, melindungi diri dan orang lain, lebih peduli menjaga kesehatan.
    Keempat, sekian dulu ya. Perlu istirahat. Jam telah menyatakan dirinya pukul 2 dini hari. Pagi pagi sudah harus pergi diving. Tidak enak bila ketahuan Coach (pelatih) Kak Darmawan Didit Didoot bahwa ada peserta begadang. Pastilah tidak tidak ketahuan karena memang tidak ada yang begadang.
    Thank you.

    Bersambung….

    Zulkarnain Patwa
    Anggota Pinisi Diving Club

  • Kendala Penyelam dan Kencing

    Kendala Penyelam dan Kencing

    Sore ini (25/7) para peserta telah melakukan review latihan selam di kedalaman 0 sampai 10 meter dengan tekanan 2 atmosfer, 2 ATA (tekanan atmosfir di atas permukaan air dan di dalam air) dan 1 ATM (Satuan Tekanan untuk Udara)

    Penyelam pemula tentulah mengalami beberapa kendala. Ada yang tidak bisa mencapai dasar karena tubuhnya yang terjalu berat, panjang atau besar. Mereka diselamatkan dengan memberikan tambahan besi pemberat sekitar 4 sampai 8 kilo. Setelah itu, mereka pun sampai ke dasar menikmati beragam terumbu karang dan ikan yang berwarna warni. Sebuah pemandangan yang biasanya hanya ditonton di TV.

    Ada juga beberapa yang masih kebingungan menggunakan alat selam, lupa terhadap teori dan praktek yang telah mereka pelajari selama di darat. Mereka diselamatkan oleh kru dengan panduan. Di sini lah keamanan diving. Tidak boleh sendiri pergi diving dan setiap pergerakan divers (peserta penyelam) diperhatikan oleh yang lebih senior.

    Dan yang lain, adalah boros penggunaan udara (nitrogen, oksigen, argon, karbon dioksida dll ) tabung. Ini terjadi bagi pada orang yang belum sanggup membuat dirinya menyelam ke dasar laut ataupun yang sudah sanggup. Pemborosan itu karena terlalu banyak gerakan sehingga dirinya butuh menghirup udara lebih banyak. Padahal sebenarnya, penghematan bisa dilakukan dengan tidak panik dan berpikir tenang. Tapi itu wajar lah. Namannya juga pemula.

    Kendala pada tubuh yang banyak peserta alami adalah telinga mendengung. Ketika telah berada di kedalaman 2 atau 3 meter, sebenarnya tekanan terjadi pada seluruh tubuh sehingga badan mengecil. Karena lubang telinga itu lebih besar dari lubang lainnya di tubuh, itulah yang sangat terasa. Solusinya adalah menelan air liur dan menekan hidung dan mendorong udara ke hidung. Sakit akan hilang dan boleh terus melanjutkan penyelamatan lebih dalam.

    Terakhir, ini erat kaitannya dengan perbuatan iklhas yang tiap hari manusia lakukan. Namanya kencing. Kalau kencing, kita ikhlas mengeluarkan semua airnya.
    Menyelam di daerah lebih dalam menjadikan tubuh semakin dingin. Ya, salah satu alasannya karena cahaya matahari lebih sedikit. Solusi kencing sangat efektif menghangatkan badan. Semakin banyak air kencing dihasilkan, semakin banyak anggota tubuh yang dihangatkan. Ini karena pakaian selam itu ketat yang membuat lebih mudah menghangatkan beragam anggota tubuh. Karena itu banyak banyak lah minum agar produksi kencing lebih besar. Maklum, di dasar laut itu, tidak ada api unggun.

    Bersambung…

    Foto sebagai pemanis yang gambarnya diambil pada Sabtu di Bira (25/7)
    —————————
    Zulkarnain Patwa
    1. Peserta Diver Dinas Pariwisata Bulukumba
    2. Anggota Pinisi Diving Club Bulukumba
    3. Staf Pengajar Rumah Belajar Bersama

  • Diving: Horee sajalah!

    Diving: Horee sajalah!

    Tadi pagi ada pelatihan diving untuk tingkatan advance. Tantangannya adalah divers harus tidak memasang alat selam di permukaan air. Seluruh peralatan harus dipasang di dalam/bawah air. Memasang semua bagian regulator diantaranya first and second stages, submersible pressure gauge (SPG). Mask, Fin dan mask dan lainnya. Rumitnya lagi, untuk bisa mengapung, kantong udara harus diisi secara manual, ditiup dengan mulut. Wah! rumit kan. Memasang di atas perahu saja, butuh waktu yang lumayan lama. Lebih lebih di dalam air. Divers harus mampu lebih tenang dan lebih jernih memutuskan alat apa yang lebih dahulu di pasang di tubuh. Dan benar benar terbukti alat alat dipasang di bawah air, kepala tidak boleh muncul di permukaan.

    Sebagai manusia yang terlatih, sang guru Darmawan Didit Didot memberi contoh. Sulit mengetahui bagaimana ia melakukannya dengan mudah karena dari atas perahu, kami tidak bisa melihat jelas durinya di bawah air. Namun kemustahilan bahwa hal itu tidak bisa dengan segera terbantahkan. Saya pun tertarik melakukannya tapi karena belum waktunya, saya hanya berpikir bagaimana cara mensukseskan diri sebagaimana Kak Didit nantinya.

    Menurutku, yang paling utama adalah memasang alat pernapasan agar tidak segera lemas. Lalu, mask agar bisa melihat dalam air. Bila kedua hal tersebut tuntas, atur saja mana yang lebih dianggap penting dan lebih mudah dikerjakan.

    Divers tingkat advance pun ujian. Kebanyakan dari mereka mengapung. Sembari berusaha menganalisa, saya mencari masalahnya. Kendala mendasar mereka adalah menahan nafas, bukan, membuang nafas. Menahan nafas membuatnya mengapung karena ruang udara dalam tubuh lebih banyak. Bila sedikit udara, lebih mudah tenggelam. Lalu saya tersadar bahwa ilmu sederhana nan ampuh ini pernah dijelaskan oleh kawanku Yaser Muhammad Arafat sewaktu kami berlatih duduk seperti ala Budha di dasar kolam yang airnya dari aliran sungai.

    Adapun tim kami sebagai diver pemula, saya juga mengalami kendala. Awalnya saya masih sulit mencapai dasar laut karena saya hanya mengingat dua diantara tiga jalan untuk membuang udara. Jalan pembuang udara pertama sukses, tapi masih saja ada udara. Say mencari pelepas udara di belakang pinggang, sebelah kanan. Ketemu tapi talinya nga ada. Saya cukup mempertahankan diri untuk tidak sampai ke permukaan dan memperhatikan alat selam orang lain. Nah, ketemu juga. Tempatnya sebelah kanan belakang punggung. Tarik dan beres. Kantong udara benar benar kempes. Terumbu karang tepat di depan mataku.

    Begitu asyiknya, saya tidak memperhatikan bahwa ada bahaya dan memang kondisi putaran air laut kuanggap tidak berbahaya karena saya masih dapat mengendalikan cara menyelam. Tabung udaraku pun masih cukup banyak, 160 psi. Pelatih menunjuk ke atas, pertanda naik ke permukaan. Saya beri kode OK tapi ia tidak ke atas membuatku tetap berada di dasar laut. Beberapa orang mendekati dan memberi tanda yang sama. Saya semakin heran tapi karena ini kerja tim, saya ikuti sajalah arah tim.

    Tiba di permukaan, Kak Didit mengingatkan dari atas kapal meminta agar semua naik ke kapal segera. Arus perputaran air laut sangat kuat. Berbahaya! Penyelamatan ditunda dan dilanjutkan besok pagi. Horeee! Saya senang saja karena tim kami dapat jatah double untuk diving.

    Bira, 26 Juli 2020

    Bersambung…..

    Zulkarnain Patwa
    Peserta Pinisi Diving Club.
    Staff Pengajar Rumah Belajar Bersama

  • Percaya Itu Baik. Mengecek Itu Lebih Baik*

    Percaya Itu Baik. Mengecek Itu Lebih Baik*

    (Berbagi Pengalaman Pribadi sebagai penyelam Pemula. Siapa tahu aja pembaca minat juga jadi penyelam)

    Pada hari ke 1 pada praktek selam (25/07) di daerah Bira, saya merasa cukup percaya diri karena bagiku ini sama saja dengan tahun lalu. Yang membedakannya hanya persoalan kedalaman. Bila tahun lalu kedalamannya hanya sampai 5 meter, tahun ini sampai 9-10 meter. Dan yang sangat penting yaitu dapat terdaftar resmi sebagai anggota selam ADS (Association of Diving School)—Organisasi selam yang didirikan di Jepang pada 1980—bila lulus ujian. Alasannya sederhana, semua biaya sertifikasi dibayarkan oleh Dinas Pariwisata Bulukumba. Saya sengaja tidak menanyakan harga bila ingin melakukan penyelaman pribadi karena takut menyakiti pendengaranku di tengah kehidupan ini yang masih dalam serbuan Covid 19 yang membangkrutkan ekonomi rakyat kecil seperti diriku.

    Ketika tiba kelompok kami dapat giliran diving, di sinilah saya lengah. Saya mempercayakan penuh pada rekan-rekan yang membantuku memasang peralatan selam. Saya tidak memeriksa berapa banyak pemberat yang kupakai meskipun sadar bahwa tubuhku yang lebih tinggi dan lebih besar ini butuh sekitar 8 x 2 kilo pemberat untuk mudah ‘mendarat’ di dasar laut. Kapasitas tabung gasku pun tidak kuperiksa. Saya sempat mendengar seorang rekan berkata bahwa tabung yang akan kupakai itu isinya tinggal 50 bar—angka yang tidak aman untuk menyelam. Tapi karena ingin secepatnya menikmati back roll entry (duduk di tepi perahu dengan membelakangi air dimana tangan kanan menekan masker untuk mencegah air masuk ke masker dan tangan kiri memegang tabung agar tidak lepas dari pengikat saat punggung menekan air), saya menganggap segala sesuatu beres.

    Sukses melewati back roll entry, masalah mulai berdatangan. Mengosongkan kantong udara di BCD (Buoyancy Compensator Device)—pengatur daya apung—itu mudah tapi menuju dasar laut dengan kondisi seperti ini hampir mustahil walaupun mengikuti teori badan tegak lurus atau memiringkan kepala ke bawah sambil berenang. Tidak ada bantuan pemberat menyebabkan pemandu harus membantu mendorong ‘paksa’ agar saya dapat meluncur turun. Saya pun bergerak mencari beragam trik agar daya dorongku maksimal dengan terus menyelam dan hanya berhenti sejenak ‘mengobati’ sakit telinga karena tekanan dengan menelan air liur atau mendorong udara ke telinga. Di tengah perjalanan, karena merasa tubuh telah lebih mudah menuju ke arah yang lebih dalam, saya manfaatkan baik kesempatan ini dengan secepatnya ke dasar laut dan bergabung dengan rekan tim.

    Seluruh tim terlihat enjoyable (senang-senang) saja namun tidak bagi tubuhku yang serasa masih sering ditarik ke atas menuju permukaan, terlebih saat arus bawah laut kuat. Dan agar tidak mudah diseret arus, saya menemukan cara ‘sembunyi’ yaitu dengan merapatkan badan ke pasir atau berpegang pada karang. Pada tahap inilah, saya menikmati diri dengan bersantai melihat beragam ikan yang warnanya unik yang seolah-olah menari nari di sekitar terumbu karang. Saya tidak ingin kehilangan kesempatan menyaksikan pemandangan ini walaupun tabung gasku semakin sedikit. Barulah setelah sedikit lebih mengerti cara tetap mampu bertahan di dasar laut walaupun tanpa bantuan pemberat, saya melapor pada pimpinan regu bahwa jumlah tabung udara yang tersisa di bawah 20 bar. Mengetahui hal tersebut, pimpinan meminta untuk tidak ikut melanjutkan perjalanan. Ia menunjuk ke atas sebagai perintah naik ke permukaan. Saya patuh.

    Pengalaman ini membuatku berbenah diri. Pada penyelaman hari ke 2 dan ke 3, saya tidak abai lagi. Rekan rekan selam selalu turut memeriksa secara detail seluruh kelengkapan selamku. Dan saat menyelam, saya more enjoyable (lebih dapat menikmati) dari pengalaman hari ke 1 dan ataupun tahun lalu.

    * Judul di atas meminjam dari kalimat yang pernah dipakai oleh Bapak B. J. Habibie.

    Zulkarnain Patwa
    Peserta Selam Dinas Pariwisata Bulukumba
    Anggota PDC (Pinisi Diving Club)
    Staf Rumah Belajar Bersama