
Blk, 14-08-2020
Inisiatif Dinas Pariwisata Bulukumba ini yang mengadakan pelatihan Diving (menyelam) untuk kedua kalinya (2019 sebagai pelatihan dasar dan 2020 ini pelatihan sertifikasi) kepada pemuda pemudi Bulukumba adalah langkah yang maju dan kongkret khususnya dalam pengembangan kwalitas sumber daya pariwisata. Kita tahu, betapa sedikit orang lokal yang paham wisata diving ini karena selain peralatan dan biaya yang mahal, masih banyak orang yang khawatir karena merasa tidak aman. Padahal, dengan mempelajari diving, kekhawatiran dan rasa tidak aman itu karena belum tahu saja. Diving yang banyak menyerap ilmu fisika sebenarnya mampu memperkecil resiko. Untuk tahu lebih detail, memang perlu mengikuti kelas pelatihan teori dan prakteknya.
Sebagai peserta, saya berharap agar setelah acara ini, para peserta juga punya inisiatif untuk lebih cepat berkembang dengan melibatkan diri pada club-club Diving agar segera dapat menjadi pemandu yang ahli; dive master, profesional, coach dll. Ingat, pelatihan nyaman seperti ini sekali dalam setahun sehingga rekan rekan peserta akan lama naik tingkat jika menanti pelatihan tahunan.
Dan ketika telah menjadi ahli, para divers lokal dapat mengisi lapangan pekerjaan tersebut di Indonesia yang selama ini lebih banyak dimengerti orang asing saja. Misalnya untuk ukuran terkecil, orang orang yang biasa memperhatikan dunia pariwisata di Bira tentu tahu bahwa para turis itu lebih banyak membelanjakan uangnya pada hiburan diving ini dibandingkan melancong atau berenang. Bahkan, mereka berbulan bulan tinggal di Bira untuk diving. Di sinilah titik pentingnya bagi kesejahteraan hidup para divers lokal. Duit dari guide diving kan lumayan. Kehidupan ekonomi lebih terjamin. I think that keinginan orang orang pun untuk melirik peluang untuk terlibat dalam pariwisata Bulukumba yang dikaruniai keindahan alam ini lebih semarak.
Selain itu, apa makna positif dari kegiatan ini saat seluruh dunia dihimpit dengan kepungan isu teror ketakutan pada pandemi covid 19? Pertama, menunda sebuah kegiatan yang tidak jelas kapan berakhirnya Corona ini malah akan mengancam pelatihan diving ini tidak terlaksana tahun ini. Untuk itu, apa yang bisa dikerjakan sekarang, tidak perlu ditunda hari esok.
Kedua, manusia harus tetap aktif bekerja; baik di rumah ataupun di luar rumah. Ada banyak aktifitas kehidupan yang tidak bisa selesai dikerjakan di rumah. Dan bila keluar rumah, ikuti saja protokol kesehatan semampunya.
Ketiga, Covid 19 sebagai pengingat agar manusia lebih hidup bersih, melindungi diri dan orang lain, lebih peduli menjaga kesehatan.
Keempat, sekian dulu ya. Perlu istirahat. Jam telah menyatakan dirinya pukul 2 dini hari. Pagi pagi sudah harus pergi diving. Tidak enak bila ketahuan Coach (pelatih) Kak Darmawan Didit Didoot bahwa ada peserta begadang. Pastilah tidak tidak ketahuan karena memang tidak ada yang begadang.
Thank you.
Bersambung….
Zulkarnain Patwa
Anggota Pinisi Diving Club
Tadi pagi ada pelatihan diving untuk tingkatan advance. Tantangannya adalah divers harus tidak memasang alat selam di permukaan air. Seluruh peralatan harus dipasang di dalam/bawah air. Memasang semua bagian regulator diantaranya first and second stages, submersible pressure gauge (SPG). Mask, Fin dan mask dan lainnya. Rumitnya lagi, untuk bisa mengapung, kantong udara harus diisi secara manual, ditiup dengan mulut. Wah! rumit kan. Memasang di atas perahu saja, butuh waktu yang lumayan lama. Lebih lebih di dalam air. Divers harus mampu lebih tenang dan lebih jernih memutuskan alat apa yang lebih dahulu di pasang di tubuh. Dan benar benar terbukti alat alat dipasang di bawah air, kepala tidak boleh muncul di permukaan.
Sebagai manusia yang terlatih, sang guru Darmawan Didit Didot memberi contoh. Sulit mengetahui bagaimana ia melakukannya dengan mudah karena dari atas perahu, kami tidak bisa melihat jelas durinya di bawah air. Namun kemustahilan bahwa hal itu tidak bisa dengan segera terbantahkan. Saya pun tertarik melakukannya tapi karena belum waktunya, saya hanya berpikir bagaimana cara mensukseskan diri sebagaimana Kak Didit nantinya.
Menurutku, yang paling utama adalah memasang alat pernapasan agar tidak segera lemas. Lalu, mask agar bisa melihat dalam air. Bila kedua hal tersebut tuntas, atur saja mana yang lebih dianggap penting dan lebih mudah dikerjakan.
Divers tingkat advance pun ujian. Kebanyakan dari mereka mengapung. Sembari berusaha menganalisa, saya mencari masalahnya. Kendala mendasar mereka adalah menahan nafas, bukan, membuang nafas. Menahan nafas membuatnya mengapung karena ruang udara dalam tubuh lebih banyak. Bila sedikit udara, lebih mudah tenggelam. Lalu saya tersadar bahwa ilmu sederhana nan ampuh ini pernah dijelaskan oleh kawanku Yaser Muhammad Arafat sewaktu kami berlatih duduk seperti ala Budha di dasar kolam yang airnya dari aliran sungai.
Adapun tim kami sebagai diver pemula, saya juga mengalami kendala. Awalnya saya masih sulit mencapai dasar laut karena saya hanya mengingat dua diantara tiga jalan untuk membuang udara. Jalan pembuang udara pertama sukses, tapi masih saja ada udara. Say mencari pelepas udara di belakang pinggang, sebelah kanan. Ketemu tapi talinya nga ada. Saya cukup mempertahankan diri untuk tidak sampai ke permukaan dan memperhatikan alat selam orang lain. Nah, ketemu juga. Tempatnya sebelah kanan belakang punggung. Tarik dan beres. Kantong udara benar benar kempes. Terumbu karang tepat di depan mataku.
Begitu asyiknya, saya tidak memperhatikan bahwa ada bahaya dan memang kondisi putaran air laut kuanggap tidak berbahaya karena saya masih dapat mengendalikan cara menyelam. Tabung udaraku pun masih cukup banyak, 160 psi. Pelatih menunjuk ke atas, pertanda naik ke permukaan. Saya beri kode OK tapi ia tidak ke atas membuatku tetap berada di dasar laut. Beberapa orang mendekati dan memberi tanda yang sama. Saya semakin heran tapi karena ini kerja tim, saya ikuti sajalah arah tim.
Tiba di permukaan, Kak Didit mengingatkan dari atas kapal meminta agar semua naik ke kapal segera. Arus perputaran air laut sangat kuat. Berbahaya! Penyelamatan ditunda dan dilanjutkan besok pagi. Horeee! Saya senang saja karena tim kami dapat jatah double untuk diving.
Bira, 26 Juli 2020
Bersambung…..
Zulkarnain Patwa
Peserta Pinisi Diving Club.
Staff Pengajar Rumah Belajar Bersama