Kelemahan itu dapat dijadikan kekuatan dengan cara membenahi kelemahan. Para pelajar sekolah yang kami temui kebanyakan masih sangat malu untuk mengekspresikan pendapatnya secara resmi di depan kelas Takkala diminta untuk berpendapat, mereka biasanya salin menunjuk orang lain untuk berbicara atau hanya terdiam hingga pertanyaan itu berlalu. Masalah klasik ini sering kita temui dari pelajar SD, SMP dan SMA.
Di Kampung Belajar, Mr. Ancha (Pocha Pocha) pengajar kelas Reading (Membaca) kewalahan mengajak para pelajarnya untuk berkomunikasi langsung dalam Bahasa Inggris meskipun pelajar tersebut telah membaca buku lumayan banyak. Ia pun mengambil inisiatif dengan meminta agar tiap pelajar mengekspresikan gagasannya dalam bentuk tulisan didahului dengan pengajaran cara cara membuat tulisan sederhana dan berkesan. Suasana pun mejadi semarak. Mereka ternyata masing-masing punya pengalaman berharga yang dituangkan dalam tulisan. Mr. Ancha membantu menerjemahkan ke dalam Bahasa Inggris yang kemudian dibuat dalam bentuk interaksi d dimana dua orang berpasangan saling bercerita. Pada tahap ini, teks tidak dipakai lagi. Tidaklah sulit untuk menghapal teks karena semuanya berdasar.pada pengalamannya.
Strategi ini cukup sukses. Pada akhir Minggu pertama, empat orang pelajar telah berhasil membuat rekaman obrolan dalam Bahasa Inggris. Dan memasuki minggu kedua ini, tiga orang pun mampu melakukan hal yang sama Setiap pelajar tidak ingin tertinggal. Mereka telah menemukan cara untuk mengekspresikan gagasan dan sekaligus berbahasa Inggris. Suatu tanda bahwa bahasa Inggris itu pelajaran yang dapat dinikmati dan membangun kepercayaan diri dalam berkomunikasi.
Capaian ini tentu tidak hanya berhenti sampai di sini saja. Kita pun telah mendeteksi kelemahan yang paling mendasar yaitu grammar (tata bahasa). Kemampuan membaca teks dan pola komunikasi yang berkelas hingga sesuai standar akademik sangat besar dipengaruhi oleh grammar. Mr. Agung Pratama Salassa masih sedang berjuang membuat para pelajar tersebut mampu menganalisa soal soal latihan. Dari kesanggupan menjawab latihan tersebut, perlahan tapi pasti, kita telah menanamkan kepercayaan bahwa grammar itu tidak sulit.
Kelemahan pada Basic Grammar tersebut dapat dituntaskan dengan pemahaman tenses luar kepala. 180 jam belajar dengan 120 pertemuan adalah waktu yang cukup luang untuk menuntaskan tenses. Untuk mencapai target tersebut, semua guru di Rumah Belajar Bersama saling bahu membahu melakukan riview materi agar tenses tuntas maksimal tepat program Kampung Belajar ini selesai pada 9 Januari 2025.
Sebenarnya ada beberapa target lagi yang ingin dijelaskan cuma karena penulis sudah agak mengantuk, lain kali dilanjutkan lagi. Menulis saat mengantuk itu juga tanda kelemahan. Jadi perlu istirahat untuk menghimpun tenaga agar pikiran dan fisik kembali kuat. Semoga nanti berlanjut
Zulkarnain Patwa
* Pemerhati Pendidikan
Foto pada Senin, 22 Desember 2025.

Tinggalkan Balasan