Kategori: Bahasa Inggris

Program dan mata pelajaran Bahasa Inggris dari Rumah Belajar Bersama

  • Re-Tour Academy

    Re-Tour Academy

    Preparing Community-based Tourism in the Coastal Area of Bulukumba to Build Back Tourism in Regenerative Ways

    By Andi Junila Aulia

    Re-tour Academy or Regenerative Tourism Academy is a program that aims to help the youth rebuild their tourism-based community in Bulukumba through a regenerative concept of tourism. This program is established by Team PANRITA from South Sulawesi, Indonesia who successfully secured funds from the YSEALI Small Grant Competition 2021 held by East West Center Hawai’I collaborated with The Maureen and Mike Mansfield Center University of Montana, Missoula, USA.

    The idea of the program itself was first designed out of the team’s own concern for the unsettling tourism in some coastal areas in Bulukumba. Based on their personal experiences, there are quite a number of damaged tourism sites that come as a result of the irresponsible activities of both the locals and the tourists. Also, many coastal areas are polluted with waste, not only from the ones left by the locals and the tourists but also waste brought by the currents. To confirm their hypothesis, the team decided to hold an open discussion with some tourism-based communities as well as expertise and activists in the tourism field.

    At the end of the forum, the team was finally able to draw a conclusion and that was the fact that what they have experienced before is also broadly felt by every parties. In addition, the team also found out that many tourism-based communities turn out to be struggling in maintaining and managing sites to create sustainable tourism. Not to mention, the pandemic has also impacted their irregular income to be even more unstable and they happened to not know how to recover from this situation. Looking at these issues surrounding the tourism-based communities in Bulukumba, the team is motivated to encourage the local youth to make a change among their community by creating Re-Tour Academy program.

    This program has two main agendas. The first one is the Innovation Challenge Day where 5 selected teams will spend 5 days in training and developing their proposed ideas. Only 3 teams will be funded and selected to get to the next phase that is the Accelerator Program. In this specific step, the 3 teams will have 3 months to implement their projects while still receiving intensive training and monthly mentoring. At the end of the program, the 3 teams will be given the opportunity to present the result of their projects to the future potential sponsors and partners. The application will be opened on 17th – 24th August 2021. It will take a big theme, “Preparing Community-based Tourism in the Coastal Area of Bulukumba to Build Back Tourism in Regenerative Ways” with the following sub theme:

    • Creative Economy
    • Educational Programs
    • Social Experiences

    For more information, please kindly check to our social media on IG (@retour_academy) and FB page (retouracademy).

    The program is expected to address the environmental and tourism issues among the tourism sites in Bulukumba and also to support the Sustainable Development Goals (SDGs) particularly SDG point number 8 (Decent Work and Economic Growth), 11 (Sustainable Cities and Communities), 12 (Responsible Consumption and Production), and 13 (Climate Action).

  • My Experience Studying English at Rumah Belajar Bersama

    My Experience Studying English at Rumah Belajar Bersama

    Nama saya Nuraila Islamiyah yang biasa dipanggil Lalla. Saya adalah seorang pelajar kelas 3 SMA (Sekolah Menengah Atas) 1 Bulukumba, Sulawesi-Selatan. Saya akan menceritakan pengalaman belajar di Rumah Belajar Bersama (RBB) yang menurutku sangat luar biasa. Saya sangat senang belajar di sana karena saya mendapatkan pelajaran dan pengalaman yang belum pernah saya dapatkan ditempat lain sebelumnya.

    Saya bertemu dengan pelajar lain yang usianya jauh di bawah saya yaitu Fadel yang masih SMP (Sekolah Menengah Pertama) kelas 1 dan Alo yang masih kelas 6 SD (Sekolah Dasar). Mereka berdua adalah belajar pertama yang saya temui ketika baru masuk di kelas malam Bahasa Inggris bersama dengan teman saya, Zelika.

    Materi awal pembelajaran kami adalah reading dimana kami diharuskan untuk menamatkan buku Question and Answer karya L. G. Alexander beserta latihan soal-soal di dalamnya. Dari sana, saya akhirnya paham bahwa ternyata pelafalan Bahasa Inggris tidak sama seperti apa yang tertulis. Saya tidak  tidak hanya membaca tetapi juga saya berinisiatif dengan mencoba untuk mencari tahu arti dari kisah-kisah dalam buku tersebut untuk menambah pemahaman kosa kata baru.

    Pelajaran tidak berhenti sampai di situ saja. Setelah kami menamatkan buku pertama, buku kedua pun menanti yaitu buku Practice and Progress yang masih karya L. G. Alexander. Ini tentunya lebih rumit dari buku yang pertama. berkat materi reading  ini, perlahan-lahan pronounciation (pengucapan) saya mulai terasah dan makin membaik dari hari demi hari. Buku ini pun berhasil saya tamatkan. Saat ini kami telah memasuki buku ketiga yaitu Developing skills, karya L. G. Alexander. Di cover buku itu tertulis “An Integrated Course. For Intermediate Students”. Artinya kurang lebih adalah sebuah rangkaian yang utuh. Untuk para pelajar tingkat menengah. Luar biasa!

    Tentu saja tidak hanya sekedar membaca, saya juga mengerjakan buku Basic English Grammar karya Betty Schrampfer Azar.  Seperti judulnya buku tersebut berisi dasar-dasar tata Bahasa Inggris yang sangat perlu dipahami. Saya pribadi sangat terbantu dengan buku ini. Saya yang dulunya sekedar asal nulis caption Bahasa Inggris di media sosial atau terkadang modal google translate dan tidak paham strukturnya sama sekali kini akhirnya mengerti dengan baik. ya, berkat buku ini. Tidak terasa, saya berhasil menyelesaikannya dan lanjut ke buku kedua yang berjudul Fundamentals of English Grammar karya Bety Scrampfer Azar yang saat ini masih saya sedang kerjakan.

    Tidak lengkap jika membahas grammar (tata bahasa) tanpa menyinggung pemahaman total pada Tenses. Kami telah mempelajari  verbal tense, nominal tense dan yang terbaru adalah passive voice menggunakan Metode 40 yang dulunya hanya saya lihat di spanduk RBB.

    Menurutku, Metode 40 yang digunakan untuk mempelajari kerumitan tenses ini sangat efektif dan memudahkan pelajar yang tidak hanya menghapal tapi juga perlu benar- benar memahami dasar dasar pembentukan tenses.

    Semakin jauh materi yang kami pelajari, semakin bertambah pula jumlah pelajar kelas malam di RBB. Ada Kak Ulfa, Kak ita, Kak Winie dan Kak Eman yang jauh usianya di atasku. Mereka adalah orang-orang yang berbagi kesulitan bersama dalam menyederhanakan Bahasa Inggris.

    Untuk menguji pemahaman kami, tak tanggung -tanggung Mr. Zulkarnain Patwa (Baca; Mr. Nain), pengajar kami, mendatangkan temannya yang merupakan Ex pengajar SMART International Language Collage, dan pendiri Bamboo Academy di Blitar Jawa Timur. Namanya Miss Tina atau Agustina Dewi untuk menguji kami secara oral (lisan) melalui via zoom/google meet. Itu adalah satu dari pengalaman yang menegangkan yang saya alami di RBB. Usaha belajar saya ternyata tidak sia-sia. Meskipun soalnya berisi jebakan nonprogressive dan certain adjective, Saya berhasil meraih angka 100 dengan tanpa membuat kesalahan. Alhamdulillah!

    Nuraila Islamiyah di Rumah Belajar Bersama yang sedang menghadapi ujian oral (lisan) terhadap perubahan struktur tense dari Agustina Dewi di Blitar, Jawa Timur. Soal-soal dari Kak Tina sangat menantang dan mengasah kecerdasan berpikir.

    Selain diuji secara oral, Di RBB kami juga mendapat tes tertulis yang jumlah soalnya sangat banyak dangan waktu mengerjakan yang singkat. Ini benar -benar menguras otak. Oleh karena itu kami sering mengadakan study club untuk memperdalam pemahaman kami sekaligus latihan untuk persiapan test oral maupun ujian tertulis. Tempatnya pun disesuaikan agar kami nyaman dan tidak mudah bosan. Tempat yang sering kami jadikan markas adalah Amany Café milik temannya Kak Ita. Dan Kak Ita selalu mentraktir teman-teman. Terima kasih ya Kak.

    Perjalanan belajar tidak terhenti sampai di situ. yang menjadi pengalaman paling menyenangkan selama saya di belajar di RBB ini adalah inisiatif RBB yang mempertemukan kami dengan orang -orang hebat lainnya. Kami melakukan pertemuan via online melalui zoom/google meet dengan Miss Cita Denni yang pernah menempuh pendidikan di Jerman. Kami berdiskusi tentang pendidikan, wisata dan budaya di Jerman. Ada juga Miss Nurlaeli Hidayanti yang menempuh pendidikan di Indiana University di Amerika Serikat. Kak Leli juga sekarang ini mengajar pelajar asing untuk bisa berbahasa Indonesia . Kami banyak berdiskusi dengannya tentang pendidikan, pengalaman dan tips belajar Bahasa inggris darinya.

    Nuraila Islamiyah bersama teman-teman kelasnya di kelas Bahasa Inggris.

    Kedepannya,  kami akan terus bertemu dengan orang -orang hebat di luar sana yang penuh inspirasi. Dan saya berharap, kami akan menjadi seperti orang -orang hebat tersebut di masa depan. Terima kasih Rumah Belajar Bersama, Mr. Nain  dan teman -teman atas ilmu dan pengalamannya yang sangat berharga.

    Bersambung . . . 

    Nuraila Islamiyah
    Pelajar Rumah Belajar Bersama

  • Anita Noveria: Dialog Berbahasa Inggris dan Latihan Tense ke Passive

    Anita Noveria: Dialog Berbahasa Inggris dan Latihan Tense ke Passive

    Bulukumba, RBB(25/2) — Dalam mendukung kemajuan berbahasa Inggris, Rumah Belajar Bersama membiasakan diri mengajak para pelajarnya untuk belajar berdiskusi dan latihan soal dengan para intelektual muda Indonesia yang mempunyai pengetahuan yang baik dalam bahasa asing dan juga pernah melakukan kegiatan pendidikan di luar negeri. Acara ini dilakukan melaui zoom atau google meet dan disiarkan secara langsung melalui facebook dari Rumah Belajar Bersama. Karena dibuka secara umum, setiap orang yang ingin bergabung diperbolehkan.

    Pada Senin malam (22/02), pembicara yang menginspirasi yang hadir adalah Anita Noveria yang merupakan alumnus UIN (Universitas Islam Negeri) Alauddin Makassar dan Universitas Hasanuddin (Unhas) Makassar. Sewaktu masih kuliah di UIN Alauddin, ia mewakili kampusnya untuk lomba debat Se-Indonesia di Universitas gadjah Mada Yogyakarta dan setelah menamatkan diri di Unhas, ia adalah salah seorang yang terpilih mengikuti ISERD Konferensi internasional di Korea pada 2018.

    Anita Noveria saat berdiskusi dengan para pelajar dalam bahasa Inggris. (22/02).
    Picture taken from Rumah Belajar Bersama.

    Jenjang dan pengalaman pendidikan tersebut tidaklah membuat Anita enggan untuk berbagi ilmu meskipun pelajarannya masih pada tahapan dasar dasar bahasa asing. Setelah berkenalan dan berbicara beberapa hal dengan bahasa inggris yang fasih, ia berbagi soal quiz berupa 30 soal Tense dan Passive dengan pada tiap orang peserta.

    Seorang pelajar bernama Rafa’atul Mahmudah berhasil mencapai poin 96 dengan 1 (satu) kesalahan. Menurut Ulfa, panggilan akrab Rifa’atul Mahmudah, bahwa kesalahan kecil tersebut ia lakukan karena salah membaca perintah soal. Kalimatnya menyatakan untuk memilih kalimat incorrect (salah) tapi ia membaca correct (benar).

    Setelah itu, Anita kembali berdialog dalam Bahasa Ingris dengan para pelajar dengan memberikan soal-soal oral (lisan) berbahasa Indonesia yang harus dibuat ke dalam bahasa inggris dimana yang menjawab perlu jeli untuk menempatkan strukturnya karena tidak terdapat perintah pada bentuk apa kalimat passive tersebut dibuat. Dan bagi pelajar, mereka mampu menjawab dengan baik karena sebelumnya telah mendapatkan pelatihan demikian. Sayangnya, tidak semua pelajar mendapatkan kesempatan karena diskusi telah berlangsung lebih dari 2 jam dan telah memasuki jam 10 malam dimana seharusnya sudah harus selesai pada jam 9 malam. Tiap pelajar yang sedang berada di Rumah Belajar akan pulang ke rumahnya masing-masing.

    Sebagai penutup, Anita menyampaikan motivasi. Ia menjelaskan bahwa pelajar perlu tahu tujuan bahasa inggris. Lalu, buat pemetaan. Lakukan belajar sesuai hobi, bermain games dan lainnya. Bisa juga mengajar sebagaimana ia lakukan sewaktu masih kuliah di S 1. Jika mau master bahasa inggris, ajarkan pada orang lain. Dan berdiskusi lah dan melatih kepercayaan diri untuk berbicara.

    Sementara itu, sebelum acara ditutup, Andi Ayu Cahyani yang merupakan Kepala Bidang Sumber Daya Pariwisata di Dinas Pariwisata Bulukumba menanyakan perlunya sebuah club untuk melatih speaking (bicara) orang-orang dewasa di Bulukumba. Menurutnya usulan ini telah sampaikan pada Mr. Nain di Rumah Belajar dan ia mengharapkan dapat segera terwujud. Anita menanggapi bahwa club demikian memang sangat perlu dibuat. Ia menambahkan, dirinya juga berasal dari Bulukumba dan akan senang hati untuk turut hadir dalam kegiatan club praktek speaking tersebut bila pulang kampung.

    Sedangkan peserta bernama Nurailah Islamiyah menyampaikan rasa senangnya pertemuan ini dengan mengatakan, “Thank you so much for your questions and lessons. The questions are really difficult but very fun.” Hal ini langsung ditanggapi oleh Anita melalui support dengan mengatakan, “But you can do and anwer my questions.”

    Rencana Pembentukan English Practice Club

    Sehari setelah acara, tepatnya Selasa 23 Februari 2021, Andi Ayu Cahyani dan Andi Aryono dari Dinas Pariwisata Bulukumba dan Zulkarnain Patwa dari Rumah Belajar Bersama menindaklanjuti gagasan di atas. Dari hasil pembicaraan tersebut disepakati sebuah group di WA (WhatsAp) bernama English Practice Club dan mengundang berbagai macam rekan yang ingin mengasah kemampuan berbahasa Inggrisnya. Respon peserta group sangat semarak dimana semuanya langsung berkomentar berbahasa inggris. Ena Surtini mengatakan, “This is an honour that you have invited me in this group. I hope this community is a way to increase our ability to speak English more fluently with English meeting activities direct or discuss by zoom meeting.” Sedangkan Adhy Alfayed mengatakan, “We plan a meeting once a week for pronouniciation practice and conversation.” Moci membalas, “Sounds great!” dan seterusnya. Rencana pertemuan akan diadakan minimal sekali dalam seminggu.

    Study Club untuk Me-review Pelajaran

    Sedangkan beberapa pelajar yang belum meraih nilai maksimal kini telah melakukan 2 kali study club untuk menyelamatkan sesama rekan kelasnya agar mampu lulus ujian dan tidak tereleminasi dari kelas malam di Rumah Belajar Bersama.

    Adalah Rifa’atul Mahmudah (Panggilan; Ulfa) dan Nuraila Ilamiyah (Panggilan; Lalla) yang beriniastif membantu teman temannya dengan mengadakan study club mandiri. Kendala yang ditemukan dalam menghadapi soal yaitu:

    1. Mengartikan kalimat terlebih dahulu padahal cukup memperhatikan strukturnya.
    2. Mereka kaget karena terdapat kalimat passif tanpa objek.
    3. Terdapat kalimat passif tanpa preposisi (kata depan) “by”
    4. Menentukan perubahan kalimat dari aktif ke passif.

    Contoh:
    My father is reading a newspaper in the living room.
    Pilihan:
    A. Newspaper was read by my father.
    B. Newspaper was read by my father in the living room.
    C. Newspaper is being read by my father in the living room.
    D. Newspaper was being read by my father in the living room.

    Menurut Ulfa bahwa teman temannya tahu bahwa itu semua pilihan jawaban kalimat tersebut adalah passive namun mereka kebingunan harus memilih yang mana. Seandainya mereka mengerjakan latihan buku Fundamentals of English Grammar karya Betty Scrampfer Azar, tentu akan mudah menjawabnya karena kalimat aktif present progressive tersebut meminta diubah ke kalimat passive pada present progressive juga. Hal ini akan menguatkan pemahaman karena meskipun terdapat soal modal auxilary yang belum dipelajari, pasti bisa dianalisa.

    Untungnya 2 kali study club yang baru saja mereka laksanakn telah sangat membantu menyelesaikan permasalahan di atas. Pemantapan dilakukan secara terlulis dan oral (lisan) dan ditanya satu persatu oleh Ulfa dan Lalla hingga benar-benar paham struktur secara tuntas dan sanggup menjawab. Munurut Ulfa, rekan-rekanya kini sudah punya kesiapan untuk menghadapi ujian nantinya namun mereka semua masih perlu juga banyak membaca buku berbahasa inggris untuk minimal menambah kosa kata asing sehingga mereka lebih mengerti makna yang membuatnya tidak mudah “terkecoh” dengan soal.

    Zulkarnain Patwa
    Staf Rumah Belajar Bersama

  • Bagaimana Cara Belajar dan Mengajar di Luar Negeri?

    Bagaimana Cara Belajar dan Mengajar di Luar Negeri?

    Bulukumba, RBB (31/1)—Dalam upaya turut mendukung dan memotivasi pelajar Indonesia mengenal lebih jauh manfaat berbahasa Inggris, Rumah Belajar Bersama (RBB) baru baru ini telah 3 x (Tiga kali) mengadakan live (siaran langsung), baik via fb, google meet dan atau zoom. 2 meeting (pertemuan) adalah latihan dan ujian oral (lisan) tense yang mewajibkan pelajar RBB menguasai tense di luar kepala dimana pengujinya adalah Agustina Dewi dari Bamboo Academy, Blitar, Jatim dan 1 meeting tentang Pendidikan di Jerman yang diisi oleh Cita Denni, alumni Europa-Universität Viadrina, Jurusan European Studies di Jerman dan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, Jurusan Hubungan Internasional.

    Nurlaeli Hidayanti saat memberikan pelatihan TOEFL (Test of English As a Foreign Language kepada para pelajar Bulukumba pada 2019.

    Sedangkan pada meeting yang akan dilaksanakan pada Senin, 1 Februari 2021 dari pukul 20.00–21.00 Wita, diskusi berbahasa Inggris akan diisi oleh Nurlaeli Hidayanti. Ia saat ini sabagai Indonesian Intructor di Indiana University, Bloomington. South Asian and ASEAN Studies Program, United Sates. Pendidikan S 1 ia tamatkan di UIN (Universitas Islam Negeri) Alauddin, Makasar dan S 2 di Universitas Hasanuddin, Makassar.

    Nurlaeli Hidayanti yang turut mendukung memajukan pendidikan anak anak daerah dengan mengajarkan Basic English Grammar di Bulukumba pada 2020.

    Leli, panggilan akrab Nurlaeli Hidayanti, akan menginspirasi para pelajar Indonesia yang untuk berpikir bahwa bahasa inggris dapat dimanfaatkan lebih berguna, termasuk bila ingin menjadikan bahasa asing sebagai alat untuk melanjutkan kuliah ke luar negeri. Untuk itu, kita mengangkat tema How to Study and Teach in United States (Bagaimana cara Belajar dan Mengajar di Amerika Serikat).  Kata “Mengajar” dimasukkan karena saat ini Leli sedang mendidik para pelajar asing dari berbagai macam negara untuk belajar berbahasa Indonesia dengan menggunakan penjelasan dalam bahasa Inggris.

    Para peserta meeting nantinya diharapkan dapat menyampaikan berbagai macam pertanyaan agar selain sharing (berbagi) pengetahuan dapat lebih mudah berkembang. Leli yang tipikalnya bersahabat tentu degan senang hati akan menjelaskan pengetahuan dan pengalaman berharganya sehingga target dari tema tersebut dapat tercapai.

    Nurlaeli Hidayanti saat menjadi relawan pengajar dalam mendidik masyarakat kawasan wisata pantai Bira untuk aktif berbahasa Inggris. Saat itu terdapat 3 orang tamu dari Spanyol yang praktek berbahasa Inggris depan para pelajar. Kelas tersebut dipandu oleh Leli.
    Sumber Foto: Nurlaeli Hidayanti pada 2019 di Bira.

    Silahkan gabung di zoom: https://iu.zoom.us/j/83071347659 dengan Meeting ID: 830 7134 7659

    Zulkarnain Patwa
    Staff Rumah Belajar Bersama

  • Mengalihkan Perhatian Ayla dari Games ke Belajar dan Olah Raga

    Mengalihkan Perhatian Ayla dari Games ke Belajar dan Olah Raga

    RBB, Bulukumba(26/1)— Seperti halnya kebanyakan kids zaman now, Nabila Alamanda adalah anak yang selalu ceria dengan games anroid. Betapa pun sangat dibatasi, ia selalu ada trik untuk memegang hp dengan menanti orang tuanya lengah atau tidur. Dengan kecerdikannya itu, jadilah ia seorang gamer.

    Pada 2020, Ayla, panggilan akrab Nabila Alamanda, telah naik kelas 5 SD tapi belum menguasai di luar kepala dasar-dasar perkalian 1 sampai 9 di luar kepala. Ibunya, Fatmawati Patwa, langsung turun tangan memperketat penggunaan anroid dan memberikan kelas tambahan Matematika di rumah. Fatma mengatakan, “3 orang kakaknya sewaktu kelas 1 dan 2 sudah paham perkalian. Ayla akan sulit mengikuti jejak kakak-kakaknya untuk bersekolah di pesantren Gontor bila tidak diberikan pelajaran ekstra. Ujian masuk Gontor itu selain bisa Qur’an, doa-doa harian dan Imla’  (menulis dalam bahasa Arab), matematika dasar harus tuntas. Fatma melanjutkan, “Bahasa Inggris juga sangat penting untuk pergaulan internasionalnya di masa akan datang.”

    Nabila Alamanda bersama rekan-rekannya di kelas Bahasa Inggris di Rumah Belajar Bersama (RBB) pada 2021

    Dengan memanfaatkan situasi Corana dimana sekolah masih tidak buka, Ayla kemudian diintensifkan belajar pagi, sore dan malam di Rumah Belajar Bersama (RBB) untuk mendalami Matematika dan Bahasa Inggris. Dengan pengaturan jadwal yang baik, ia dapat mengikuti  7 sampai 9 kelas belajar dalam seminggu. Sedangkan aktifitas mengajinya, ia tetap melanjutkan pelajarannya di Ustadzah Murni Lehong, guru dimana semua kakak Ayla belajar hingga lulus pesantren ternama tersebut.  Dan untuk lebih  mempermantap, ayah Ayla bernama Ust. Patahuddin, Lc yang merupakan alumnus Al Azhar di Mesir selalu menanyakan di rumah pelajaran yang ia telah pelajari di tempat mengaji dan sekaligus menambahkan ilmu-ilmu agama yang penting ukuran anak-anak.

    Selain seluruh aktifitas di atas, Ayla yang aktif bergerak hobby berolah raga masih menyempatkkan diri mengikuti Karate dengan jadwal latihan 2 x seminggu di Kodim 1411 Bulukumba dan sekitar 3 x seminggu pergi berenang ke laut di daerah pasar Cekkeng atau Bira bersama orang tuanya.

    Latihan Karate Nabila Alamanda di Kodim 1411 Bulukumba, Sul-Sel.

    Kepadatan aktitifas Ayla tersebut cukup efektif mengurangi kegiatannya bermain games di anroid. Sebagai pengalihan perhatian yang lain, pergaulannya bersama anak-anak tetangga ditingkatkan agar dunia bermain semasa ia anak anak tidak hilang.

    Efek dari latihan Karate yang membuat Nabila Alamanda rajin berolah raga di rumahnya.
    Sumber foto: Fatmawati Patwa

    Saat ditanya, “Apakah Ayla enjoy (baca; senang) dengan segala aktivitasnya yang serba padat sekarang ini?”  Ia dengan santai menjawab, “Enjoy lah. Saya suka pergi belajar karena bisa dapat teman baru cuma tidak suka saja kalau soalnya susah-susah. Kalau olah raga, itu kan kesukaanku.  I like go swimming and Karate,” katanya.

    Begitulah desain orang tua Ayla dalam mendidik anak bungsunya agar mendapatkan ilmu yang bermanfaat semasa kecil yang diharapkan dapat menjadi bekal untuk bersekolah di sekolah dan kampus yang berkwalitas nantinya. Terus belajar dan olah raga Ayla. Good luck!

    Zulkarnain Patwa
    Staff Rumah Belajar Bersama

  • Bhs. Inggris: Ujian Oral Tense secara Terbuka Sukses

    Bhs. Inggris: Ujian Oral Tense secara Terbuka Sukses

    Bulukumba, RBB (23/01)–Dalam mempelajari memahami perubahan kalimat berbahasa Inggris, yang terpenting dipelajari adalah adalah tense ( Baca: waktu). Kerumitan dari para pelajar Indonesia memahami tense karena dalam bahasa Indonesia tidak terdapat perubahan kata kerja sementara dalam bahasa Inggris terdapat perubahan kata kerja yang disesuaikan dengan waktu kejadian.

    Untuk memudahkan mengerti grammar (tata bahasa) Inggris, Rumah Belajar Bersama (RBB), khususnya pada kelas di malam hari, kini mewajibkan para pelajarnya untuk menguasai 124 perubahan tense yang disertai nonprogressives dan certain adjectives di luar kepala. Sebagai pembuktian kwalitas, RBB mengundang Agustina Dewi—Pendiri Bamboo Academy di Blitar, Jawa Timur dan juga Ex pengajar SMART International Language Colege di Kampung Inggris Pare, Jawa Timur (salah satu lembaga kursus terbaik di kampung Inggris)—guna memberikan ujian oral (lisan) tense secara online dan secara terbuka dapat disaksikan secara live (siaran langsung) di facebook pada Jum’at, 22 Januari 2021.

    Dari 7 pelajar dikategorikan layak ikut ujian, hanya 6 yang hadir karena seorang dari mereka sakit. Saat ujian, tiap pelajar maju satu persatu diuji dan mendapatkan 5 (lima) soal perubahan tense yang tergolong rumit karena terdapat jebakan pada verbal tense dan nominal tense. Beruntung, mereka telah dibekali latihan banyak soal tulisan dan oral sehingga meskipun nervous (gugup), mereka masih mampu menjawab dengan baik.

    Bagi orang yang mengerti bahasa Inggris dan mengikuti siaran langsung tersebut, sebenarnya tidak semua pelajar mampu menjawab dengan sempurna. 2 (dua) orang masuk dalam jebakan perangkap. Namun setelah Tina mengamati dengan teliti, ia memberikan apresiasi dengan menyatakan bahwa mereka sudah memahami struktur tense dan hanya perlu lebih banyak latihan lagi. Pemantapannya dapat dilakukan pada materi passive ke active ataupun active ke passive. Jadi Tina berkesimpulan bahwa semuanya lulus ujian oral tense. Keputusan tersebut disambut meriah sebagai tanda kebahagiaan bersama meraih kesuksesan setelah melalui proses belajar yang panjang.

    Berikutnya, agar tidak tereliminasi dari RBB, satu tahapan ujian lagi yang mereka harus lalui yaitu ujian tulisan. Bila mereka lulus, materi grammar selanjutnya akan jauh lebih mudah dijelaskan dan dipahami.

    Adapun untuk pengembangan reading (bacaan), para pelajar tersebut telah menamatkan 2 buku L. G. Alexander, penulis dari Inggris, berjudul Question and Answer dan Practice and Proggress.  Dan untuk speaking (berbicara), dalam waktu terdekat ini, tepatnya pada Rabu, 27 Januari 2020. Mereka akan berdialog dengan Cita Denni, seorang rekan RBB yang pernah kuliah di  Europa-Universität Viadrina, Jerman. Para alumnus RBB dapat bergabung. Info selanjutnya akan kita sampaikan di media sosial.

    Zulkarnain Patwa
    Staff Rumah Belajar Bersama

     

  • Pengembangan Bahasa Inggris kepada Pemuda untuk Kemajuan Pariwisata Bulukumba

    Pengembangan Bahasa Inggris kepada Pemuda untuk Kemajuan Pariwisata Bulukumba

    Petikan Diskusi di Radio Suara Panrita Lopi, 4 Desember 2020

    Pembicara
    1. Andi Ayu Cahyani, SH., MH. (Kepala Bidang Pengembangan Sumber Daya Pariwisata Dinas Pariwisata Bulukumba)
    2. Zulkarnain Patwa (Direktur Rumah Belajar Bersama)

    Host/Pesenter
    1. Whyna (Pegawai Suara Panrita Lopi FM Bulukumba)

    Berikut Diskusinya.

    Whyna: Bulukumba dikenal dengan pariwisata, bukan saja di Sulawesi Selatan tapi juga di dunia. Apa yang mendasari mengambil tema pengembangan bahasa dan apa kelebihan Bulukumba itu sendiri?

    Jawaban Andi Ayu Cahyani:
    Kabupaten Bulukumba kaya dengan potensi wisata mulai dari gunung, budaya, laut dan bawah laut sehingga kita punya  tagline Pesona Tanpa Batas. Kami ingin potensi tersebut terkelola dengan baik. siapa lagi yang yang akan mengelola kalau bukan kita? Tentunya SDM (Sumber Daya Manusia) kepariwisataan yang perlu kita tingkatkan sehingga mampu mengelola potensi tersebut.

    Kita memilih tema tersebut karena kita harap ini bisa didengarkan oleh adik-adik pemuda supaya mempunyai keinginan untuk belajar Bahasa Inggris agar dapat membantu pemerintah Bulukumba dalam melakukan pembangunan, khususnya di sektor pariwisata.

    Berangkat dari adanya potensi tersebut, maka sejak 3 (Tiga) tahun terakhir ini, Dinas Pariwisata (Dispar) fokus melakukan pengembangan SDM melalui pelatihan terhadap komunitas dan lembaga yang bergerak di bidang pariwisata. Ada Genpi, Duta Wisata, HPI (Himpunan Pramuwisata Indonesia), Pokdarwis (Kelompok Sadar Wisata) yang ada di desa-desa dan karyawan hotel yang berinteraksi langsung dengan para pengunjung. Nah, itulah semua mendorong kita agar mereka mampu memberikan pelayanan prima.

    Sekaitan dengan tema, sudah cukup banyak wisatawan yang berkunjung ke Bulukumba. Sesuai data, khusus di Bira hampir setiap tahun itu 2.000 orang lebih wisatawan mancanegara. Karena pandemi, wisatawan mancanegara kita hanya sekitar 200 orang lebih.

    Menghadapi banyaknya pengunjung mancanegara ke Bira, kami berupaya melakukan pelatihan Bahasa Inggris selama 3 tahun terakhir ini Dinas Pariwisata bekerjasama dengan RBB (Rumah Belajar Bersama) pada 2018 dan 2019 di Bira. Di 2020, RBB tetap membuka kegiatan belajar bagi anak muda yang ingin mengembangkan skill  (keahlian) bahasa inggrisnya di kota.

    Whyna: Kegiatan apa saja yang telah dilakukan sampai saat ini untuk memperkenalkan pariwisata di Indonesia?

    Jawaban Andi Ayu Cahyani:
    Mereka bergerak di sektor kelembagaannya dimana mereka berada. Misalnya Genpi (Gerakan Pesona Wisata Indonesia) Bulukumba melakukan promosi wisata digital di seluruh indonesia. Sedangkan Pokdarwis di desa-desa yang mempunyai potensi wisata cukup besar membentuk sadar wisata. Demikian halnya juga karyawan dan karyawati hotel tentu tidak bisa kita lepas dari bagaimana mereka berinteraksi langsung dengan pengunjung.

    Bahkan tahun ini kita ada WTD (World Tourism Day) kita melibatkan 16 komunitas pariwisata yang tergabung melakukan kegiatan. Mereka membuat suatu destinasi di bawah laut. Terlaksana pada september 2020

    Whyna: Apa yang menjadi keinginan sehingga ada RBB? Apakah memang perlu ada terobosan di Bulukumba?

    Jawaban Zulkarnain Patwa:
    Awalnya dimulai di tahun 2012 bernama Masse’di. Akhir 2014 bernama RBB. Penggeraknya alumni SMA 1 Bulukumba yang gelisah melihat keadaan pendidikan. Di daerah, orang-orang agak sulit berbahasa asing; mulai dari SD sampai sarjana bahasa inggris sekalipun. Sarjana bahasa inggris juga bisa sedikit berbicara inggris tapi untuk menulis kewalahan. Di sisi lain , potensi wisata kita luar biasa.

    Pada 2012 itulah, kami membuat sebuah gerakan pendidikan kerakyatan seharga 40 ribu rupiah. Awalnya, kami menarget kelas unggulan SMA 1 ataupun mahasiswa. Kami uji kemampuannya. Alhamdulillah responnya bagus. Kemudian, inilah yang  terus berkembang  sehingga ada Matematika, Baca Tulis, insya Allah masuk ke Bahasa Arab dan Jerman.

    Whyna: Sampai saat ini, apakah pelajarnya melibatkan sekolah dalam kota saja saja atau atau melibatkan di luar kota juga?

    Jawaban Zulkarnain Patwa:
    Sederhananya begini. Saat ini, pelajar kita ada dari Tanete, Palampang, Menyampa, Bonto Tiro dan ada pernah kita kita yang bina pada 2019 di Bira datang yang secara rutin ke kota Bulukumba untuk belajar di RBB. Mereka menempuh perjalanan sekitar 30 sampai 60 menit.

    Whyna: Bagaimana pelibatan masyarakat?

    Jawaban Zulkarnain Patwa:
    Menurut saya, Dispar Bulukumba mampu membaca hal tersebut sehingga bekerjasama dengan RBB membuka kelas belajar yang melibatkan seluruh masyarakat di kawasan wisata di Bira. Pada 2018, program belajarnya selama 6 bulan. Pada 2019, belajarnya selama 3 bulan.  Rata-rata yang belajar lebih dari 100 orang dan yang lulus sekitar 70 orang tiap tahunnya.

    Bagaimana dengan kemajuannya? Dandi adalah seorang penjaga hotel di Bira. Sekarang ia sudah berada di Bali. Pada 2018, Dandi dan bersama 5 orang rekan-rekanya praktek pidato berbahasa Inggris pada HUT RI di Desa Bira, Darubia dan Tanah Beru. Fajar dan Melia orang merupakan orang warga setempat diberi kesempatan berpidato pada Festival Pinisi.

    dan pada 2019, secara beramai-ramai para pelajar tersebut membawakan teater berbahasa inggris di Festival Pinisi. Kami sebagai pengajar sangat berterima kasih pada Dispar yang memberikan kepercataan sehingga para pelajar mendapatkan panggung besar.

    Whyna: Apa yang menjadi program tahun 2021?

    Jawaban Andi Ayu Cahyani:
    Iya. Untuk pengembangan pariwisata memang membutuhkan strategi khusus. Untuk 2021, walaupun kita masih prioritaskan Bira karena telah menjadi andalan di Sulawesi Selatan tapi kita juga tidak melupakan potensi lain khusususnya di desa-desa. Kita mendorong desa aktif di kegiatan pariwisatanya dengan membentuk kelompok sadar wisata, membentuk Bumdes (Badan Usaha Milik Desa) dengan melibatkan pemuda di desa tersebut.

    Whyna: Selain melibatkan adik-adik, apakah tidak ada keinginan melibatkan masyarakat pesisir?

    Jawaban Zulkarnain Patwa:
    Kehadiran kita di di Suara Panrita Lopi ini untuk memberikan informasi kepada masyarakat Bulukumba dan sekitarnya bahwa Dispar sudah melakukan terobosan yang sangat bagus sekali. Saya berhubungan dengan teman-teman saya di Jawa. Di beberapa tempat semisal di Blitar, tempat dimana Bung Karno dikebumikan, ternyata Disparnya belum mengadakan kegiatan bahasa inggris sementara di sini Dispar telah menjalankannya. Itu luar biasa karena Dispar dan RBB mendidik masyarakat pesisir tersebut tidak jarang disentuh. Terlebih lagi, itu kan kawasan wisata.

    Kalau di kota Bulukumba, kebanyakan pelajarnya adalah anak sekolah.  RBB telah sampai pada tahapan untuk menyatakan bahwa bila Bahasa Inggris pelajar nilainya 8, berhenti saja di RBB. Mengutip inspirasi Pak Habibie bahwa kita menciptakan manusia-manusia yang mempunyai daya saing sehingga Indonesia itu sejajar dengan bangsa-bangsa lainnya. Sumber saya manusia yang paling utama.

    Whyna: Sudah berapa persen dihasilkan dari generasi muda di Bulukumba?

    Jawaban Zulkarnain Patwa:
    Kami tidak tahu jumlah pemuda Bulukumba tapi sepertinya sekitar 0 sekian persen karena jumlah pelajar kami lebih seratus orang saja sekarang ini. Mari kita lirik hal lainnya.

    Agum Wahyudha Jur adalah pelajar yang kami didik selama 2 tahun yaitu pada 2015 sampai 2016 pernah menghadiri pertemuan para pemuda se-dunia yang diaadakan oleh PBB (Perserikatan Bangsa-Bangsa) di Thailand pada 2018. Sekarang satu angkatannya Junila yang telah tamat kuliah di Universitas Hasanuddin saat ini mengikuti sebuah mengikuti program di Bali dan sedang mempersiapkan lanjut kuliah ke Amerika Serikat karena mendapatkan beasiswa.

    Mengenai kwalitas, kami tidak merasa khawatir. Selama pelajar itu fokus dan ditambah dorongan orang tua pelajar dan guru target yang ingin dicapai daoat terpenuhi. Tamat satu buku, lanjut lagi lah.

    Misalnya Zaky, anaknya Andi Ayu. Ia tamat buku Basic English Grammar dan kemudian lanjut buku Fundamentals of English Grammar karya Betty Scrampfer Azar. Buku Fundamentals adalah buku rujukan yag dipakai oleh UGM (Universitas Gadjah Mada) pada 2010 untuk pelajar TOEFL (Test of English as a Forreign Language) sebagai persiapan untuk  lanjut S 2. Zaky itu masih pelajar SMP kelas 2 tapi dia telah menamatkan buku tersebut.  Ia pun telah mengikuti latihan persiapan TOEFL. Jadi, untuk pelajaran Bahasa Inggris SMP, kita anggap ia bisa selesaikan sendiri.

    Whyna: oh! ada pelajar SD dan SMP ya?

    Jawaban Zulkarnain Patwa:
    Ada SD, SMA, mahasiswa dan umum kita layani. Mulai dari tingkat dasar sampai TOEFL, kita fasilitasi. Guru TOEFL kita bernama Leli yang meskipun akan berangkat ke Amerika untuk lanjut kuliah sampai sekarang masih bersedia mendidik TOEFL. Ada beberapa orang master di RBB.

    Whyna: Apakah Anda mengggap Bulukumba  tidak terlalu terkenal pariwisatanya? Dengan pengembangan Bahasa Inggris,  Apakah betul nantinya kemajuan pariwisata itu sendiri?

    Jawaban Andi Zulkarnain Patwa:
    Bulukumba dari generasi ke generasi sudah terkenal. Semenjak kecil saya sudah belajar bahasa inggris bersama ayah saya di Bira. Sekitar 90 sudah terlalu berdialog dengan turis. Itu artinya Bulukumba sudah dikunjungi oleh wisatawan mancanegara.

    Sekarang menjadi persoalan kita adalah bagaimana gerenarasi muda kita mau belajar Bahasa Inggris? Apa yang kita jalankan sekarang ini adalah mendidik para pemuda, termasuk para pegawai Dispar di RBB. Kita fokuskan untuk bisa daily speaking (percakapan sehari hari) agar saat bertemu orang asing, mereka bisa berdialog.

    Kita pun sedang memikirkan bagaimana bahasa yang lain bisa tampil. Saya baru bertemu dengan kawan yang alamnus sastra Jerman dan mau mengajar di RBB. Kami mau menginformasikan pada siapa pun juga yang punya ilmu dan ingin turut menyebarkan ilmunya, silahkan bergabung di RBB.

    Gerakan Bahasa Inggris untuk Wisata yang dilakukan Dispar perlu dikloning oleh desa-desa yang berkenan mengeluarkan sedikit saja dana desanya yang milyaran teharsebut dengan membuka rumah belajar dan memanfaatkan guru-guru dari desanya sendiri. Tentunya  potensi wisata dan sumber daya manusia desa akan dapat lebih cepat berkembang.

    Teman-teman yang semasa saya sekolah yang melihat informasi yang kami sebar di medsos, mereka berminat bergabung. Pemuda pemudi sudah mulai tertarik belajar. Mungkin bahasa inggris itu sudah seperti ‘hantu’ karena sudah terlalu lama kita dibelenggu oleh sebuah sistem. Belajar bahasa inggris itu seperti penjara. Utamanya kelihatannya guru-guru yang  masih muda melakukan kreasi agar bahasa inggris itu lebih ringanlah, tidak terlalu banyak mengurusi grammar (tata bahasa). Bicara saja lah. Senang senang saja lah

    Komentar Andi Ayu Cahyani
    Iya. Saya perlu tambahkan. Saya berbicara sebagai orang tua pelajar juga. Bahwa salah satu alasan kita bekerja sama dengan RBB ini di samping dimotori oleh pemuda yang semangatnya tinggi sekali dalam mengembangkan dan share ilmunya, metode yang dipakai bisa diterima oleh anak yang tidak serius seperti pelajaran di sekolah. Ada permainan, lagu lagu dan lainnya. Itu menarik.

    Memang saat ini kita bekerjasama dengan RBB. Harapannya ke depan, banyak lembaga-lembaga lain yang selama ini sudah bergerak duluan dalam pelatihan bahasa inggris di Bulukumba ini, kita bisa bekerja sama juga khususnya dalam pengembangan  kompetensi SDM para pelaku wisata di Bulukumba ini. Jadi kita tidak menutup pintu bahwa kerjasama hanya untuk RBB tapi semua bisa merapat ke Dispar.

    Whyna: Apakah Dinas pariwisata membantu memperkenalkan RBB?

    Jawaban Andi Ayu Cahyani:
    Selama ini, kalau dibilang membantu, sebetulnya kami yang terbantu dengan adanya RBB. Saling bantu lah. Karena dengan adanya lembaga yang fokus bekerjasama memajukan kepariwisataan, ini sangat bermanfaat bagi Dispar dalam pengembangan SDM dalam menghadapi wisatawan. Jadi selain program yang sudah paten, kegiatan bahasa inggris tiap tahun di Bira.

    Kita juga, misalnya ada mahasiswa magang di Dispar, kita pasti hubungkan juga dengan RBB sehingga bisa sharing (berbagi) ilmu dan pengalaman bagaimana memberikan pelajaran bagi anak anak. Bahkan saat ini ada beasiswa dari RBB untuk teman-teman pemuda yang giat di pariwisata. Mereka telah belajar selama 2 bulan lebih di RBB.

    Whyna: Bagaimana responnya?

    Jawaban Zulkarnain Patwa:
    Mereka masih dalam tahap belajar. Mereka belajar untuk mencintai bahasa. Kalau mengenai ilmunya, saya masih sulit untuk menjelaskan jangka panjangnya tapi mereka sudah lebih baik karena mereka mencoba. Memang bila kita mendidik anak-anak, itu akan lebih lama menjadikan promosi wisata meskipun mereka aman di tingkatan sekolah. Tetapi alangkah lebih cepat jika para pemuda pemudi yang terlibat, terutama yang aktif di dunia pariwisata sehingga mereka membantu memberi informasi pada orang asing. Sedikit-sedikit menulis dalam Bahasa Inggris di medsos sehigga informasi yang mereka sebar bisa dikenal dan ketahui di seluruh dunia. Harapan saya seperti itu.

    Whyna: Seperti apa dampak Pandemi Covid 19 pada kegiatan Dinas Pariwisata?

    Jawaban Andi Ayu Cahyani:
    Sektor Pariwisata dampaknya sangat berat pada program kami. Contohnya di bidang saya. Pada tahun sebelumnya bisa sampai  7 pelatihan tapi tahun ini hanya 3 pelatihan. Itu pun harus memakai protokol covid. Salah satunya yang tidak jadi tahun ini yaitu pelatihan Bahasa Inggris ini karena pelaksanaan Bahasa Inggris itu di luar, mobile. Itu sangat beresiko pada perkembangan covid. Kalau yang lain seperti latihan selam, tetap terlaksana. Katanya, kalau di laut, virus mati.

    Salah satu yang terkena dampak adalah Festival Pinisi yang sudah termasuk 100 wonderful indonesia. Tahun ini kita melakasanakannya di tengah laut. Kita batasi orang-orang yang datang. Bisanya kita mengundang seluruh kabupaten di Sulawesi Selatan, kali ini kita tidak mengundang kabupaten lain. Kita hanya mengundang Dinas Pariwisata Provinsi dan Kementrian Pariwisata.  Penyebarannya kita lakukan melalui video, siaran tunda. Bila live streaming bisa mengundang keramaian.

    Whyna: Apakah ada juga dampak Covid 19 di RBB?

    Jawaban Zulkarnain Patwa:
    Awal awal Covid pada bulan 3, kita tutup. Cuma ada 1 orang saja, Hanifah. Itupun karena kami bertemu orang tuanya yang mengharapkan ada kelas belajar dengan mengunakan standar protokol covid. Dan alhamdulillah, Hanifah sudah hampir selevel dengan anak Andi Ayu.

    Sebenarnya, Bulukumba itu yang pertama kali membuka kelas belajar tatap muka langsung menggunakan standar protokol covid. Informasi dari teman-teman saya di kampung inggris di Pare, Kediri, Jawa Timur, mereka tidak buka. Nanti setelah ada tayangan live Metro TV yang meliput Rumah Belajar, lembaga-lembaga yang lain buka. Kita bukan pahlawan tapi kita melihat ada masalah karena ada tuntutan orang tua pelajar bahwa semakin menurun kwalitas pendidikan. Dan kita buka sampai sekarang.

    Whyna: Closing statement. Mewakili Dinas Pariwisata Bulukumba, apakah harapan Andi Ayu ke depan?

    Jawaban Andi Ayu Cahyani:
    Dengan potensi wisata yang cukup besar, kita berharap agar seluruh lapisan masyarakat mau untuk turut serta pengembangan kepariwisataan, minimal di daerah masing-masing.  Ini tidak lepas dari peran generasi muda.  Yang saya tahu semenjak saya bergabung di Dispar, atensi pemuda untuk pengembangkan pariwisata sangat besar. Terbukti dengan adanya komunitas-komunitas yang terbentuk yang bergerak di bidang kepariwisataan. Keinginan mereka untuk bergerak tentunya tidak lepas dari upaya untuk peningkatan skill mereka. Misal di Bahasa Inggris. Mereka harus yakin bahwa ini tidak hanya digunakan dalam kepariwisataan tapi bahkan sangat bermanfaat ke depan bagi masa depan generasi muda Bulukumba.

    Harapannya, mari generasi muda untuk tidak berhenti meningkatkan skill-nya, bukan hanya bahasa inggris tapi semua skill yang bisa bermanfaat untuk memajukan Kabupaten Bulukumba.

    Whyna: Apa yang diberikan dengan wadah RBB. Apa yang bisa disampaikan pada generasi muda?

    Jawaban Zulkarnain Patwa:
    Kalau harapan saya, sederhana. Banyak intelektual di Bulukumba. Kaum intelektual itu, berkumpullah di desa Anda masing-masing. Kalau misalnya ada bantuan desa, laksanakan. Kalau tidak ada, swadaya saja. Dan kalau pun ada masalah, silahkan berhubungan dengan Rumah Belajar. Anda bisa membuat kegiatan atas nama Rumah Belajar ataupun lembaga yang Anda buat secara mandiri. Atau dibantu oleh rekan rekan Rumah Belajar sampai Anda berpikir mandiri. Saya kira itu bisa.

    Saya memang sangat berharap agar lebih banyak lagi para pemuda yang mau belajar bahasa Inggris. Program di Rumah Belajar ada. Ada yang gratis dan ada yang berbayar. Kalau mau yang gratis, Ada tugas yang harus anda lakukan. Anda harus turut mengiklankan pariwisata Bulukumba. Ini sebagai komitmen kami bekerja sama dengan Dispar yang perlu dicontoh oleh dinas-dinas lain di Indonesia sehingga kemajuan Bahasa Asing lebih cepat berkembang.

    Sekali lagi saya mau bilang, yang berkembang bagus itu, satu di Bali. Masyarakatnya banyak berbahasa Inggris. Kedua di Kampung Inggris di Jatim. Satu desa orang belajar Bahasa Inggris. Ketiga, di Borobudur di Kab. Magelang, Jawa Tengah. Mereka sudah menyediakan berbagai macam bahasa. Keempat, Insya Allah Bulukumba.

    Oh ya. Satu lagi. Kita sangat bersyukur di Bulukumba, anak-anak SD sudah mau belajar bahasa Inggris meskipun di sekolah tidak diajarkan. Memang ada beberapa sekolah tertentu yang mengajarkan bahasa Inggris tapi setelah kami mengecek beberapa sekolah, yang mereka ajarkan baru sekedar pengenalan.

    Pada video-video yang kami sebar, banyak anak-anak sudah praktek bahasa inggris. Bahkan ada seorang anak mampu membuat video sendiri saat liburan. Namanya Afif. Ia menjelaskan bahwa saya ada di makassar, di hotel. Saya berenang dan lainnya. Itu kita kaget menontonnya karena itu bukan PR-nya tapi inisiatifnya. Dan anak itu pernah dibina oleh Dispar Bulukumba pada 2019.

    Satu lagi. Kami membuka ruang bagi rekan-rekan yang mau menulis dalam bahasa asing lainnya. Rumah Belajar telah menyediakan website.

    Whyna: Mungkin alamatnya dimana? Belajarnya tiap hari ya? No teleponnya berapa?

    Jawaban Zulkarnain Patwa:
    Di Jalan Teratai no. 16, Kel. Caile, Kec. Ujung Bulukumba. Kita tidak pasang plang. Cukup lihat saja titik keramain belajar di teratai, itulah dia. Belajar 3 x seminggu; Senin, Rabu, Jum’at atau Selasa, Kamis, Jum’at. Belajar 90 menit. Semisal persiapan komptetisi, kita bisa memberikan kelas tambahan. No telp./Whats Ap:  0821-9632-9864.

    Target kita adalah menjadikan setiap rumah adalah tempat belajar. Terima kasih.

    Zulkarnain Patwa
    Penyadur

  • Homestay Training to Develop Tourism Villlages

    Homestay Training to Develop Tourism Villlages

    Bulukumba, RBB (30/11)— Bulukumba Tourism Department is now working on so that villages can develop their respective tourism potential. This is due to residential training that recruits young people who will turn their villages into tourist villages.

    The training was in three days, from November, 24 till 26 in Bira. Andi Aryono, Chief of PPTK (Technical Implementation Officer) revealed the contents of the activity. “The first day was about managing homestays according to ASEAN (Association of Southeast Asian Nations) standards which discussed products, buildings and services. The second day was about the preparation of homestay packages and food and beverage services and practices. The third day of training was about introducing management, collaboration and promotion and homestay marketing,” he explained.

    The participants were able to understand the content of training well. Muhammad Arsyad explained, “I think this is good for refreshing. We get new knowledge and also know how to manage ourselves because this traninng is to build self-confidence. How to manage homestay and build relationships with others”. He then continued that how interesting this training was. “People are taught to think positively. I ever joined training like this. The participants were dominated  by junior high school, high school  graduations. And now, we can see fresh university graduations who have fresh ideas, ”continued Arsyad, who is also  as the Secretary of Bulukumba PHRI (Association of Indonesian Hotel and Restaurant).

    Wandi Salim, the speaker on the third day during the interview session, explained, “homestay is a breakthrough in promoting village improvement in the promotion of Indonesian tourism. He explained the need for standardization so that the development of Human Resources could be more focused by following ASEAN and international standards.”

    According to Wandi, “For the targets in Indonesia, they (Read; Training participants) should understand Sapta Pesona; security, cleanliness, order, beauty and memories. There is no doubt that foreigners can feel that staying in a homestay is the same as staying in a hotel. And it will continue to be developed with tourist attractions—especially Bulukumba—with their unique culture and local wisdom,” explained the Head of South Sulawesi PHRI.

    The advantage of homestay in villages is that it is not the time for the villages to have 5 (five) star hotels so that home stays improve the welfare of the UMKN (Micro, Small and Medium Unit) group. The community can manage their business at home only and can make money. The government certainly reduces unemployment and poverty.

    Furthermore, the success of this training was then closed through a speech from Andi Ayu Cahyani who represented the Head of the Bulukumba Tourism Department, hoping that the material provided could be implemented in each village. Ayu said, “Participants who have home stays who are included are new people in the world of tourism. So far, they only know how to rent out rooms. Now many things can be done. This training really helps homestay owners communicate better with guests to offer packages related to the daily lives of homeowners, ”explained the Head of the Tourism Resources Development Division of the Bulukumba Tourism Department.

    Ayu felt quite optimistic about the opportunities. “We have held home stay training 3 times for the last 2 years,” she said. As a step forward, “We have initiated a Kahayya Village to become a tourist village. And since 2020, we have provided assistance in developing tourist villages for the management of tourist destinations and home stays. So they escort tourism actors,” continued Ayu.

    On the other hand, Aryono added that Tamatto Village has village tourism potential in the form of natural scenery and swimming pools. The village also has a Bumdes (Village Owned Enterprise). For joint progress, “We need awareness from all parties, both from the village and community leaders to improve the community’s economy,” he added.

    Zulkarnain Patwa
    Rumah Belajar Bersama Staff

  • Homestay Management Training for Tourism Villages in Bulukumba

    Homestay Management Training for Tourism Villages in Bulukumba

    Bulukumba, RBB (25/11)–In supporting the progress of tourism, Bulukumba Tourism Department in South Sulawesi, this time conducted Homestay Management Training through Tourism Service Activities, precisely at Anda Hotel in Tanjung Bira, started from November 24 till November 26, 2020.

    The participants are 40 people who are from Kahayya, Tana Toa, Darubia, Tamatto, Bira, Bukit Harapan villages and members of Bulukumba PHRI (Indonesian Hotel and Restaurant Association).

    A short speech from Mr. Junaedi Abdillah who opened Homestay Management Training in Bira.
    Picture taken from Andi Aryono.

    This event was opened by Mr. Junaedi Abdillah–Assistant II representing the Bulukumba District Secretary. In his short speech, Mr. Junaedi really appreciated this Homestay Training by stating that it was expected to be able to provide excellent services to guests and maximize local products in the home stay. For example, in terms of culinary or tour packages. Other development ideas can be continued.

    Mr. Muh. Ali Saleng, as the Head of Bulukumba Tourism Department who was explaining about the importance of Homestay Training.
    Picture taken from Andi Aryono.

    Meanwhile, Mr. Muh. Ali Saleng as Head of the Bulukumba Tourism Department explained the importance of tourism development which was carried out in parallel both physically and non-physically–increasing human resources. Tourism will develop faster if these two things mutually support one another.

    Mrs. Andi Ayu Cahyani, The Head of the Tourism Resources Development Division at Bulukumba Tourism Departement was delivering a short speech as the Committee Chief Report.
    Picture taken from Andi Aryono.

    The same thing was also stated by Mrs. Andi Ayu Cahyani when delivering the Committee Chief Report by saying that the implementation of this homestay training was an effort to improve the competence of human resources of tourism actors with the hope that all were competent in providing tourism services so that the tourists who visited Bulukumba could feel more enjoyable.

    Meanwhile, Mr. Andi Aryono, the Chief of PPTK (Technical Implementation Officer for activities), said, “The quality of the training on the first and second days is explained by Makassar Polytechnic College trainers because they have competence and teaching to homestay participants. And on the third day, the speaker is from South Sulawesi PHRI because PHRI knows well how to manage the home stay.”

    The first step in developing home stay will be implemented in Kahayya Village. “There are 18 people from Kahayya—the largest number of participants.  Frankly, it is because there are 15 to 19 homes willing to make their homes as home stays,” said Aryono. In the future, Bulukumba which has a variety of tourism potentials in various villages can also create manys home stays to increase the attraction of visitors to feel more comfortable traveling.

    Related to the issue of the Corona pandemic terror, the Bulukumba Tourism Department is still able to carry out its training properly by complying with standard health protocols. “From 3 trainings, this is the last training in 2020; Dive Training, and Destiantion Management and Homestay Management “, continued Aryono.

    As additional information, several Pokdarwis (Tourism Awareness group) in Bulukumba have been formed by the The Heads of Villlages. According to Mr. Aryono, “Those Pokdarwis have already existed in Kahayya, Tana Toa, Bukit Harapan and Darubia villages.” Each Head of Villlage who is interested can also make Pokdarwis in their own villages. “Bulukumba Tourism Department will confirm with a Decree for each”, added Mr. Aryono who is also the Head of the Section for Institutional Tourism Relations at Bulukumba Tourism Department.

    Zulkarnain Patwa
    The Staff of Rumah Belajar Bersama

     

  • Kecerdasan Super Anak pada Ibunya

    Kecerdasan Super Anak pada Ibunya

    Bulukumba, RBB (29/8)—B. J. Habibie pernah menyampaikan bahwa super intelligent sofware (Perangkat lunak kecerdasan yang luar biasa) pada anak ada pada ibu. Seorang anak kelas 3 di SMP 4 Matekko bernama Andi Zaky Diryananda adalah satu-satunya anak remaja yang telah menamatkan buku Basic English Grammar dan Fundamentals of English Grammar karya Betty Scampfer Azar di Bulukumba. Dari bekal handal tersebut, Zaky mendapatkan “ticket” pelatihan basic TOEFL (Test of English as a Foriegn Language)—Sebuah pengantar  bila suatu saat ia ingin kuliah di kampus ternama atau sekolah ke luar negeri.

    Dari mana kemampuan anak 14 tahun ini?  Mari kita telusuri super intelligent sofware-nya. Andi Ayu Cahyani yang merancang anaknya ini memberi pengantar, “Tipe Zaky itu lebih gampang menerima pelajaran dalam situasi yang agak santai. Ia tidak suka pelajaran yang begitu serius seperti belajar di sekolah. Bila di tempat kursus serius lagi, kan membosankan. Saya putuskan untuk memilih lembaga yang mempunyai metode belajar yang yang tidak monoton, ada permainan dan rileks”, katanya.

    Langkah yang cerdas dari Ayu ini bukan tanpa masalah. “Awalnya Zaky agak malas. Saya memberi pertimbangan pentingnya belajar Bahasa Inggris.  Dia dan anak seumurannya suka main game yang kosa katanya rata-rata berbahasa Inggris. Nah, saya agak lebih mudah mempengaruhi pikirannya bagaimana pentingnya untuk belajar Inggris.” Zaky bergabung di Rumah Belajar dan sukses menyelesaikan buku tebal Basic English Grammar dalam 7 bulan.

    Pada perjalanan menuntaskan buku Fundamentals of English Grammar dan basic TOEFL, Zaky membutuhkan energi lebih ekstra. Ia dihadapkan pada kumpulan soal-soal grammar, listening and reading yang jauh lebih rumit. Kosa katanya pun aneh-aneh dan jarang digunakan dalam pergaulan sehari-hari. Ragam soal-soal tersebut memang menciptakan tantangan tersendiri tapi siapapun juga yang selalu bertemu dengan rutinitas, kebosanan pasti datang mendera juga. Hal ini pun terjadi pada anak remaja seperti dirinya.

    Di sini lah peran ibu yang selalu hadir mendampingi. “Saya mendorong bahwa Bhs. English mendukung masa depannya dan bisa survive di mana saja”, terang Ayu. Selangkah lebih maju,  “Saya pahamkan bahwa Bhs. Inggris itu kebutuhan, bukan kewajiban. Dalam sebulan, satu dua kali saya bolehkan tidak pergi. Kalau saya sudah capek membujuk, saya sedikit memaksa juga”, lanjutnya.  Ibunya selalu mencari cara agar ia mau berangkat karena ibunya yakin bahwa bila ia sudah berada di kelas, ia larut dalam pembelajaran dan enjoy (baca: menikmati)”. Karena itu, Zaky mampu lalui tahapan sulit dengan sangat baik.

    Pembuktian kemajuan belajar Zaky dapat dilihat dari pengalaman. “Alhamdulilllah, kalau ada pekerjaan saya di Bira, Zaky sering ikut dan berbicara dengan turis mancanegara. Rumah belajar sering juga mengundang tamu mancanegara yang membuatnya mudah berinteraksi langsung dengan orang asing. Selain itu, ia pun biasa praktek sesama pelajar”, terang Ayu yang juga menjabat sebagai kepala Bidang Pengembangan Sumber Daya Pariwisata, Dinas Pariwisata Bulukumba.

    Adapun mengenai pelajaran sekolahnya, “Saya sering mengevaluasi buku-bukunya. Saya lihat hasil pemeriksaan gurunya, rata-rata tinggi. Komentar guru Bhs. Inggrisnya, “Excelent.” Rata-rata nilainya 90 ke atas. Kursus Bhs. Inggris sangat bagus menunjang pembelajarannya di sekolah”, ugkap ibunya.

    Proses penamatan buku Fundamentals of English Grammar karya Betty Scrampfer Azar. Buku ini menjadi panduan Universitas Gadjah Mada untuk pelatihan TOEFL bagi calon mahasiswa S 2 pada tahun 2000.

    Dari pengalaman Bu Ayu dan Zaky ini, orang tua dan pelajar sebenarnya tidak perlu takut lagi pada Bhs. Inggris. Sebagai motivasi, Ayu memberi pesan, “Pelajari karakter anak kita. Dimana dia tertarik, di situ kita masuk untuk mempengaruhi keinginannya untuk belajar, termasuk Bahasa Inggris”, tutupnya.

    * Disadur dari petikan wawancara pada 25 Agustus 2020 di kantor Dinas Pariwisata Bulukumba.

    Zulkarnain Patwa
    Staf Rumah Belajar Bersama