Kategori: News

Berita terbaru dari Rumah Belajar Bersama

  • Mengalihkan Perhatian Ayla dari Games ke Belajar dan Olah Raga

    Mengalihkan Perhatian Ayla dari Games ke Belajar dan Olah Raga

    RBB, Bulukumba(26/1)— Seperti halnya kebanyakan kids zaman now, Nabila Alamanda adalah anak yang selalu ceria dengan games anroid. Betapa pun sangat dibatasi, ia selalu ada trik untuk memegang hp dengan menanti orang tuanya lengah atau tidur. Dengan kecerdikannya itu, jadilah ia seorang gamer.

    Pada 2020, Ayla, panggilan akrab Nabila Alamanda, telah naik kelas 5 SD tapi belum menguasai di luar kepala dasar-dasar perkalian 1 sampai 9 di luar kepala. Ibunya, Fatmawati Patwa, langsung turun tangan memperketat penggunaan anroid dan memberikan kelas tambahan Matematika di rumah. Fatma mengatakan, “3 orang kakaknya sewaktu kelas 1 dan 2 sudah paham perkalian. Ayla akan sulit mengikuti jejak kakak-kakaknya untuk bersekolah di pesantren Gontor bila tidak diberikan pelajaran ekstra. Ujian masuk Gontor itu selain bisa Qur’an, doa-doa harian dan Imla’  (menulis dalam bahasa Arab), matematika dasar harus tuntas. Fatma melanjutkan, “Bahasa Inggris juga sangat penting untuk pergaulan internasionalnya di masa akan datang.”

    Nabila Alamanda bersama rekan-rekannya di kelas Bahasa Inggris di Rumah Belajar Bersama (RBB) pada 2021

    Dengan memanfaatkan situasi Corana dimana sekolah masih tidak buka, Ayla kemudian diintensifkan belajar pagi, sore dan malam di Rumah Belajar Bersama (RBB) untuk mendalami Matematika dan Bahasa Inggris. Dengan pengaturan jadwal yang baik, ia dapat mengikuti  7 sampai 9 kelas belajar dalam seminggu. Sedangkan aktifitas mengajinya, ia tetap melanjutkan pelajarannya di Ustadzah Murni Lehong, guru dimana semua kakak Ayla belajar hingga lulus pesantren ternama tersebut.  Dan untuk lebih  mempermantap, ayah Ayla bernama Ust. Patahuddin, Lc yang merupakan alumnus Al Azhar di Mesir selalu menanyakan di rumah pelajaran yang ia telah pelajari di tempat mengaji dan sekaligus menambahkan ilmu-ilmu agama yang penting ukuran anak-anak.

    Selain seluruh aktifitas di atas, Ayla yang aktif bergerak hobby berolah raga masih menyempatkkan diri mengikuti Karate dengan jadwal latihan 2 x seminggu di Kodim 1411 Bulukumba dan sekitar 3 x seminggu pergi berenang ke laut di daerah pasar Cekkeng atau Bira bersama orang tuanya.

    Latihan Karate Nabila Alamanda di Kodim 1411 Bulukumba, Sul-Sel.

    Kepadatan aktitifas Ayla tersebut cukup efektif mengurangi kegiatannya bermain games di anroid. Sebagai pengalihan perhatian yang lain, pergaulannya bersama anak-anak tetangga ditingkatkan agar dunia bermain semasa ia anak anak tidak hilang.

    Efek dari latihan Karate yang membuat Nabila Alamanda rajin berolah raga di rumahnya.
    Sumber foto: Fatmawati Patwa

    Saat ditanya, “Apakah Ayla enjoy (baca; senang) dengan segala aktivitasnya yang serba padat sekarang ini?”  Ia dengan santai menjawab, “Enjoy lah. Saya suka pergi belajar karena bisa dapat teman baru cuma tidak suka saja kalau soalnya susah-susah. Kalau olah raga, itu kan kesukaanku.  I like go swimming and Karate,” katanya.

    Begitulah desain orang tua Ayla dalam mendidik anak bungsunya agar mendapatkan ilmu yang bermanfaat semasa kecil yang diharapkan dapat menjadi bekal untuk bersekolah di sekolah dan kampus yang berkwalitas nantinya. Terus belajar dan olah raga Ayla. Good luck!

    Zulkarnain Patwa
    Staff Rumah Belajar Bersama

  • Bhs. Inggris: Ujian Oral Tense secara Terbuka Sukses

    Bhs. Inggris: Ujian Oral Tense secara Terbuka Sukses

    Bulukumba, RBB (23/01)–Dalam mempelajari memahami perubahan kalimat berbahasa Inggris, yang terpenting dipelajari adalah adalah tense ( Baca: waktu). Kerumitan dari para pelajar Indonesia memahami tense karena dalam bahasa Indonesia tidak terdapat perubahan kata kerja sementara dalam bahasa Inggris terdapat perubahan kata kerja yang disesuaikan dengan waktu kejadian.

    Untuk memudahkan mengerti grammar (tata bahasa) Inggris, Rumah Belajar Bersama (RBB), khususnya pada kelas di malam hari, kini mewajibkan para pelajarnya untuk menguasai 124 perubahan tense yang disertai nonprogressives dan certain adjectives di luar kepala. Sebagai pembuktian kwalitas, RBB mengundang Agustina Dewi—Pendiri Bamboo Academy di Blitar, Jawa Timur dan juga Ex pengajar SMART International Language Colege di Kampung Inggris Pare, Jawa Timur (salah satu lembaga kursus terbaik di kampung Inggris)—guna memberikan ujian oral (lisan) tense secara online dan secara terbuka dapat disaksikan secara live (siaran langsung) di facebook pada Jum’at, 22 Januari 2021.

    Dari 7 pelajar dikategorikan layak ikut ujian, hanya 6 yang hadir karena seorang dari mereka sakit. Saat ujian, tiap pelajar maju satu persatu diuji dan mendapatkan 5 (lima) soal perubahan tense yang tergolong rumit karena terdapat jebakan pada verbal tense dan nominal tense. Beruntung, mereka telah dibekali latihan banyak soal tulisan dan oral sehingga meskipun nervous (gugup), mereka masih mampu menjawab dengan baik.

    Bagi orang yang mengerti bahasa Inggris dan mengikuti siaran langsung tersebut, sebenarnya tidak semua pelajar mampu menjawab dengan sempurna. 2 (dua) orang masuk dalam jebakan perangkap. Namun setelah Tina mengamati dengan teliti, ia memberikan apresiasi dengan menyatakan bahwa mereka sudah memahami struktur tense dan hanya perlu lebih banyak latihan lagi. Pemantapannya dapat dilakukan pada materi passive ke active ataupun active ke passive. Jadi Tina berkesimpulan bahwa semuanya lulus ujian oral tense. Keputusan tersebut disambut meriah sebagai tanda kebahagiaan bersama meraih kesuksesan setelah melalui proses belajar yang panjang.

    Berikutnya, agar tidak tereliminasi dari RBB, satu tahapan ujian lagi yang mereka harus lalui yaitu ujian tulisan. Bila mereka lulus, materi grammar selanjutnya akan jauh lebih mudah dijelaskan dan dipahami.

    Adapun untuk pengembangan reading (bacaan), para pelajar tersebut telah menamatkan 2 buku L. G. Alexander, penulis dari Inggris, berjudul Question and Answer dan Practice and Proggress.  Dan untuk speaking (berbicara), dalam waktu terdekat ini, tepatnya pada Rabu, 27 Januari 2020. Mereka akan berdialog dengan Cita Denni, seorang rekan RBB yang pernah kuliah di  Europa-Universität Viadrina, Jerman. Para alumnus RBB dapat bergabung. Info selanjutnya akan kita sampaikan di media sosial.

    Zulkarnain Patwa
    Staff Rumah Belajar Bersama

     

  • Pengembangan Bahasa Inggris kepada Pemuda untuk Kemajuan Pariwisata Bulukumba

    Pengembangan Bahasa Inggris kepada Pemuda untuk Kemajuan Pariwisata Bulukumba

    Petikan Diskusi di Radio Suara Panrita Lopi, 4 Desember 2020

    Pembicara
    1. Andi Ayu Cahyani, SH., MH. (Kepala Bidang Pengembangan Sumber Daya Pariwisata Dinas Pariwisata Bulukumba)
    2. Zulkarnain Patwa (Direktur Rumah Belajar Bersama)

    Host/Pesenter
    1. Whyna (Pegawai Suara Panrita Lopi FM Bulukumba)

    Berikut Diskusinya.

    Whyna: Bulukumba dikenal dengan pariwisata, bukan saja di Sulawesi Selatan tapi juga di dunia. Apa yang mendasari mengambil tema pengembangan bahasa dan apa kelebihan Bulukumba itu sendiri?

    Jawaban Andi Ayu Cahyani:
    Kabupaten Bulukumba kaya dengan potensi wisata mulai dari gunung, budaya, laut dan bawah laut sehingga kita punya  tagline Pesona Tanpa Batas. Kami ingin potensi tersebut terkelola dengan baik. siapa lagi yang yang akan mengelola kalau bukan kita? Tentunya SDM (Sumber Daya Manusia) kepariwisataan yang perlu kita tingkatkan sehingga mampu mengelola potensi tersebut.

    Kita memilih tema tersebut karena kita harap ini bisa didengarkan oleh adik-adik pemuda supaya mempunyai keinginan untuk belajar Bahasa Inggris agar dapat membantu pemerintah Bulukumba dalam melakukan pembangunan, khususnya di sektor pariwisata.

    Berangkat dari adanya potensi tersebut, maka sejak 3 (Tiga) tahun terakhir ini, Dinas Pariwisata (Dispar) fokus melakukan pengembangan SDM melalui pelatihan terhadap komunitas dan lembaga yang bergerak di bidang pariwisata. Ada Genpi, Duta Wisata, HPI (Himpunan Pramuwisata Indonesia), Pokdarwis (Kelompok Sadar Wisata) yang ada di desa-desa dan karyawan hotel yang berinteraksi langsung dengan para pengunjung. Nah, itulah semua mendorong kita agar mereka mampu memberikan pelayanan prima.

    Sekaitan dengan tema, sudah cukup banyak wisatawan yang berkunjung ke Bulukumba. Sesuai data, khusus di Bira hampir setiap tahun itu 2.000 orang lebih wisatawan mancanegara. Karena pandemi, wisatawan mancanegara kita hanya sekitar 200 orang lebih.

    Menghadapi banyaknya pengunjung mancanegara ke Bira, kami berupaya melakukan pelatihan Bahasa Inggris selama 3 tahun terakhir ini Dinas Pariwisata bekerjasama dengan RBB (Rumah Belajar Bersama) pada 2018 dan 2019 di Bira. Di 2020, RBB tetap membuka kegiatan belajar bagi anak muda yang ingin mengembangkan skill  (keahlian) bahasa inggrisnya di kota.

    Whyna: Kegiatan apa saja yang telah dilakukan sampai saat ini untuk memperkenalkan pariwisata di Indonesia?

    Jawaban Andi Ayu Cahyani:
    Mereka bergerak di sektor kelembagaannya dimana mereka berada. Misalnya Genpi (Gerakan Pesona Wisata Indonesia) Bulukumba melakukan promosi wisata digital di seluruh indonesia. Sedangkan Pokdarwis di desa-desa yang mempunyai potensi wisata cukup besar membentuk sadar wisata. Demikian halnya juga karyawan dan karyawati hotel tentu tidak bisa kita lepas dari bagaimana mereka berinteraksi langsung dengan pengunjung.

    Bahkan tahun ini kita ada WTD (World Tourism Day) kita melibatkan 16 komunitas pariwisata yang tergabung melakukan kegiatan. Mereka membuat suatu destinasi di bawah laut. Terlaksana pada september 2020

    Whyna: Apa yang menjadi keinginan sehingga ada RBB? Apakah memang perlu ada terobosan di Bulukumba?

    Jawaban Zulkarnain Patwa:
    Awalnya dimulai di tahun 2012 bernama Masse’di. Akhir 2014 bernama RBB. Penggeraknya alumni SMA 1 Bulukumba yang gelisah melihat keadaan pendidikan. Di daerah, orang-orang agak sulit berbahasa asing; mulai dari SD sampai sarjana bahasa inggris sekalipun. Sarjana bahasa inggris juga bisa sedikit berbicara inggris tapi untuk menulis kewalahan. Di sisi lain , potensi wisata kita luar biasa.

    Pada 2012 itulah, kami membuat sebuah gerakan pendidikan kerakyatan seharga 40 ribu rupiah. Awalnya, kami menarget kelas unggulan SMA 1 ataupun mahasiswa. Kami uji kemampuannya. Alhamdulillah responnya bagus. Kemudian, inilah yang  terus berkembang  sehingga ada Matematika, Baca Tulis, insya Allah masuk ke Bahasa Arab dan Jerman.

    Whyna: Sampai saat ini, apakah pelajarnya melibatkan sekolah dalam kota saja saja atau atau melibatkan di luar kota juga?

    Jawaban Zulkarnain Patwa:
    Sederhananya begini. Saat ini, pelajar kita ada dari Tanete, Palampang, Menyampa, Bonto Tiro dan ada pernah kita kita yang bina pada 2019 di Bira datang yang secara rutin ke kota Bulukumba untuk belajar di RBB. Mereka menempuh perjalanan sekitar 30 sampai 60 menit.

    Whyna: Bagaimana pelibatan masyarakat?

    Jawaban Zulkarnain Patwa:
    Menurut saya, Dispar Bulukumba mampu membaca hal tersebut sehingga bekerjasama dengan RBB membuka kelas belajar yang melibatkan seluruh masyarakat di kawasan wisata di Bira. Pada 2018, program belajarnya selama 6 bulan. Pada 2019, belajarnya selama 3 bulan.  Rata-rata yang belajar lebih dari 100 orang dan yang lulus sekitar 70 orang tiap tahunnya.

    Bagaimana dengan kemajuannya? Dandi adalah seorang penjaga hotel di Bira. Sekarang ia sudah berada di Bali. Pada 2018, Dandi dan bersama 5 orang rekan-rekanya praktek pidato berbahasa Inggris pada HUT RI di Desa Bira, Darubia dan Tanah Beru. Fajar dan Melia orang merupakan orang warga setempat diberi kesempatan berpidato pada Festival Pinisi.

    dan pada 2019, secara beramai-ramai para pelajar tersebut membawakan teater berbahasa inggris di Festival Pinisi. Kami sebagai pengajar sangat berterima kasih pada Dispar yang memberikan kepercataan sehingga para pelajar mendapatkan panggung besar.

    Whyna: Apa yang menjadi program tahun 2021?

    Jawaban Andi Ayu Cahyani:
    Iya. Untuk pengembangan pariwisata memang membutuhkan strategi khusus. Untuk 2021, walaupun kita masih prioritaskan Bira karena telah menjadi andalan di Sulawesi Selatan tapi kita juga tidak melupakan potensi lain khusususnya di desa-desa. Kita mendorong desa aktif di kegiatan pariwisatanya dengan membentuk kelompok sadar wisata, membentuk Bumdes (Badan Usaha Milik Desa) dengan melibatkan pemuda di desa tersebut.

    Whyna: Selain melibatkan adik-adik, apakah tidak ada keinginan melibatkan masyarakat pesisir?

    Jawaban Zulkarnain Patwa:
    Kehadiran kita di di Suara Panrita Lopi ini untuk memberikan informasi kepada masyarakat Bulukumba dan sekitarnya bahwa Dispar sudah melakukan terobosan yang sangat bagus sekali. Saya berhubungan dengan teman-teman saya di Jawa. Di beberapa tempat semisal di Blitar, tempat dimana Bung Karno dikebumikan, ternyata Disparnya belum mengadakan kegiatan bahasa inggris sementara di sini Dispar telah menjalankannya. Itu luar biasa karena Dispar dan RBB mendidik masyarakat pesisir tersebut tidak jarang disentuh. Terlebih lagi, itu kan kawasan wisata.

    Kalau di kota Bulukumba, kebanyakan pelajarnya adalah anak sekolah.  RBB telah sampai pada tahapan untuk menyatakan bahwa bila Bahasa Inggris pelajar nilainya 8, berhenti saja di RBB. Mengutip inspirasi Pak Habibie bahwa kita menciptakan manusia-manusia yang mempunyai daya saing sehingga Indonesia itu sejajar dengan bangsa-bangsa lainnya. Sumber saya manusia yang paling utama.

    Whyna: Sudah berapa persen dihasilkan dari generasi muda di Bulukumba?

    Jawaban Zulkarnain Patwa:
    Kami tidak tahu jumlah pemuda Bulukumba tapi sepertinya sekitar 0 sekian persen karena jumlah pelajar kami lebih seratus orang saja sekarang ini. Mari kita lirik hal lainnya.

    Agum Wahyudha Jur adalah pelajar yang kami didik selama 2 tahun yaitu pada 2015 sampai 2016 pernah menghadiri pertemuan para pemuda se-dunia yang diaadakan oleh PBB (Perserikatan Bangsa-Bangsa) di Thailand pada 2018. Sekarang satu angkatannya Junila yang telah tamat kuliah di Universitas Hasanuddin saat ini mengikuti sebuah mengikuti program di Bali dan sedang mempersiapkan lanjut kuliah ke Amerika Serikat karena mendapatkan beasiswa.

    Mengenai kwalitas, kami tidak merasa khawatir. Selama pelajar itu fokus dan ditambah dorongan orang tua pelajar dan guru target yang ingin dicapai daoat terpenuhi. Tamat satu buku, lanjut lagi lah.

    Misalnya Zaky, anaknya Andi Ayu. Ia tamat buku Basic English Grammar dan kemudian lanjut buku Fundamentals of English Grammar karya Betty Scrampfer Azar. Buku Fundamentals adalah buku rujukan yag dipakai oleh UGM (Universitas Gadjah Mada) pada 2010 untuk pelajar TOEFL (Test of English as a Forreign Language) sebagai persiapan untuk  lanjut S 2. Zaky itu masih pelajar SMP kelas 2 tapi dia telah menamatkan buku tersebut.  Ia pun telah mengikuti latihan persiapan TOEFL. Jadi, untuk pelajaran Bahasa Inggris SMP, kita anggap ia bisa selesaikan sendiri.

    Whyna: oh! ada pelajar SD dan SMP ya?

    Jawaban Zulkarnain Patwa:
    Ada SD, SMA, mahasiswa dan umum kita layani. Mulai dari tingkat dasar sampai TOEFL, kita fasilitasi. Guru TOEFL kita bernama Leli yang meskipun akan berangkat ke Amerika untuk lanjut kuliah sampai sekarang masih bersedia mendidik TOEFL. Ada beberapa orang master di RBB.

    Whyna: Apakah Anda mengggap Bulukumba  tidak terlalu terkenal pariwisatanya? Dengan pengembangan Bahasa Inggris,  Apakah betul nantinya kemajuan pariwisata itu sendiri?

    Jawaban Andi Zulkarnain Patwa:
    Bulukumba dari generasi ke generasi sudah terkenal. Semenjak kecil saya sudah belajar bahasa inggris bersama ayah saya di Bira. Sekitar 90 sudah terlalu berdialog dengan turis. Itu artinya Bulukumba sudah dikunjungi oleh wisatawan mancanegara.

    Sekarang menjadi persoalan kita adalah bagaimana gerenarasi muda kita mau belajar Bahasa Inggris? Apa yang kita jalankan sekarang ini adalah mendidik para pemuda, termasuk para pegawai Dispar di RBB. Kita fokuskan untuk bisa daily speaking (percakapan sehari hari) agar saat bertemu orang asing, mereka bisa berdialog.

    Kita pun sedang memikirkan bagaimana bahasa yang lain bisa tampil. Saya baru bertemu dengan kawan yang alamnus sastra Jerman dan mau mengajar di RBB. Kami mau menginformasikan pada siapa pun juga yang punya ilmu dan ingin turut menyebarkan ilmunya, silahkan bergabung di RBB.

    Gerakan Bahasa Inggris untuk Wisata yang dilakukan Dispar perlu dikloning oleh desa-desa yang berkenan mengeluarkan sedikit saja dana desanya yang milyaran teharsebut dengan membuka rumah belajar dan memanfaatkan guru-guru dari desanya sendiri. Tentunya  potensi wisata dan sumber daya manusia desa akan dapat lebih cepat berkembang.

    Teman-teman yang semasa saya sekolah yang melihat informasi yang kami sebar di medsos, mereka berminat bergabung. Pemuda pemudi sudah mulai tertarik belajar. Mungkin bahasa inggris itu sudah seperti ‘hantu’ karena sudah terlalu lama kita dibelenggu oleh sebuah sistem. Belajar bahasa inggris itu seperti penjara. Utamanya kelihatannya guru-guru yang  masih muda melakukan kreasi agar bahasa inggris itu lebih ringanlah, tidak terlalu banyak mengurusi grammar (tata bahasa). Bicara saja lah. Senang senang saja lah

    Komentar Andi Ayu Cahyani
    Iya. Saya perlu tambahkan. Saya berbicara sebagai orang tua pelajar juga. Bahwa salah satu alasan kita bekerja sama dengan RBB ini di samping dimotori oleh pemuda yang semangatnya tinggi sekali dalam mengembangkan dan share ilmunya, metode yang dipakai bisa diterima oleh anak yang tidak serius seperti pelajaran di sekolah. Ada permainan, lagu lagu dan lainnya. Itu menarik.

    Memang saat ini kita bekerjasama dengan RBB. Harapannya ke depan, banyak lembaga-lembaga lain yang selama ini sudah bergerak duluan dalam pelatihan bahasa inggris di Bulukumba ini, kita bisa bekerja sama juga khususnya dalam pengembangan  kompetensi SDM para pelaku wisata di Bulukumba ini. Jadi kita tidak menutup pintu bahwa kerjasama hanya untuk RBB tapi semua bisa merapat ke Dispar.

    Whyna: Apakah Dinas pariwisata membantu memperkenalkan RBB?

    Jawaban Andi Ayu Cahyani:
    Selama ini, kalau dibilang membantu, sebetulnya kami yang terbantu dengan adanya RBB. Saling bantu lah. Karena dengan adanya lembaga yang fokus bekerjasama memajukan kepariwisataan, ini sangat bermanfaat bagi Dispar dalam pengembangan SDM dalam menghadapi wisatawan. Jadi selain program yang sudah paten, kegiatan bahasa inggris tiap tahun di Bira.

    Kita juga, misalnya ada mahasiswa magang di Dispar, kita pasti hubungkan juga dengan RBB sehingga bisa sharing (berbagi) ilmu dan pengalaman bagaimana memberikan pelajaran bagi anak anak. Bahkan saat ini ada beasiswa dari RBB untuk teman-teman pemuda yang giat di pariwisata. Mereka telah belajar selama 2 bulan lebih di RBB.

    Whyna: Bagaimana responnya?

    Jawaban Zulkarnain Patwa:
    Mereka masih dalam tahap belajar. Mereka belajar untuk mencintai bahasa. Kalau mengenai ilmunya, saya masih sulit untuk menjelaskan jangka panjangnya tapi mereka sudah lebih baik karena mereka mencoba. Memang bila kita mendidik anak-anak, itu akan lebih lama menjadikan promosi wisata meskipun mereka aman di tingkatan sekolah. Tetapi alangkah lebih cepat jika para pemuda pemudi yang terlibat, terutama yang aktif di dunia pariwisata sehingga mereka membantu memberi informasi pada orang asing. Sedikit-sedikit menulis dalam Bahasa Inggris di medsos sehigga informasi yang mereka sebar bisa dikenal dan ketahui di seluruh dunia. Harapan saya seperti itu.

    Whyna: Seperti apa dampak Pandemi Covid 19 pada kegiatan Dinas Pariwisata?

    Jawaban Andi Ayu Cahyani:
    Sektor Pariwisata dampaknya sangat berat pada program kami. Contohnya di bidang saya. Pada tahun sebelumnya bisa sampai  7 pelatihan tapi tahun ini hanya 3 pelatihan. Itu pun harus memakai protokol covid. Salah satunya yang tidak jadi tahun ini yaitu pelatihan Bahasa Inggris ini karena pelaksanaan Bahasa Inggris itu di luar, mobile. Itu sangat beresiko pada perkembangan covid. Kalau yang lain seperti latihan selam, tetap terlaksana. Katanya, kalau di laut, virus mati.

    Salah satu yang terkena dampak adalah Festival Pinisi yang sudah termasuk 100 wonderful indonesia. Tahun ini kita melakasanakannya di tengah laut. Kita batasi orang-orang yang datang. Bisanya kita mengundang seluruh kabupaten di Sulawesi Selatan, kali ini kita tidak mengundang kabupaten lain. Kita hanya mengundang Dinas Pariwisata Provinsi dan Kementrian Pariwisata.  Penyebarannya kita lakukan melalui video, siaran tunda. Bila live streaming bisa mengundang keramaian.

    Whyna: Apakah ada juga dampak Covid 19 di RBB?

    Jawaban Zulkarnain Patwa:
    Awal awal Covid pada bulan 3, kita tutup. Cuma ada 1 orang saja, Hanifah. Itupun karena kami bertemu orang tuanya yang mengharapkan ada kelas belajar dengan mengunakan standar protokol covid. Dan alhamdulillah, Hanifah sudah hampir selevel dengan anak Andi Ayu.

    Sebenarnya, Bulukumba itu yang pertama kali membuka kelas belajar tatap muka langsung menggunakan standar protokol covid. Informasi dari teman-teman saya di kampung inggris di Pare, Kediri, Jawa Timur, mereka tidak buka. Nanti setelah ada tayangan live Metro TV yang meliput Rumah Belajar, lembaga-lembaga yang lain buka. Kita bukan pahlawan tapi kita melihat ada masalah karena ada tuntutan orang tua pelajar bahwa semakin menurun kwalitas pendidikan. Dan kita buka sampai sekarang.

    Whyna: Closing statement. Mewakili Dinas Pariwisata Bulukumba, apakah harapan Andi Ayu ke depan?

    Jawaban Andi Ayu Cahyani:
    Dengan potensi wisata yang cukup besar, kita berharap agar seluruh lapisan masyarakat mau untuk turut serta pengembangan kepariwisataan, minimal di daerah masing-masing.  Ini tidak lepas dari peran generasi muda.  Yang saya tahu semenjak saya bergabung di Dispar, atensi pemuda untuk pengembangkan pariwisata sangat besar. Terbukti dengan adanya komunitas-komunitas yang terbentuk yang bergerak di bidang kepariwisataan. Keinginan mereka untuk bergerak tentunya tidak lepas dari upaya untuk peningkatan skill mereka. Misal di Bahasa Inggris. Mereka harus yakin bahwa ini tidak hanya digunakan dalam kepariwisataan tapi bahkan sangat bermanfaat ke depan bagi masa depan generasi muda Bulukumba.

    Harapannya, mari generasi muda untuk tidak berhenti meningkatkan skill-nya, bukan hanya bahasa inggris tapi semua skill yang bisa bermanfaat untuk memajukan Kabupaten Bulukumba.

    Whyna: Apa yang diberikan dengan wadah RBB. Apa yang bisa disampaikan pada generasi muda?

    Jawaban Zulkarnain Patwa:
    Kalau harapan saya, sederhana. Banyak intelektual di Bulukumba. Kaum intelektual itu, berkumpullah di desa Anda masing-masing. Kalau misalnya ada bantuan desa, laksanakan. Kalau tidak ada, swadaya saja. Dan kalau pun ada masalah, silahkan berhubungan dengan Rumah Belajar. Anda bisa membuat kegiatan atas nama Rumah Belajar ataupun lembaga yang Anda buat secara mandiri. Atau dibantu oleh rekan rekan Rumah Belajar sampai Anda berpikir mandiri. Saya kira itu bisa.

    Saya memang sangat berharap agar lebih banyak lagi para pemuda yang mau belajar bahasa Inggris. Program di Rumah Belajar ada. Ada yang gratis dan ada yang berbayar. Kalau mau yang gratis, Ada tugas yang harus anda lakukan. Anda harus turut mengiklankan pariwisata Bulukumba. Ini sebagai komitmen kami bekerja sama dengan Dispar yang perlu dicontoh oleh dinas-dinas lain di Indonesia sehingga kemajuan Bahasa Asing lebih cepat berkembang.

    Sekali lagi saya mau bilang, yang berkembang bagus itu, satu di Bali. Masyarakatnya banyak berbahasa Inggris. Kedua di Kampung Inggris di Jatim. Satu desa orang belajar Bahasa Inggris. Ketiga, di Borobudur di Kab. Magelang, Jawa Tengah. Mereka sudah menyediakan berbagai macam bahasa. Keempat, Insya Allah Bulukumba.

    Oh ya. Satu lagi. Kita sangat bersyukur di Bulukumba, anak-anak SD sudah mau belajar bahasa Inggris meskipun di sekolah tidak diajarkan. Memang ada beberapa sekolah tertentu yang mengajarkan bahasa Inggris tapi setelah kami mengecek beberapa sekolah, yang mereka ajarkan baru sekedar pengenalan.

    Pada video-video yang kami sebar, banyak anak-anak sudah praktek bahasa inggris. Bahkan ada seorang anak mampu membuat video sendiri saat liburan. Namanya Afif. Ia menjelaskan bahwa saya ada di makassar, di hotel. Saya berenang dan lainnya. Itu kita kaget menontonnya karena itu bukan PR-nya tapi inisiatifnya. Dan anak itu pernah dibina oleh Dispar Bulukumba pada 2019.

    Satu lagi. Kami membuka ruang bagi rekan-rekan yang mau menulis dalam bahasa asing lainnya. Rumah Belajar telah menyediakan website.

    Whyna: Mungkin alamatnya dimana? Belajarnya tiap hari ya? No teleponnya berapa?

    Jawaban Zulkarnain Patwa:
    Di Jalan Teratai no. 16, Kel. Caile, Kec. Ujung Bulukumba. Kita tidak pasang plang. Cukup lihat saja titik keramain belajar di teratai, itulah dia. Belajar 3 x seminggu; Senin, Rabu, Jum’at atau Selasa, Kamis, Jum’at. Belajar 90 menit. Semisal persiapan komptetisi, kita bisa memberikan kelas tambahan. No telp./Whats Ap:  0821-9632-9864.

    Target kita adalah menjadikan setiap rumah adalah tempat belajar. Terima kasih.

    Zulkarnain Patwa
    Penyadur

  • Dinas Pariwisata Bulukumba Resmi Kerjasama dengan PT. Jasaraharja Putera

    Dinas Pariwisata Bulukumba Resmi Kerjasama dengan PT. Jasaraharja Putera

    Bulukumba – Senin 28 Desember 2020 Dinas Pariwisata resmi melakukan penandatangan Perjanjian Kerja Sama dengan PT. Jasaraharja Putera di Kantor Dinas Pariwisata Kabupaten Bulukumba, jalan Lanto Dg. Pasewang No. 31 Bulukumba.
    Mengacu pada Undang – Undang No. 10 tahun 2009 tentang Kepariwisataan terkait untuk memberikan kenyamanan, keramahan, perlindungan keamanan dan keselamatan kepada pengunjung maka Dinas Pariwisata Kab. Bulukumba melakukan perjanjian kerja sama dengan PT. Jasaraharja Putera tentang Asuransi Public Liability dalam Kawasan Wisata Tanjung Bira Kabupaten Bulukumba Sulawesi Selatan.

     

    Perjanjian kerja sama tersebut merupakan tindak lanjut MoU antara Bupati Bulukumba dengan PT. Asuransi Jasaraharja Putera pada tanggal 04 Februari 2020 tentang Penyelenggaraan Asuransi Pelayanan Umum (Public Liability) Destinasi Wisata di Kabupaten Bulukumba serta persetujuan DPRD Kabupaten Bulukumba dalam Keputusan DPRD Kabupaten Bulukumba No.14/KPTS/DPRD-BK/XII/2020 Tentang Persetujuan Kerja Sama dengan PT. Asuransi Jasaraharja Putera Tentang Asuransi Public Liability Dalam Kawasan Wisata Tanjung Bira Kabupaten Bulukumba Sulawesi Selatan.

     

    Persetujuan DPRD didasari oleh ketentuan dalam peraturan Pasal 34 (1) Peratutan Menteri Dalam Negeri No. 22 Tahun 2020 tentang Kerja Sama Daerah dengan Daerah Lain dan Kerja Sama dengan Pihak ketiga yang menyebutkan bahwa kerja sama yang membebani masyarakat harus disetujui oleh DPRD.
    Perjanjian Kerja Sama tersebut memuat pokok-pokok perjanjian sebagai berikut :
    1. Lokasi Pertanggungan terletak di Kawasan Wisata Tanjung Bira yang meliputi seluruh area tempat wisata daratan maupun perairan mulai dari pintu masuk, Pantai Pasir Putih Bira, Pantai Bara, Titik Nol, Pulau Kambing dan Pulau Liukang Loe.
    2. Premi asuransi dipungut dari pengunjung kawasan wisata sebesar Rp. 1.000,- (seribu rupiah) perorang untuk sekali masuk.
    3. Besarnya dana santunan:
    a. Meninggal dunia karena kecelakaan : Rp. 12.500.000,- (dua belas juta lima ratus ribu rupiah)
    b. Cacat Tetap (max): Rp. 12.500.000,- (dua belas juta lima ratus ribu rupiah)
    c. Biaya Perawatan karena kecelakaan (max) : Rp. 2.500.000,- (dua juta lima ratus ribu rupiah)
    Dengan adanya perjanjian ini yang berlaku efektif tanggal 1 Januari 2021 maka bagi wisatawan yang berkunjung diharapkan untuk menyimpan struk pembayaran selama berada di Kawasan Wisata Tanjung Bira, sebagai bukti pertanggungan yang akan diperlihatkan jika akan melakukan klaim asuransi.

    Andi Ayu Cahyani, SH., MH.
    Kabid Pengembangan Sumber Daya Pariwisata Bukukumba

  • Homestay Training to Develop Tourism Villlages

    Homestay Training to Develop Tourism Villlages

    Bulukumba, RBB (30/11)— Bulukumba Tourism Department is now working on so that villages can develop their respective tourism potential. This is due to residential training that recruits young people who will turn their villages into tourist villages.

    The training was in three days, from November, 24 till 26 in Bira. Andi Aryono, Chief of PPTK (Technical Implementation Officer) revealed the contents of the activity. “The first day was about managing homestays according to ASEAN (Association of Southeast Asian Nations) standards which discussed products, buildings and services. The second day was about the preparation of homestay packages and food and beverage services and practices. The third day of training was about introducing management, collaboration and promotion and homestay marketing,” he explained.

    The participants were able to understand the content of training well. Muhammad Arsyad explained, “I think this is good for refreshing. We get new knowledge and also know how to manage ourselves because this traninng is to build self-confidence. How to manage homestay and build relationships with others”. He then continued that how interesting this training was. “People are taught to think positively. I ever joined training like this. The participants were dominated  by junior high school, high school  graduations. And now, we can see fresh university graduations who have fresh ideas, ”continued Arsyad, who is also  as the Secretary of Bulukumba PHRI (Association of Indonesian Hotel and Restaurant).

    Wandi Salim, the speaker on the third day during the interview session, explained, “homestay is a breakthrough in promoting village improvement in the promotion of Indonesian tourism. He explained the need for standardization so that the development of Human Resources could be more focused by following ASEAN and international standards.”

    According to Wandi, “For the targets in Indonesia, they (Read; Training participants) should understand Sapta Pesona; security, cleanliness, order, beauty and memories. There is no doubt that foreigners can feel that staying in a homestay is the same as staying in a hotel. And it will continue to be developed with tourist attractions—especially Bulukumba—with their unique culture and local wisdom,” explained the Head of South Sulawesi PHRI.

    The advantage of homestay in villages is that it is not the time for the villages to have 5 (five) star hotels so that home stays improve the welfare of the UMKN (Micro, Small and Medium Unit) group. The community can manage their business at home only and can make money. The government certainly reduces unemployment and poverty.

    Furthermore, the success of this training was then closed through a speech from Andi Ayu Cahyani who represented the Head of the Bulukumba Tourism Department, hoping that the material provided could be implemented in each village. Ayu said, “Participants who have home stays who are included are new people in the world of tourism. So far, they only know how to rent out rooms. Now many things can be done. This training really helps homestay owners communicate better with guests to offer packages related to the daily lives of homeowners, ”explained the Head of the Tourism Resources Development Division of the Bulukumba Tourism Department.

    Ayu felt quite optimistic about the opportunities. “We have held home stay training 3 times for the last 2 years,” she said. As a step forward, “We have initiated a Kahayya Village to become a tourist village. And since 2020, we have provided assistance in developing tourist villages for the management of tourist destinations and home stays. So they escort tourism actors,” continued Ayu.

    On the other hand, Aryono added that Tamatto Village has village tourism potential in the form of natural scenery and swimming pools. The village also has a Bumdes (Village Owned Enterprise). For joint progress, “We need awareness from all parties, both from the village and community leaders to improve the community’s economy,” he added.

    Zulkarnain Patwa
    Rumah Belajar Bersama Staff

  • Penutupan Pelatihan Home Stay (Rumah Singgah) untuk Desa Wisata Bulukumba

    Penutupan Pelatihan Home Stay (Rumah Singgah) untuk Desa Wisata Bulukumba

    Bulukumba, RBB (30/11)—Dinas Pariwisata (Dispar) Bulukumba kini sedang mengusahakan agar desa-desa dapat mengembangkan potensi wisata masing-masing. Hal ini karena adanya pelatihan home stay yang merekrut pemuda-pemudi yang akan menjadikan desanya sebagai desa wisata.

    Pelatihan tersebut berjalan selama tiga hari, 24 sampai 26 Nopember di Bira. Andi Aryono,  Ketua PPTK (Pejabat Pelaksana Teknis kegiatan) menyampaikan isi kegiatan. “Hari pertama tentang pengelolaan home stay yang sesuai standar ASEAN (Association of Southeast Asian Nations) yang membahas produk, bangunan pegolaan dan pelayanan. Hari kedua, penyusunan paket home stay dan pelayanan makanan dan minuman dan prakteknya. Hari ketiga pelatihan adalah tentang pengenalan pengolalaan, kolaborasi dan promosi dan pemasaran home stay”, terangnya.

    Para peserta mampu menyerap materi dengan baik. Muhammad Arsyad yang menerangkan, “Saya kira ini bagus untuk merefresh. Kita dapat ilmu baru dan juga how to manage diri sendiri karena semua materi-materinya untuk kepercayaan diri. Bagaimana mengelola home stay dan membangun relasi dengan orang lain”. Ia kemudian melanjutkan bahwa betapa menariknya kegiatan ini dari yang sebelumnya. “Orang diajar berpikir positif. Dulu generasi saya, tamatan SMP, SMA. Dan sekarang itu, ada sarjana yang punya ide-ide segar” lanjut Asyad yang saat ini menjabat sebagai Sektretaris BPC PHRI (Badan Perwakilan Cabang Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia) Bulukumba.

    Wandi Salim yang menjadi pembicara pada hari ketiga saat sesi wawancara menjelaskan bahwa Home stay merupakan terobosan mengangkat peningkatan desa dalam promosi pariwisata Indonesia. Dia menerangkan perlunya standarnisasi sehingga pengembangan SDM (Sumber Daya Manusia) dapat lebih fokus dengan mengikuti standar ASEAN dan Internasional.

    Menurut Wandi, “Untuk target di Indonesia, mereka (Baca; Peserta pelatihan) lebih mengerti Sapta Pesona; keamanan, kebersihan, ketertiban, keindahan dan kenangan. Tidak ada lagi keraguan bila ada orang mancanegara dapat merasakan bahwa tinggal di home stay itu sama dengan tinggal di hotel. Dan akan terus dikembangkan dengan atraksi wisata—khususnya Bulukumba—dengan keunikannya budaya, kearifan lokalnya masing masing“, terang Ketua PHRI Sul-Sel ini.

    Menurutnya, keunggulan home stay di desa yaitu karena daerah belum saatnya memiliki hotel bintang 5 (lima) sehingga home stay meningkatkan kesejahteraan masyarakat golongan UMKN (Unit Micro Kecil Menengah). Masyarakat bisa mengelola usahanya di rumah tinggal saja dan bisa menghasilkan uang. Pemerintah tentunya mengurangi pengangguran dan kemiskinan.

    Selanjutnya, kesuksesan pelatihan ini kemudian ditutup melalui sambutan dari Andi Ayu Cahyani yang mewakili Kepala Dispar Bulukumba mengharapkan bahwa semoga materi yang diberikan dapat diimplementasikan di desa-masing masing. Ayu mengatakan, “Peserta yang memiliki home stay yang diikutkan adalah orang-orang baru di dunia kepariwisataan. Selama ini yang mereka hanya mengenal cara menyewakan kamar. Kini banyak hal yang bisa dilakukan. Pelatihan ini sangat membantu para pemilik home stay berkomunikasi dengan lebih baik dengan para tamu untuk menawarkan paket-paket yang terkait dengan kehidupan sehari-hari pemilik rumah”, terang Kepala Bidang Pengembangan Sumber Daya Pariwisata Dispar Bulukumba ini.

    Ayu merasa cukup optimis dengan peluang desa wisata home stay. “Kita telah mengadakan pelatihan home stay sebanyak 3 kali dalam 2 tahun terakhir ini” katanya. Sebagai sebuah langkah maju, “Desa Kahayya telah kita rintis untuk menjadi desa wisata. Dan sejak tahun 2020 ini, kita telah melakukan pendampingan dalam mengembangkan desa wisata untuk tata kelola destinasi wisata dan home stay. Jadi mereka mengawal pelaku pariwisata”, katanya.

    Di sisi lain, Aryono menambahkan bahwa Desa Tamatto memiliki potensi wisata desa berupa pemandangan alam dan kolam renang. Desanya pun telah mempunyai Bumdes (Badan Usaha Miliki Desa). Untuk kemajuan bersama, “Kita perlu kesadaran semua pihak baik dari desa dan tokoh masyarakat untuk meningkatkan ekonomi masyarakat”, tutupnya.

    Zulkarnain Patwa
    Staf Rumah Belajar Bersama

  • Homestay Management Training for Tourism Villages in Bulukumba

    Homestay Management Training for Tourism Villages in Bulukumba

    Bulukumba, RBB (25/11)–In supporting the progress of tourism, Bulukumba Tourism Department in South Sulawesi, this time conducted Homestay Management Training through Tourism Service Activities, precisely at Anda Hotel in Tanjung Bira, started from November 24 till November 26, 2020.

    The participants are 40 people who are from Kahayya, Tana Toa, Darubia, Tamatto, Bira, Bukit Harapan villages and members of Bulukumba PHRI (Indonesian Hotel and Restaurant Association).

    A short speech from Mr. Junaedi Abdillah who opened Homestay Management Training in Bira.
    Picture taken from Andi Aryono.

    This event was opened by Mr. Junaedi Abdillah–Assistant II representing the Bulukumba District Secretary. In his short speech, Mr. Junaedi really appreciated this Homestay Training by stating that it was expected to be able to provide excellent services to guests and maximize local products in the home stay. For example, in terms of culinary or tour packages. Other development ideas can be continued.

    Mr. Muh. Ali Saleng, as the Head of Bulukumba Tourism Department who was explaining about the importance of Homestay Training.
    Picture taken from Andi Aryono.

    Meanwhile, Mr. Muh. Ali Saleng as Head of the Bulukumba Tourism Department explained the importance of tourism development which was carried out in parallel both physically and non-physically–increasing human resources. Tourism will develop faster if these two things mutually support one another.

    Mrs. Andi Ayu Cahyani, The Head of the Tourism Resources Development Division at Bulukumba Tourism Departement was delivering a short speech as the Committee Chief Report.
    Picture taken from Andi Aryono.

    The same thing was also stated by Mrs. Andi Ayu Cahyani when delivering the Committee Chief Report by saying that the implementation of this homestay training was an effort to improve the competence of human resources of tourism actors with the hope that all were competent in providing tourism services so that the tourists who visited Bulukumba could feel more enjoyable.

    Meanwhile, Mr. Andi Aryono, the Chief of PPTK (Technical Implementation Officer for activities), said, “The quality of the training on the first and second days is explained by Makassar Polytechnic College trainers because they have competence and teaching to homestay participants. And on the third day, the speaker is from South Sulawesi PHRI because PHRI knows well how to manage the home stay.”

    The first step in developing home stay will be implemented in Kahayya Village. “There are 18 people from Kahayya—the largest number of participants.  Frankly, it is because there are 15 to 19 homes willing to make their homes as home stays,” said Aryono. In the future, Bulukumba which has a variety of tourism potentials in various villages can also create manys home stays to increase the attraction of visitors to feel more comfortable traveling.

    Related to the issue of the Corona pandemic terror, the Bulukumba Tourism Department is still able to carry out its training properly by complying with standard health protocols. “From 3 trainings, this is the last training in 2020; Dive Training, and Destiantion Management and Homestay Management “, continued Aryono.

    As additional information, several Pokdarwis (Tourism Awareness group) in Bulukumba have been formed by the The Heads of Villlages. According to Mr. Aryono, “Those Pokdarwis have already existed in Kahayya, Tana Toa, Bukit Harapan and Darubia villages.” Each Head of Villlage who is interested can also make Pokdarwis in their own villages. “Bulukumba Tourism Department will confirm with a Decree for each”, added Mr. Aryono who is also the Head of the Section for Institutional Tourism Relations at Bulukumba Tourism Department.

    Zulkarnain Patwa
    The Staff of Rumah Belajar Bersama

     

  • Bulukumba Raih Juara III pada Duta Wisata Sul-Sel 2020

    Bulukumba Raih Juara III pada Duta Wisata Sul-Sel 2020

    RBB, Bulukumba (14/11)—Nur Aliyah Patwa, Duta Wisata (Duwis) Bulukumba 2020, yang cukup diandalkan untuk meraih juara I pada Duwis Sulawesi-Selatan (Sul-Sel) 2020 harus puas pada posisi ke III. Lomba para Finalis Duwis ini diadakan di Hotel Swiss Bell In Panakukkang, Makassar. (13/2020)

    Aliyah memang telah berhasil menyita perhatian publik melalui talenta daya tarik suaranya dalam menyanyikan beragam lagu dalam Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris. Pada Talent Show, Aliyah sangat berani menyanyikan lagu yang ‘tidak biasa’ yaitu Never Enough dari Loren Allred. Penyanyi Loren Allred sendiri pernah mengatakan bahwa lagu itu mempunyai kesulitan tinggi yang mulai nada yang terendah sampai nada yang  paling tinggi. Namun bagi Aliyah, dia menikmati saja menyanyikannya sebagai pertanda nothing to be worried (tak ada hal yang perlu dikhawatirkan). Alhasil, dia mendapat sambutan tepuk tangan yang meriah dan decak kagum dari para juri dan penonton.

    Adapun kesempatan lainnya yang dia peroleh yaitu pada Gala Dinner dan Ulang Tahun Sul-Sel di Kapal Pinisi. Dia melagukan lagu Indonesia berjudul Mimpi yang merupakan lagu khas (signature song) Anggun. Seperti biasanya, Aliyah tampil memukau.

    Pada pengujian umum tentang wawasan kontemporer di tahapan 6 besar, Aliyah pun mampu menjawab soal juri tentang bidang apa saja yang terdampak pada Covid-19 dengan menyatakan bahwa sektor pariwisata yang sangat terpukul akibat Covid-19. Menurutnya, Bidang Promosi harus mengatur ulang lagi strategi untuk destinasi daya tarik wisata. Covid-19 membuat pembangunan infrastruktur destinasi wisata pun sangat terbatas dan tidak bisa total dikerjakan. Menurut para juri, jawaban Aliyah tepat sasaran sehingga mengantarkannya masuk pada kompetisi terakhir, final.

    Adalah juri dr. g. Andi Rahmatika Dewi, Anggota DPR Provinsi Sul-Sel yang memberikan pertanyaan  tentang bagaimana cara para Duwis mengimplementasikan adat budaya Bugis-Makassar tentang sipakainge, sipakatau dan sipakelebbi.  Pada tingkat ini, Aliyah yang agak fasih melafalkan Bahasa Inggris itu tiba-tiba agak kesulitan untuk mengembangkan gasagannya karena pertanyaannya dalam Bahasa Daerah yang dia belum tahu artinya. Karena jawaban Aliyah kali ini tidak memenuhi target, dia harus puas pada posisi juara III saja.

    “Bagaimana pun juga, saya tetap berterima kasih pada semua pihak dan masyarakat Bulukumba pada khususnya  yang telah memberikan kepercayaan penuh dan dukungan sehingga saya sampai tahapan ini’, ungkap gadis berumur 17 tahun ini. “Saya mohon maaf karena hanya ini yang dapat saya persembahkan buat Bulukumba. Saya akan belajar lebih giat lagi”, lanjut mahasiswa UNM (Universitas Negeri Makasassar) jurusan Manajemen ini yang juga sekaligus olahragawati Taekwondo.

    Sementara itu Nur Wahidah Bakkas Tumengkol, ibu dari Aliyah, mengatakan, “Lomba telah selesai. Kita ucapkan selamat buat semua para juara. Sebagai ibu, yang terpenting adalah Aliyah sudah mampu mengukur kwalitas dirinya sehingga dia lebih tahu apa yang harus dia benahi untuk masa depannya.”

    Nur Aliyah Patwa—Duta Wisata (Duwis) Bulukumba 2020—yang meraih juara III pada Duwis Sul-Sel 2020.
    Sumber Foto: Nur Aliyah Patwa

    Adapun Andi Ayu Cahyani, Kepala Bidang Pengembangan Sumber Daya Pariwisata Bulukumba, yang juga hadir memberi dukungan pada lomba Duwis Bulukumba ini mengatakan “Karena melihat kemampuan dan bakat Aliyah, saya memang berharap lebih. Selain bahasa asing memang sangat penting, bahasa daerah sebagai kekayaan budaya kearifan lokal juga perlu terus diajarkan dan ditumbuh-kembangkan pada generasi kita”, terangnya.

    Terakhir. Dari 24 kabupaten—minus Luwu dan Selayar yang tidak hadir—di Sul-Sel, terdapat 90 orang perserta dari kabupaten masing-masing. 74 orang berhasil lolos seleksi. Hasil final untuk kategori putra; Juara I dari Jeneponto, juara II dari Maros dan Juara III dari Pinrang. Adapun kategori putri; Juara I dari Sindrap, juara II dari Makassar dan juara III dari Bulukumba.

    Zulkarnain Patwa
    Staf Rumah Belajar Bersama

  • Kesuksesan Transplantasi Coral untuk World Tourism Day 2020 di Bulukumba

    Kesuksesan Transplantasi Coral untuk World Tourism Day 2020 di Bulukumba

    Panitia World Tourism day mengadakan final mission (misi terakhir) berupa transplantasi coral (terumbu karang) di Bira. Air laut yang arusnya yang tenang disertai dengan tiupan angin yang bersahabat membuat kegiatan ini berjalan lancar.

    Pada sekitar pukul 10.00 Wita, panitia terlebih dahulu melakukan penyelaman di Bira untuk mengambil fod –besi berbentuk kubah untuk tempat pemasangan terumbu karang—guna dipindahkan ke Ruku-Ruku, tepatnya di dekat replika Pinisi. Hanya 3 (tiga) orang saja divers (penyelam) yang turun ke dasar laut dengan kedalaman 13 meter untuk memasang tali agar panitia yang berada di atas perahu mudah menariknya untuk dinaikkan ke atas perahu. Sekitar 10 menit, misi ini sukses.

    Selanjutnya, perjalanan menuju Ruku-Ruku. Tiba di lokasi, sebuah botol plastik yang telah dipasang sebagai penanda letak Pinisi hilang. Para divers pun harus menyusuri Ruku-Ruku, bersnokeling ke segala arah mencari titiknya. Adalah Birsal, panggilan akrab Muh. Irsal dan Marco, bule sukarelawan, berhasil menemukannya. Intruktur Abdul Rahman, senior diver, dari Warung Bambu turut mengirimkan titik kordinat; 5036.255’ S 120024.947’ E.
    7 orang divers bekerja. 2 Pod tersebut diturunkan. Setelah itu, pembersihan alga pada Pinisi dilakukan dengan menggunakan sikat cuci dan sikat gigi agar coral dapat hinggap dan berkembang di Pinisi. Lalu, secara hati-hati, para divers memasang artifisial coral di Pinisi dan Pod. Terdapat 36 set coral yang terdiri dari soft coral (terumbu karang yang mudah patah) dan hard coral (terumbu karang yang mudah patah) berhasil dipasang.

    Saat misi sedang berlangsung, para panitia pun yang belum pandai menyelam berkesempatan snorkeling untuk melihat segala aktifitas di bawah laut. Air laut yang sangat jernih membuat semua orang yang berenang dapat menikmati pamandangan Pinisi tetap terlihat anggun di bawah laut berpasir putih.

    Setelah transplantasi Coral, panitia yang pandai diving melakukan penyelaman juga. Mereka menyelam di daerah yang ditumbuhi terumbu karang. Ruku-Ruku masih sangat kaya dengan ragam terumbu karang. Pembuktian ini dapat menjadi hipotesa (kesimpulan sementara) bahwa transplantasi karang di Pinisi yang berpasir tanpa karang tersebut dapat sukses di masa akan datang. Terlebih, penetapan Ruku-Ruku sebagai daerah transplantasi coral dilakukan melalui uji laboratorium dan dinyatakan layak.

    Replika Pinisi dan transplantasi coral guna menyambut World Tourism Day 2020 di Bulukumba ini dapat menjadi pengingat kepada dunia untuk melestarikan budaya bahari dan menjaga keseimbangan bawah laut. Bulukumba pun dapat berbangga karena para pemuda-pemudinya dapat turut aktif melakukan pengembangan pariwisata berkelanjutan.

    Zulkarnain Patwa
    Panitia World Tourism Day di Bulukumba
    Anggota Pinis Diving Club

  • Briefing Penanaman Terumbu Karang

    Briefing Penanaman Terumbu Karang

    Bulukumba, RBB (26/09)—Sebelum transplantasi coral (terumbu karang ), panitia World Tourism Day (WTD), khususnya para divers (penyelam) melakukan briefing untuk memudahkan cara memasang coral pada replika layar Pinisi yang telah sukses diletakkan di Ruku-Ruku. Selain itu akan diturunkan juga 2 (dua) buah pod (tempat pemasangan coral) untuk menambah jumlah coral di daerah dekat pinisi.

    Teknik yang digunakan artificial structure (struktur tidak alami) karena dipasang di replika. Adapun jenis coral yang dipasang adalah soft coral (terumbu karang yang mudah patah) dan hard coral (terumbu karang yang tidak mudah patah). Beberapa cara membersihkan coral juga dibahas agar coral yang nantinya telah dipasang tidak mudah terkena penyakit.

    Setelah semuanya jelas, terdapat 7 orang divers yang akan turun menyelam di Ruku-Ruku dengan tugas masing-masing. Harapannya, di masa akan datang, daerah Ruku-Ruku yang mempunyai wilayah berpasir tersebut dapat dikunjungi ragam ikan berwarna warni sehingga spot diving daerah tersebut semakin menarik.

    Zulkarnain Patwa
    Panitia World Tourism Day
    Anggota Pinisi Diving Club