Kategori: Uncategorized

  • Bukan Umur Tapi Kemampuan

    Bukan Umur Tapi Kemampuan

    Bukan Umur tapi Kemampuan

    Aiska pelajar SD ini telah berhasil menamatkan dua buku bacaan berbahasa Inggris dan telah tahu cara menjawab soal-soal cerita berbahasa Inggris.

    Konsistensi diri Aiska pada minat dan bakatnya ini menyakinkan kita bahwa dia adalah salah satu anak yang akan mahir berbahasa Inggris dan tentunya ini modal yang bagus untuk mempelajari bahasa internasional lainnya karena telah mengerti seluk beluk bahasa.

    Sekarang, Aiska berhak masuk kelas Pre Intermediate. Kita ingin dia nantinya mendapatkan pelajaran tingkat tinggi meskipun dia masih anak anak. Selama dia benar benar lulus tahapan demi tahapan, kita tidak akan ragu menawarkan pelajaran tingkat SMA dan lainnya betapa pun dia masih SD. Ukuran kita bukan umur tapi kemampuan.

    Zulkarnain Patwa
    Pengajar Rumah Belajar Bersama

  • Dua Orang Ahli Perahu

    Dua Orang Ahli Perahu

    Satu adalah Pak Najib yang mempunyai tradisi turun temurun dari nenek moyangnya dari Lemo-Lemo sebagai ahli pembuat perahu kayu Pinisi dan perahu kayu sesuai pesanan pembeli. Dia juga sarjana Matematika di Universitas Hasanuddin, Makassar sehingga cara pembuatan perahunya sedikit banyak dipengaruhi ilmu hitung mendalam selain insting.

    Kedua Horst Liebner. Ia pakar Pinisi yang berhasil menyerap pengetahuan lokal cara pembuatan perahu Pinisi dan perahu kayu lainnya di Indonesia. Keilmuannya bukan saja diakui dalam dunia akademik dengan gelar doktor tapi dia diakui oleh para panrita lopi (ahli pembuat perahu). Horst mengenal baik pembuatan perahu tradisional Indonesia dan tekun menulis tentang maritim. Keberadaannya di Tanah Beru sekarang untuk Pinisi Perla Anugerah Ilahi yang sedang dalam tahapan pembenahan untuk pelayaran selanjutnya.

    Dan ketiga yang di tengah adalah orang yang sekedar numpang foto. 😀

    Senin, 19 Agustus 2024 di Pusat Pembuatan Perahu di Tanah Beru, Bulukumba, Sulawesi Selatan.

    Zulkarnain Patwa
    * Pengajar Rumah Belajar Bersama
    * Pemerhati Pinisi

  • Pemuda, Laut dan Pinisi Perla Anugerah Ilahi

    Pemuda, Laut dan Pinisi Perla Anugerah Ilahi

    Terlahir sebagai anak pelaut dengan dengan keseharian hidup berada di laut, Rumahnya tepat tepi laut di Kec. Herlang, Turungan Beru, Bulukumba,  Sulawesi Selatan.

    Sakkar namanya. Seorang pemuda yang punya minat belajar yang tinggi. Itu penulis temukan saat dia belajar intensif bahasa Inggris dan inisiatifnya membantu anak anak kecil untuk rajin membaca buku. Dia jadi mengerti membagi ilmu itu tidaklah membuat ilmunya berkurang tapi malah bertambah.

    Waktu luang Sakkar banyak diisi dengan membaca buku-buku sumbangan donatur Pustaka Bergerak Indonesia sebuah inisiasi Kak Nirwan Ahmad Arsuka (Almarhum) kepada perpustakaan Rumah Belajar Bersama dan tidak lupa secara jujur penulis katakan bahwa dia bermain games android–sebuah hobby digital kids dan pemuda zaman now.

    Sakkar berada di atas perahu Pinisi Perla Anugerah Ilahi ini berdasarkan pengumuman yang dibuka oleh Doktor Horst Liebner–Pakar Maritim Pinisi Indonesia–akan melakukan pelayaran tanpa mesin sebagai bagian dari upaya pelestarian pengetahuan Pinisi yang telah hampir punah karena telah dikepung oleh modernisasi.

    Pinisi apa sekarang yang tidak pakai mesin? Seandainya Perla Anugerah Ilahi sebagai satu satunya Pinisi yang mengandalkan angin saja untuk berlayar itu pakai bermesin, entah dimana lagi orang harus belajar. Tidak ada. Sebuah kemungkinan yang (hampir) pasti tidak ada.

    Setelah mengurus kapal di pagi hingga siang di Bantilang (baca: pembuatan perahu) Pak Najib, Horst tertarik dengan ketekunan Sakkar dalam bekerja saat berada di Perla Anugerah Ilahi dan pemahamannya yang cukup baik tentang perahu dan laut. Horst yang tentunya ahli mengenal potensi Sakkar menawarkan untuk bergabung. Sakkar memang sangat berminat karena sebenarnya dunianya memang laut ditambah lagi dia sebenarnya pernah bertemu Horst pada Pelatihan Pelestarian Pinisi diadakan oleh Balai Pelestarian Kebudayaan XIX Sul Sel dan Tenggara pada Maret 2024 di Bira dan telah sedikit banyak tahu latar belakang Horst melalui kabar mulut dan berselancar di internet.

    Tapi entah mengapa, tiba tiba saja, Sakkar bilang ‘Saya pikir-pikir dulu’.

    Sakkar mengalami konflik bathin dihadapkan pada pilihan antara melaut bersama Horts dkk atau tetap belajar Bahasa Inggris di darat.

    Di satu sisi, dia sadar betul bahwa peluang berlayar seperti di atas super langka ditambah lagi, dia sangat percaya bahwa ilmu dan pengalaman melaut yang dimiliki Horst dan beberapa orang seperti Ridwan Alimuddin dan Guswan adalah matang dalam mengelilingi lautan luas. Dia paham betul bahwa banyak ilmu baru yang bisa diperoleh dari nama nama orang orang penting disebut di atas yang reputasinya telah melayarkan perahu Pa’dewakang tanpa mesin ke Australia dan punya segudang pengalaman berlayar.

    Di sisi lain, Sakkar merasa akan banyak ketinggalan pelajaran bila kehidupannya kembali di laut, setidaknya itulah pemikirannya saat ini. Ini karena dia telah cukup mengerti peta pelajaran Inggris dan ingin memahaminya sebelum kembali ‘terjun bebas’ di laut. Dia telah menetapkan  target untuk menjadi orang yang mahir berbahasa asing dalam waktu tertentu dan ditambah lagi dirinya telah berhasil mengembangkan bakat dalam dunia literasi. Beberapa buku yang cukup serius telah dia selesaikan. Terdapat sebuah rencana yang cukup matang tentang rancangan hidup masa depan yang cerah tertancap baik dalam kepalanya.

    Untungnya, rencana pelayaran Perla Anugerah Ilahi ini ada dalam sebulan atau beberapa bulan saja sehingga peluangnya untuk memahami ilmu pelayaran tanpa mesin terbuka lebar.

    Horst memberikan waktu beberapa hari buat Sakkar untuk memilih jalan terbaik.

    Pemahaman penulis, tinggal cerdas cerdas saja memanfaatkan waktu. Horst itu kan orang bisa bahasa Konjo, Indonesia, Inggris, Jerman sebagaimana negeri asalnya dan entah bahasa apa lagi. Semua itu berharga. Kalau cuma urusan bahasa, pastilah banyak istilah istilah baru yang bermunculan selama dalam pelayaran. Saat berlabuh, itu bisa dikaji secara detail dan dijadikan minimal kumpulan jadi buku saku istilah berdasarkan pengalaman pelayaran Pinisi.

    Selamat merenung Sakkar dalam menentukan langkah ke depan. Rumahmu yang di tepi laut itu dimana tempat bermainmu adalah laut menawarkan pandangan luas, terlihat tanpa batas. Bahkan, sebegitu luasnya laut itu seolah bersambung ke langit. Alam tempat kelahiranmu itu cukup membantu berpikir terbuka untuk membuktikan bahwa anak pelaut Turungan Beru, bisa juga. Dan itu memang bisa. Toh, nenek dan kakek moyangmu, pelaut.

    Zulkarnain Patwa
    * Pengajar Bahasa Inggris di Rumah Belajar Bersama
    * Pemerhati Pinisi

  • Persiapan Pergaulan Dunia

    Persiapan Pergaulan Dunia

    Sore hari dimana semua kelas Bahasa Inggris berkumpul dalam satu ruangan karena mendapat kunjungan surprised dari Charline Jeuland and India Gegu dari Prancis. Senyum manis, tawa lepas dan keramah-tamahan pelajar Indonesia membuat kedua orang Eropa ini terpengaruh dengan penyebaran energi positif tersebut yang membuatnya merasa bahagia.

    Pada diskusi, terlebih dahulu penulis menyampaikan sedikit pengantar bahwa tidak perlu menerangkan nama lengkap saat berkenalan karena para tamu kesulitan mengingat nama lengkap. Cukup pakai nama panggilan saja. Dan kemudian, setelah kenalan, sampaikan pendapat dan bertanya lah.

     

    Dan ternyata pertanyaan pertama datang, “What is your name?”, tanya Filzah setelah memperkenalkan diri. Jeuland dan India pun mengerti bahwa penyebutan nama dan tulisan itu berbeda pada orang yang berbeda bahasa. Oleh karena itu, mereka berinisiatif menulis nama masing-masing di papan tulis. Ini sangat membantu menyelaraskan pikiran para pelajar dengan apa yang telah terucap.

    Selangkah kemudian, Jeuland dan India tahu betul cara mengakrabkan suasana. Tiap orang mendapat pertanyaan, “What is your name and how old are you?”. Trik ini cukup efektif membuat peserta yang kebanyakan masih Basic English untuk berbicara. Bila terdapat salah pengucapan dibalas dengan tawa bersama. Dan ketika pertanyaan berbalik tentang umur, kedua orang barat ini tidak merasa tersinggung sedikit pun dan dengan senang hati menjawab hal-hal privasi yang selama ini dianggap tabu bagi orang yang baru berkenalan.

    Mengetahui bahwa kebanyakan pelajar berumur belasan tahun, Jeuland and India membuat games yang membuat keramaian pecah dengan seruan “Yeaah!” sebagai tanda sepakat. Tebak kata berisi enam huruf harus diisi. Sekitar tiga menit, para pelajar berpikir dan menemukan bahwa itu adalah “France”. Kesuksesan itu disambut tepuk tangan yang meriah.

    Tantangan yang lain pun diberikan sembari memberi semangat bahwa mereka akan dapat hadiah. Karena tidak sedang berada di dalam ruangan, penulis tidak tahu apakah para pelajar tersebut menjawab benar atau tidak. Namun yang jelas, Jeuland menitipkan kartu Uno yang menurutnya ‘world game’ untuk para pelajar. Sebuah dukungan yang sangat bagus untuk menciptakan kelas belajar yang menyenangkan.

    Menjelang akhir acara, hampir seluruh pelajar berinisiatif untuk mengikat makna pertemuan ini dengan yang menyodorkan buku cetak, buku tulis dan bahkan lembaran kertas selembar untuk ditandatangani atau diberi sedikit kata-kata mutiara. Semua permintaan tersebut dilayani dengan baik oleh Charline dan India.

    Refleksi untuk Kemajuan Pendidikan

    Dari pertemuan singkat tersebut, penulis menggaris bawahi beberapa hal:

    1. Kebanyakan para pelajar masih malu untuk berpendapat saat berada dalam pertemuan betapa pun beberapa diantara mereka sebenarnya telah punya kemampuan yang baik untuk berbicara. Tugas untuk membiasakan para pelajar berekspresi  dan berpendapat dengan terbuka bukan sekedar tanggung-jawab lembaga pendidikan informal tetapi memang perlu dibentuk dari lingkungan terdekat seperti keluarga dan sekolah karena di tempat tersebut waktu mereka lebih banyak tergunakan.
    1. Sebenarnya setiap orang punya pendapat. Hanya saja banyak pelajar memilih diam dan mau jadi pendengar yang baik saja. Ada rasa khawatir akan diejek bila salah bicara. Hal lain yaitu demam panggung. Solusinya, pembiasaan untuk pertemuan yang sifatnya dialog yang berisi tanya jawab perlu ditumbuhkembangkan.
    1. Para pelajar bukan sekedar dilatih untuk menjawab soal tapi juga dilatih membuat pertanyaan. Jika sering bertanya, tentu mereka akan mencari jawaban dengan dialog atau berpikir sendiri. Dan dari jawaban, akan muncul pertanyaan lagi. Begitu seterusnya. Dengan demikian, rasa ingin tahu semakin tinggi yang dapat menjadikannya menjadi pembelajar sepanjang masa.
    1. Pengembangan wawasan melalui gerakan literasi. Para pelajar perlu terbiasa membaca buku baik sumbernya dari dalam negeri dan luar negeri. Buku buku tersebut tidak perlu ditekankan pada pelajaran sekolah karena itu sudah wajib mereka baca. Hal ini bisa dimulai dari buku yang sesuai minat dan bakat.

    Untuk menemukannya, para pelajar dapat mendekatkan diri pada perpustakaan pemerintah maupun swasta. Lebih bagus lagi bila tiap bulan mengagendakan beli buku untuk kebutuhan pribadi agar lingkungan sehari-hari di rumah dikeliingi oleh buku-buku. Hal ini sekaligus  mengingatkan penulis pada seorang filsuf Prancis, Marcus Tilius Cicero, “A room without books is like a body without soul—Sebuah ruangan tanpa buku buku seperti tubuh tanpa jiwa”.

    1. Membuat grup pertemuan yang membahas tentang bedah buku sesuai dengan minat dimana setiap orang memperoleh kesempatan menyampaikan isi pikirannya, pengalamannya dan lainnya.

    Dengan demikian, kunjungan dengan orang dari berbagai macam negeri ke tempat belajar kita tentu akan lebih semarak karena para pelajar kita telah mempersiapkan diri lebih baik dan telah mempunyai bahan pembicaraan yang lebih berkwalitas. Ini akan menjadi surprised tersendiri juga bagi para tamu mancanegara yang berkunjung ke lembaga pendidikan.

    Bulukumba, 4 Oktober 2023

    Zulkarnain Patwa
    Direktur Rumah Belajar Bersama

  • Mengapa INKAI Sul Sel Juara Umum 1 di Kejuaraan Porbikawa?

    Mengapa INKAI Sul Sel Juara Umum 1 di Kejuaraan Porbikawa?

    Tidak ada perjuangan yang sia-sia dan kesungguh-sungguhan itu memperoleh hasil maksimal. Begitulah pemikiran Saiful Patwa, Manager INKAI (Institut Karate Do-Indonesia) Sul Sel (Sulawesi Selatan) pada Kejuaraan Porbikawa di Makassar.

    Dengan naiknya INKAI Sul Sel sebagai Juara Umum mum 1 lagi, Saiful berbagi pemikiran dan pengalaman dengan menjelaskan mengapa INKAI Sul Sel berada di puncak.

    Ir. Abdul Djalil Razak, Ketua INKAI Sul Sel (Berkaca mata), Amir Uskara, Pengurus FORKI Sul Sel dan Anggota DPR RI (Tengah) dan Saiful Patwa, Manager INKAI Sul Sel pada Kejuaraan Porbikawa Sul Sel.

    Berikut ini adalah petikannya:

    Kejuaraan karate Porbikawa telah berakhir dengan hasil INKAI Makassar juara umum 1 dengan perolehan medali 17 Emas, 12 Perak dan 8 Perunggu.

    Pencapaian ini tidak serta merta hadir begitu saja tapi melalui pemikiran cerdas dari pengurus INKAI dan MSH (Majelis Sabuk Hitam) Sul Sul (Sulawesi Selatan) dimulai dari Kejurda (Kejuaraan Daerah) INKAI dimana yang juara dikirim untuk pertandingan di Porbikawa.

    Persiapan TC (Training Center/Pemusatan Latihan) cuma 2 hari. Kita bersyukur karena sebelumnya atlet kita telah digembleng di Dojo (ranting) masing masing sehingga kita dapat mengatakan bahwa ini perjuangan yang panjang untuk meraih hasil membanggakan ini.

    Terlepas dari hasil Porbikawa, arsitek yang membuat kita juara adalah:

    1. Ketua Peng Prov (Pengurus Provinsi) INKAI  Sul Sel mempunyai program dan pola latihan terstruktur serta program lainnya. Terdapat penyediakan tempat TC, menyediakan dana. Selain itu, hadir selama 3 hari di kejuaraan dari pagi sampai akhir pertandingan dengan  memperhatikan segala urusan dengan detail termasuk makanan dan medis.

    2. Ketua MSH yang melatih dan menyiapkan pelatih yang melatih para atlet.

    3. Coach dan pelatih coach yg telah melatih TC serta aktif mendampingi atlet.

    4. Orang tua kohai yg mengizinkan dan mensupport anak anaknya bertanding.

    5. Para kohai yg telah berlatih serius sehingga bisa menghasilkan prestasi maksimal.

    Jika semua pola ini berlangsung terus-menerus maka ke depan kita akan memimpin setiap event.

    Sekali lagi terima kasih yg sebesar besarnya kepada Sensei Ketua Ir. Abdul Djalil Razak atas peran yg sangat luar biasa baik secara materi dan non materi yg telah mensupport setiap event kejuaraan.

    Kehadiran Sensei Ketua dan Pengurus INKAI Sul Sel di tempat kejuaraan menjadi penyemangat tersendiri terhadap seluruh atlet INKAI yang turun berlaga.

    Sesuai pesan Sensei Ketua, “Jangan terlena maka kita harus tetap melanjutkan program program latihan selama ini berjalan.”

    Terakhir  saya sebagai manager memohon maaf atas kekurangan selama memimpin selama tiga hari. Setiap kekurangan menjadi pelajaran berharga untuk kita benahi pada kejuaraan berikutnya.

    Demikian dan terima kasih atas kepercayaan Sensei Ketua dan Pengurus INKAI Sul Sel atas penunjukannya sebagai team pendamping. Dan dengan berakhirnya pertandingan Porbikawa maka tugas kami juga berakhir sampai di sini.

    Semoga kedepan, prestasi INKAI Sul Sel jauh lebih baik.

    Zulkarnain Patwa
    Humas INKAI Sulawesi Selatan

  • INKAI Sul Sel Juara Umum 1 Kejuaraan Porbikawa

    INKAI Sul Sel Juara Umum 1 Kejuaraan Porbikawa

    Dalam tiga tahun terkahir ini, INKAI (Institut Karate Do-Indonesia) Sul Sel  (Sulawesi Selatan) mencatatkan tinta emas dengan meraih beragam juara. Dan pada Kejuaraan Porbikawa 15 – 17 September di Makassar, INKAI Sul Sel kembali mencatatkan diri sebagai Juara Umum 1.

    Semua prestasi membanggakan ini sangat erat kaitannya dengan pola kepemimpinan Ir. Abdul Djalil Razak, Ketua INKAI Sul Sel yang bukan hanya memimpin dengan kecerdasan mengelola pengurus yang hebat tapi juga dengan rasa cinta sehingga INKAI Sul Sel selalu dalam keadaan solid dan mempunyai daya juang yang tinggi.

    Berikut petikan pernyataannya:

    Alhamdulillah wa syukurillah terima kasih Ya Allah. Terima kasih untuk semua INKAI Cabang Palopo, Gowa, Pinrang, Bulukumba, Maros, Sinjai, Bone, Jeneponto, Dojo Kodim 1408 Makassar, Dojo Antang, Dojo Lifiyura, Dojo Puri dan Dojo Generasi Unggul atas kerja samanya yang baik bergabung dalam satu INKAI menjadi Tim yang solid. Dengan daya juang anak-anakku, atlit yang luar biasa tersebut menjadikan INKAI keluar sebagai Juara umum yang sekian kalinya.

    Terima kasih juga kepada Tim Manager, Koordinasi dan para pendamping atlit (generasi pelanjut INKAI) dan seluruh pengurus INKAI baik Pengurus Peng Prov (Pengurus Provinsi) maupun pengurus Cabang yang telah bekerja keras dan ikhlas sehingga juara diraih oleh INKAI yang sama kita cintai.

    Kita boleh bangga namun jangan kita terlena dengan apa yang kita telah raih. Mari kita terus menerus meningkatkan kualitas dan kuantitas atlit kita. Ewako!!!!

    Mohon maaf kalau dalam penyelenggaraan Kejurda (Kejuaraan Daerah) maupun kejuaraan Porbikawa ini adahal yang tidak berkenan..🙏

    Zulkarnain Patwa
    * Humas INKAI Sulawesi Selatan

     

  • Presiden yang Aneh

    Presiden yang Aneh

    Perkenalan penulis dengan Nur Asdar Ilahi ini cukup unik. Semasa Ospek di SMA 1 Bulukumba pada 1998, penulis dengan lancang beradu argumentasi dengan Ketua OSIS bersama pengurusnya dan termasuk guru guru pembicara pada penataran siswa baru.

    Betapa tidak, penulis sudah banyak membaca buku buku yang bukan pelajaran sekolah. Sebutlah Khilafah dan Kerajaan karya Abul A’la Al Maududi yang mana pengantarnya adalah Amien Rais. Di Bawah Bendera Revolusi karya Soerkarno. Seratus Tokoh yang Paling Berpengaruh dalam Sejarah, Michael H. Heart. Revolusi Iran karya Nasir Tamara. Psikologi Komunikasi karya Jalaluddin Rakhmat. Banyaklah. Yang jelas buku buku tersebut tidak dimengerti oleh kebanyakan pelajar tamatan SMP sehingga penulis merasa cukup percaya diri “melawan” siapa pun. Penulis memang terbebas dari kemiskinan intelektual untuk ukuran pelajar remaja tapi terjebak dalam kesombongan intelektual.

    Semua keberuntungan bacaan buku itu penulis dapatkan dari ayah Drs. H. Patiroi yang punya ribuan koleksi buku yang mencakup Bahasa Inggris, Arab dan Indonesia di rumah. Pasca Indonesia merdeka, ayah penulis bagian dari segelintir orang yang memperoleh beasiswa dari Departemen Agama untuk belajar ke Jawa bersama dengan Dokter senior Mudassir Sabarrang , ayah dari dokter Timurleng Tonang Mataallo . Ada juga Pak Tajuddin Lambero yang merupakan pentolan Muhammadiyah di Bonto Tiro. Ada juga beberapa orang dari Kota Bulukumba. Sayang, karena ayah sudah almarhum,  penulis tidak sempat menulis detail siapa siapa mereka.

    Segala macam referensi itulah penulis gunakan untuk beradu akal. Pendek cerita, penulis langsung vokal, populer dan berefek positif dengan dinobatkan sebagai Presiden untuk siswa baru. Istilah “Presiden” ini aneh tapi waktu itu, penulis terima saja karena merasa suka aja mendengarnya. Tidak perlu repot mendebat urusan istilah.

    Nasib kurang beruntung dialami rekan rekan siswa baru. Mereka benar benar dipolonco oleh Pengurus OSIS. Penulis memang tidak pernah ditindaki secara fisik tapi kan sebagai Presiden, masa tidak punya pembelaan. Bila tidak bisa memperjuangkan nasib rekan rekan, tidak ada gunanya jadi Presiden. Di sini lah, penulis menarget M. Asfar Nurdin, Ketua OSIS SMA 1 Bulukumba.

    Di ruang pertemuan besar dimana seluruh pelajar berkumpul, penulis dengan lantang menuduh pengurus OSIS di bawah kepemimpinan Asfar Nurdin tidak konsisten dan tidak shalat. Seluruh siswa baru disuruh shalat dhuhur tapi setelah shalat, sepatu hilang sebelah. Siapa yang ambil? Pengurus OSIS lah. Masjid penuh berisi siswa baru dimana tidak ada satu pun pengurus OSIS terlihat shalat. Tidak mungkin orang luar sekolah masuk ambil sepatu karena sekolah dikelilingi pagar tembok.

    Segera setelah protes selesai, semua orang disuruh tunduk dan dapat jatah pukulan lagi. Saat penulis ikut menunduk, tiba tiba Asfar Nurdin membawakan sepatu penulis yang hilang sebelah. Semakin jelas pelakunya tapi penulis terkesan dengan itikad baiknya. Boleh juga ini orang. Tapi kenapa cuma satu orang diperlakukan demikian? Pertanyaan ini tidak sempat terucap. Karena saking senangnya tidak akan dimarahi ummi (baca: ibu) bila tidak kehilangan sepatu, penulis langsung mengucapkan terima kasih.

    Setelah beberapa hari Ospek, di suatu sore ketika hendak pulang, penulis bertemu dengan seseorang di pos pintu keluar sekolah. “Ini Nain ya? Adiknya Iful dan Kak Alam?” Sapanya dengan ramah. “Oh iye. Kak Asdar Kan. Temannya Kak Iful. Penulis memang mengenal wajahnya. Cara berkomunikasinya juga elegan. Ya, semacam punya daya tarik kepemimpinan lah. Dengan pesona yang natural tersebut, wajarlah bila ia pernah menjadi Ketua OSIS di SMP 1 dan SMA 1 Bulukumba. Pada masanya, Kak Asdar orang terpopuler secara organisatoris dan Kak Iful (Saiful Patwa) adalah best of the best dalam hal pelajaran sekolah karena ia satu satunya pelajar yang yang terpilih di sekolah khusus namanya BPG di Makassar.

    Penulis bertanya dalam hati, mengapa Kak Asdar di sini? Bila ia datang untuk membela sang Ketua OSIS Asfar Nurdin, penulis kan sudah berdamai dengannya. Mungkin ia silaturahmi saja karena bagaimanapun ini adalah sekolahnya juga dari 1991 sampai 1994. Sejurus kemudian, sebelum semua itu terjawab, pertanyaan mengagetkan muncul. “Katanya Nain kagum sama Hitler ya. Mengapa?”, Ini benar benar menghentak. Dari mana ia tahu segala penjelasan penulis semasa Ospek? “Oh iya. Menurut Michael Heart dalam buku Seratus Tokoh Paling Berpengaruh dalam Sejarah, tidak ada orang yang pernah mengusai 2/3 Eropa selain Hitler. Sang penakluk sekaliber Alexander The Great pun tidak”, terang penulis dengan nada sopan.

    Karena Kak Asdar adalah orang yang enak diajak berkomunikasi, perdebatan tidak terjadi. Kami pun melanjutkan dialog yang terjadi semasa Ospek. “Kata pembawa materi, bila zaman Orde Baru, saya sudah ditangkap karena saya bertentangan dengan Pancasila. Saya menjelaskan bahwa yang tidak bisa berubah itu Al Qur’an. Semua hukum buatan manusia pasti bisa berubah. Panca Sila itu kan buatan manusia”, terang penulis yang terpengaruh dengan Al Maududi terjemahan Pak Amien Rais tersebut. Macam macamlah diskusinya seputar tentang Ospek selama hampir seminggu.

    Yang menarik dari Kak Asdar adalah ia mau mendengarkan secara utuh terhadap suatu permasalahan. Tak lupa ia pun selalu bertanya referensi terhadap sebuah argumen yang agak tajam. Dan bila berbeda pendapat, ia pun tidak menohok secara langsung. Penulis tahu bahwa ia tidak sepakat dengan Hitler namun ia punya cara yang elegan dengan berbagi referensi bacaan untuk menambah khazanah intelektual. Dan ia benar. Keunggulan ras Arya sebagaimana klaim Hitler hanyalah elok dalam pidato saja. Dan bentuk negara Islam pun di berbagai macam negara tafsirnya beragam.

    Teringat dengan segala kenangan baik tersebut, penulis sempat mengunjungi rumah Kak Asdar sewaktu liburan kuliah sekitar tahun 2002. Kesan pada waktu itu, Kak Asdar orang yang punya harapan besar untuk dapat menimba ilmu lebih banyak. Dan sekarang 2023 ini, ia adalah bagian dari dosen berbakat yang merupakan aset berharga untuk pengembangan kwalitas sumber daya manusia yang dimiliki oleh Universitas Muhammadiyah Bulukumba.

    Zulkarnain Patwa
    Pengajar Rumah Belajar Bersama

    Note:
    Foto di atas adalah sebuah persiapan untuk membedah buku Detik Detik yang Menentukan, Jalanan Panjang Indonesia menuju karya B. J. Habibie. Sumber foto: Rumah Belajar Bersama

  • Pilihan yang Unik

    Pilihan yang Unik

    Saya tidak tahu membaca. Itulah ungkapan Faika saat awal awal bergabung di kelas English. “Faika kelas berapa?” tanya guru.”TK”, jawabnya polos.

    Sebenarnya, Faika tidak akan mungkin kami terima bila ia masuk kelas umum (berbayar). Ia perlu masuk kelas Baca Tulis Hitung lebih dahulu. Tapi karena Rumah BelajarBersama memberikan beasiswa belajar selama tiga bulan melalui jalur prestasi kepada tiap orang yang juara tingkat provinsi, Faika mendapatkan tiket ini. Ia pernah meraih juara karate pada kumite tingkat INKAI Sulawesi Selatan. Dan pilihannya yang unik kelas Bahasa Inggris menjadi tantangan tersendiri.

    Otak penulis langsung cari solusi. Penulis berkreasi sebisa mungkin membuat kosa kata English sederhana dalam bentuk praktek gerakan semisal parts of the body (bagian bagian dari tubuh), games, songs dan banyak lagi. Faika dan rekan rekan kelas menikmatinya karena dunia belajar serasa bermain saja. Bagi yang sudah bisa menulis lebih senang karena alasannya tidak capek mencatat. 😀

    Namun ini tidak berlangsung lama. “Nulis, nulis, nulis”, katanya serentak. Rupanya mereka penasaran apa tulisan Inggris itu. Perlahan tapi pasti, buku Bahasa Inggris pun berlaku.

    Untuk menyelematkan Faika yang belum lancar bacaan Indonesia bisa diberi bacaan cerita bergambar saat waktu senggang. Itulah inisiatif yang dilakukan sukarelawan pengajar Widya Astuti dan kawan kawan kepada Faika. Kadang Faika bawa buku sendiri dari rumahnya. Bila tidak, buku buku anak banyak di perpustakaan dan ia pilih sendiri buku yang ia suka.

    Waktu berjalan. Faika sekarang telah punya keberanian untuk membaca dalam Bahasa Inggris. Keep on studying Faika. Engkau telah melangkah jauh menembus banyak kemustahilan untuk ukuran anak anak seusiamu. Happy study!

    Zulkarnain Patwa
    Pengajar Rumah Belajar Bersama
    Bulukumba, Kamis 8 Juni 2023
    _______________

    Berikut ini bacaan Faika pada English yang dipandu oleh Miss Widya.

    https://m.facebook.com/story.php?story_fbid=pfbid0HmF9rEgKhUhLrxWG6CaWdyhi4CY5djGaxeKNeJmkFsFMnpexRVp33xoU4CDPrFh2l&id=100023984421500&mibextid=Nif5oz

  • Niat dan Usaha yang Kuat

    Niat dan Usaha yang Kuat

    Usaha memang tidak berkhianat. Salfah telah mampu membaca lebih baik. Pada awalnya, lidahnya sangat sulit bicara Inggris. Apa yang ia ucap kebanyakan serba salah. Kakaknya sendiri, Muthiah enggan menemaninya latihan bicara karena sering salah ucap.

    Penulis tertawa dan menjadi pasangan dialognya. Setelah beberapa pertemuan, dari pancaran mata, penulis mengerti bahwa Salfah ini punya semangat belajar yang sangat tinggi dan tidak gampang menyerah. Ia pun sama sekali tidak benci pada ledekan Muthiah dan rekan rekan kelas lainnya tapi malah jadi motivasi untuk bisa sebagaimana rekan rekannya yang sudah bisa lancar dan cepat membaca.

    Sekarang, Salfah telah dapat berbicara dengan lebih baik. Ia pun telah dapat mengerti arti bacaan.

    Zulkarnain Patwa
    Pengajar Rumah Belajar Bersama

    Bulukumba, Kamis, 8 Juni 2023

    ——————————-

    Berikut ini adalah latihan Salfah.

    https://m.facebook.com/story.php?story_fbid=pfbid0fP5yGJRv9jR3SUTjPEgKdXiEf632tfrdEYbwEvaKNnn97exnLVorsiN3iHJXh4u6l&id=100023984421500&mibextid=Nif5oz

     

  • Hayalan yang Benar Berbasis Fakta

    Hayalan yang Benar Berbasis Fakta

    Andi Widya Maulidyah kini relatif tidak mendapatkan masalah yang berarti pada materi conditional sentences (terjemahan bebas: kalimat menghayal) mulai dari type 1, 2 dan 3, progressive (sedang berlangsung) dan basic mixed time (dasar percampuran waktu) yang baru saja ia pelajari. Hal ini karena ia menikmati, paham dan menuntaskan ribuan latihan tingkat Basic dan Pre Intermediate.

    Kualifikasi yang bagus tersebut membantu Widya untuk dapat berpikir logis sehingga penjelasan yang diberikan dapat secara cepat ia kembangkan sendiri.

    Ya, kalimat kalimat conditional sulit dijelaskan dalam Bahasa Indonesia karena tense (waktu dalam suatu kejadian pada kalimat) dalam Bahasa Indonesia agak berbeda dengan Bahasa Inggris. Widya terselamatkan oleh pemahamannya yang utuh tentang tenses yang secara apik telah diajarkan oleh Rifa’atul Mahmudah . Tenses inilah sebagai senjata pamungkas yang akan gunakan hingga sub materi adverbial clause ini tuntas.

    Lalu, apa menariknya conditional sentences ini?

    1. Kata ‘akan’ untuk dijelaskan kejadian di masa akan datang dapat digunakan untuk masa lampau. Makna dapat dipahami di conditional dan struktur dipahami pada past future tense.

    2. Pendalaman tense terdapat pada two-concept event tidak mempertemukan waktu lampau (past) dan present (saat ini) dalam kalimat. Pada mixed time pada conditional, kalimat lampau dan saat ini dapat bertemu dalam satu kalimat yang dikenal dengan istilah effect.

    3. Kalimat hayalan dan fakta saling terhubung dan punya kerangka struktur dan makna yang logis. Kalimat berbasis fakta dapat diolah menjadi kalimat menghayal dan kalimat menghayal pun punya basis fakta.

    Sebagai tindak lanjut, soal soal TOEFL (Test of English as a Foreign Language) atau IELTS (International English Language Testing System) yang berhubungan dengan materi di atas akan diturunkan untuk menguji dan membuktikan tingkat kemajuan belajar. Apakah hayalan ini benar? Kita nanti nanti saja faktanya di masa akan datang.

    Zulkarnain Patwa
    Pengajar Rumah Belajar Bersama

    Bulukumba, Jum’at 9 Juni 2023

    * Siaran langsung menjawab soal Widya secara lisan pada conditional using progressive forms di sini:

    https://m.facebook.com/story.php?story_fbid=799797701714089&id=100023984421500&mibextid=Nif5oz