Segera setelah Pelatihan Pemandu Selam Dinas Pariwisata Bulukumba ditutup, para peserta dari Pinisi Diving Club (PDC) berkumpul untuk mengevaluasi kemampuan diving masing-masing sambil berdialog dan kemudian mengusulkan bahwa pengalaman berharga pelatihan ini adalah bekal yang utama untuk turut terlibat dalam mengembangkan potensi wisata bawah laut Bira.
Lahirlah ide dalam Merekayasa Spot (tempat/titik) Diving. Memasang beragam barang bekas kendaraan di dasar laut berupa sepeda, Motor roda 2, motor roda 3, mobil dan lainnya pada kedalaman 5 Meter. Darmawan Didit Didoot, guru menyelam kami yang juga sempat hadir pada pertemuan informal ini, menyarankan kedalaman 10 meter. Ia menjelaskan bahwa pada kedalaman tersebut, barang bekas tidak terpengaruh oleh surutnya air laut sehingga nantinya akan dipenuhi oleh terumbu karang. Bila karang muncul ke permukaan laut, karang akan mati. Tiap perahu pun yang lewat pun tidak akan terganggu. Selain itu, ini titik yang aman bagi seluruh penyelam pemula (open water). Dan bagi tingkat advance, mereka juga dapat lebih mudah memandu dan mengawasi divers (para penyelam) tingkat open water.
Diskusi berlanjut. Anggota PDC berencana menyumbangkan sepeda. Seorang peserta menawarkan perahunya dipakai secara gratis, termasuk bersedia membuat rompong untuk mempermudah barang yang agak berat seperti mobil untuk diangkut di laut. Seorang lagi berkenan menyiapkan kompressor bila kondisi terburuk terjadi. Dinas Pariwisata (Dispar) Bulukumba berencana menyumbangkan motor roda 3—sangat baik untuk dipakai berfoto selfie. Terdapat usulan agar mobil bekas tidak bertuan sitaan Polantas (Polisi Lalu Lintas) dilobi oleh Dinas Pariwisata Bulukumba. Andi Ayu Cahyani berkenan menindaklanjuti usulan ini ke Kadis (Kepala Dinas) Pariwisata. Orang-orang yang ingin barang bekas tidak terpakai pun akan diterima. Semua sumbangan akan lebih dahulu diperbaiki ala kadarnya oleh tim PDC agar tetap terlihat menawan di dasar laut.
Lalu di dasar laut mana yang paling tepat untuk spot itu? Yang mengenal baik laut Bira berpendapat bahwa di depan penangkaran penyu di pulau Liukang, terdapat dasar laut berpasir putih yang telah lama tidak ditumbuhi karang. Masyarakat (Baca; Nelayan) sekitar Liukang tentu akan senang karena akan semakin banyak ikan dan manusia akan datang di sekitar perairan ini yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi. Untuk mendapatkan efek tersebut, mereka diajak turut serta merawat dan sekaligus memantau agar pengoboman tidak terjadi.
Agar dapat melegenda, dipikirkanlah nama yang paling tepat untuk mengabadikan spot diving ini. Beberapa pendapat diantaranya :
1. Babe Spot (Babe; Barang Bekas). Dalam Bahasa Inggris, Babe (baca: beib) berarti sayang. Tafsir lainnya akan banyak ikan kecil warna warni yang akan menjadikannya ‘rumah’.
2. Bibir Tubir. Tubir adalah kemiringan di dasar laut.
3. Atlantis Spot (mengembalikan ‘kampung’ bawah laut yang hilang dengan memasang barang bekas)
4. Garasi Spot atau Under Water Garage (Garasi bawah laut). Barang yang diturunkan adalah kendaraan makan ditafsirkan sebagai garasi bawah laut.
Beragam usulan terbaru masih dinanti. Penamaan itu sebaiknya mudah dilafalkan, dimengerti, frase tidak panjang dan terpenting punya argumentasi logis yang dapat diterima dan dipertanggung-jawabkan.
Lalu, kapan waktu pelaksanaan? Karena kegiatan ini erat kaitannya dengan pariwisata, maka usulan menyambut perayaan hari Pariwisata Dunia pada 27 September 2020 sebagai momentum yang terbaik. Waktu yang cukup untuk membenahi berbagai macam kekurangan.
Karena PDC ini adalah perkumpulan nirlaba (tidak mencari keuntungan) maka untuk mempermudah mewujudkan gagasan yang serius ini, pengurus PDC akan membuat proposal agar instansi pemerintah dan swasta dapat menyumbang secara resmi. Sumbangan perorangan yang tidak mengikat pun tentu dinantikan.
PDC telah bersepakat bekerja sama dengan GenPI (Generasi Pesona Indonesia) Bulukumba, Adwindo (Asosiasi Duta Wisata Indonesia), HPI (Himpunan Pramuwisata Indonesia) Bulukumba, PHRI (Perhimpunan Hotel dan restaurant Indonesia. Kita tentu menanti rekan-rekan lembaga lain untuk turut serta bergabung mensukseskan acara pengambangan pariwisata bawah laut ini. Adapun Skansa (SMK 1) Diver Bulukumba yang memiliki peralatan selam yang lengkap masih sedang melakukan koordinasi dengan teamnya sebelum memtuskkan kata sepakat. Kran kerja sama lebih luas akan terus dibuka.
Selanjutnya, media adalah salah satu kunci utama mempromosikan wisata agar mampu go internasional. Kegiatan terbaik apapun bila tidak diliput media akan mengalami keterlambatan penyebaran informasi. Itulah mengapa usulan mengundang kehadiran Metro TV, TVRI, TV One, Radar Selatan, Lidik Pro dan media lainnya yang belum sempat disebut menjadi bagian dari pusat perhatian PDC.
Seperti inilah kesepakatan sementara yang telah dibuat. Pertemuan berikutnya direncanakan pada Minggu, 9 Agustus 2020, Pukul 13.00 Wita di Dego Dego Na Bira—Sebuah tempat wisata alam dikelilingi oleh tebing tinggi yang kokoh dan mempunyai gua yang disukai para petualang telah bertahun tahun dibuka oleh Indiz Essa Rutepar, Ketua Umum PDC saat ini. Sebagai tambahan, setelah shalat dluhur, pemandangan indah yang mengarah ke laut disertai dengan hembusan angin yang seringkali bertiup lembut akan membuat suasana makan siang dengan menu ikan segar di Dego-Dego Na Bira terasa bertambah nikmat. Untuk itu, kita menanti ikan hasil panah rekan-rekan divers (para penyelam) level open water.
* Disadur dari diskusi pada Senin malam, 25 Juli 2020 di Bira.
* Foto diambil dari group WhatsApp PDC
Zullkarnain Patwa
Peserta Pemandu Selam Dispar Bulukumba
Anggota PDC (Pinisi Diving Club)
Staf Rumah Belajar Bersama